Chereads / Magiki Akadimia / Chapter 5 - sahabat

Chapter 5 - sahabat

Amel POV

Hari ini terasa berlalu begitu cepat, kami pun di minta untuk berkumpul di aula makan untuk makan malam

"Rin kita panggil Rani juga yuk, biar kita bareng ke aula"

"Ayo, supaya kita juga bisa duduk berdekatan"

"Oke" ujar ku.

Kamipun keluar dari kamar dan segera melangkah menuju kamar Rani.

"Tok.... Tok... Tok"

"Siapa?" ucap Rani dari dalam kamar

"Ini kami, Amel dan Rin" jawab ku

"Oh, masuk saja pintunya tidak di kunci kok" ujar Rani dari dalam kamar.

Aku pun membuka pintu dan kami masuk ke dalam kamar Rani

"Rani, yuk kita ke aula makan untuk makan malam" ujar Rin

"Baiklah ayo kita ke sana"

"Kau tidak apa apa rani? Wajahmu memerah" ujar ku

"Aku tidak apa apa kok, ayo kita ke sana" jawab Rani, tapi aku tak yakin dia  baik-baik saja.

Kami pun berjalan, aku berjalan di belakang Rani dan Rin berjalan di sebelah Rani, aku hanya takut saja bila sesuatu terjadi pada Rani. Dan di dekat sebuah ruangan Rani jalan seperti lemas dan benar saja dia pingsan, aku yang berjalan di belakang Rani langsung menopang tubuhnya dan ku turunkan secara perlahan.

"Rani, Rani kamu kenapa?" ucap Rin sembari mengguncang tubuh Rani yang terbaring tak sadarkan diri

"Sepertinya dia demam" ucap ku setelah memegang tubuh Rani

"Kalau begitu bantu aku mengangkatnya menuju ruang kesehatan" ucap Rin

"Tapi kita bahkan tidak tau ruang kesehatan ada di mana dan kita juga mungkin tidak akan kuat mengangkat tubuhnya" ujar ku panik memikirkan solusi

Tak lama kemudian salah satu guru melihat kami

"Ada apa ini?" tanya guru itu

"Teman kami pingsan pak saat kami hendak menuju aula makan" jelas ku singkat

"Baiklah biar aku yang mengangkat dia, kalian tidak perlu ikut, kebetulan akulah yang bertugas di ruang kesehatan, dan perkenalkan nama ku Georgio alex panggil saja pak alex, kalian bisa mengunjungi teman kalian setelah makan malam"

"Tapi pak, dia teman kami izinkanlah kami ikut"

"Saya tau, tapi kalian harus pergi ke aula untuk makan malam"

"Saya tidak lapar kok pak, saya akan menemani teman saya di ruang kesehatan" ujar ku

"Tapi akulah yang akan di salahkan jika kalian ketahuan tidak makan malam, cepatlah jangan membantah lagi!!" ujar pak Alex dengan suara sedikit meninggi.

Akupun pergi menuju aula makan, namun belum lagi sampai ke aula makan

"Rin, ayo kita ikuti pak Alex"

"Kenapa, kalau ketahuan bagaimana?"

"Itu urusan belakang, aku mempunyai firasat buruk terhadap pak Alex"

"Tapi..."

"Kalau kau tidak mau ikut untuk memastikan apakah teman kita baik baik saja, pergilah sendiri ke aula, aku tidak ikut" ujar ku sedikit kesal

"Yaudah, yuk kita cek Rani" ujar Rin yang sedikit terkejut mendengar perkataan ku.

Kamipun pergi ke arah pak Alex membawa Rani tadi, dan beruntungnya kami masih bisa mengejar guru itu

"Tunggu, kenapa pak Alex malah pergi menuju arah belakang asrama" ujar Rin

"Benar juga, bukannya di belakang asrama hanya ada hutan"

"Iya benar, hanya ada hutan saja"

"Kalau begitu ayo kita ikuti pak Alex" ujar ku sambil melangkah pelan pelan agar tak ketahuan.

Kami mengikuti pak Alex, dan di dekat pagar belakang asrama, dia menurunkan tubuh lemah Rani ke rumput hijau yang ada di belakang asrama

"Apa yang dia lakukan?" tanya Rin

"Entahlah, kita perhatikan saja dulu"

"Aku rasa ada hal yang tidak beres akan terjadi"

"Aku pun merasa demikian" ujar ku.

Dan benar saja dugaan kami, secara tiba tiba guru itu berubah, tadinya ia menggunakan baju kemeja dan celana kain kini ia menggunakan jubah hitam dan pakaian hitam di bagian dalam

Setelah itu asap hitam keluar dari tangan pak Alex

"Apa yang pak Alex lakukan?" tanya rin sedikit panik"

"Aku tak tau" jawab ku singkat dan terus memperhatikan gerak garik pak Alex.

Tak lama kemudia orang itu membuat semacam portal dan melempar Rani masuk ke dalam portal itu.

Author POV

Tiba tiba bola api menyerang decara membabi buta kearah Alex sehingga membuat portal itu hancur dan menjatuhkan Rani, Alex dengan gesit menghindar dari bola api yang yang menyerang secara bertubi-tubi itu, dia berusaha mencari siapa orang yang berani menyerangnya.

Dan akhirnya matanya berhenti pada bayangan yang tak begitu terlihat jelas, Alex berusaha mendekatinya, namun Alex di serang terus menerus hingga membuatnya kesusahan untuk menahan bola api itu.

"Siapa kau?!" teriak Alex

"Kau tak perlu tau siapa aku" ujar amel yang sudah memakai jubah berwarna abu abu

"Dasar bocah!!" ujar pak Alex kesal dan langsung menyerang Amel menggunakan bola api berwarna hitam, namun dengan gesit Amel segera menghindar dan menangkis bola api itu.

Rin yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam di tempatnya dan amel tadi mengintip, dia tak menyangka amel bisa sekuat dan sehebat itu.

Karena kesal, Alex terus mengeluarkan elemen apinya dan menyerang Amel secara bertubi-tubi, namun terus saja bisa di hindari oleh amel.

Tak lama kemudia Amel tertawa dengan nada jahat

"Hahahahaha, apakah cuma ini yang bisa kau lakukan? Dasar lemah" ujar Amel yang membuat Alex sangat marah dan menyerang Amel tanpa ampun

"Dasar kau bocah sombong!!" teriak Alex marah

"Apa? Sombong? Aku tidak sombong, namun kaulah yang terlalu lemah" mendengar perkataan Amel, Alex semakin tidak tahan lagi dan terus menyerang Amel secara bertubi-tubi.

Namun, serangan Alex terus saja di tangkis dan di hindari oleh Amel, hingga akhirnya tenaga Alex mulai melemah

"Hanya itu kekuatan mu? Baiklah, sekarang giliran ku" dengan senyum sinis Amel membuka jubahnya dan alangkah kagetnya Alex mengetahui bahwa yang menyerangnya adalah Amel

"K... Ka... Kau siswa yang tadi" ujar Alex terbata bata

"Ya benar ini aku, mengapa kau terkejut? Apa kau takut?" tanya Amel sambil tertawa

Tak lama kemudian Amel mengangkat tanyannya dan munculah sebuah busur, bola mata Amel yang tadinya berwarna kuning keemasan berubah menjadi ungu. Amel menarik tali busur itu dan tiba tiba muncul anak panah berwarna ungu gelap dan ujung panah itu membentuk tanda petir.

Tanpa basa basi Amel meluncurkan busur itu, tanpa di duga busur itu berubah menjadi tiga anak panah yang bentuknya sama

"Mati kau!!!!" ujar amel berteriak

Namun dengan cepat Alex membuat pelindung dan serangan Amel gagal melukai Alex

"Kau pikir bisa melukai ku dengan mudah?" ujar Alex dan tersenyum sinis

"Ini barulah permulaan"

Amel kembali menarik tali busur dan memunculkan tiga anak panah yang berbeda warna. Warna biru muda yang di ujung panahnya membenruk kristal es, warna ungu gelap yang di ujungnya berbentuk petir dan yang satu lagi berwarna merah yang di ujungnya berbentuk api.

Ketiga panah itu menyerang secara bersamaan, es yang di hasilkan meleleh akibat terkena api dan meresap ke tanah, melihat hal itu Alex tertawa

"Dasar bodoh, api dan es tentulah tidak bisa tersatu" ucap Alex sambil tertawa

"Jangan senang dulu, lihatlah apa yang akan terjadi" ujar amel dan tiba tiba, di dalam pelindung itu muncul kristal es yang membentuk enam buah tiang tinggi.

Enam tiang itu berhasil menghancurkan pelindung yang Alex buat, Alex yang melihat hal itu langsung panik dan berusaha membuat pelindung lagi, namun usahanya gagal karena tiang es itu terus menghalanginya.

Dan akhirnya panah petir itu mengenai jubah Alex yang membuat Alex tersambar petir dan ledakan besar pun terjadi, asap pun memenuhi tempat itu.

Amel melihat Alex berhasil kabur menggunakan portal yang ia buat

"Cih, dia berhasil kabur" ujar Amel.

Tak lama kemudia mata amel kembali berubah menjadi warna kuning keemasan dan setelah itu ia seperti ingin jatuh, Rin yang melihat hal itu segera berlari dan menopang tubuh amel dan menurunkannya secara perlahan.

Tak lama kemudia guru-guru datang dan di ikuti untuk melihat apa yang terjadi

"Apa yang terjadi di sini nona Alzarin?" tanya Rose

"Tadi... Tadi ada yang berusaha menculik Rani dan.. Dan Amel berusaha menghentikan orang itu dan akhirnya Amel mengeluarkan kekuatan yang sangat besar" jelas Rin terbata bata akibat syok

"Tenanglah Alzarin" ujar Rose

"Guru kesehatan tolong bawa Rani dan Amel menuju ruang kesehatan dan Rin ikutlah dengan ibu menuju kamar mu" sambung Rose dan Rin hanya menjawab dengan anggukan.

Alzarin POV

Aku masih sedikit syok melihat kejadian itu, akupun di antar oleh ibu Rose menuju kamar, namun belum lagi ibu Rose keluar dari kamarku

"Bu" ujar ku pelan

"Iya ada apa?" jawab Ibu Rose dan segera membalikkan badannya

"Bisakan aku menemani kedua teman ku di ruang kesehatan?" tanyaku kepada ibu Rose

"Tapi keadaan mu tidak memungkinkan nak"

"Tapi aku ingin melihat keadaan mereka"

"Kau yakin?"

"Ya tentu saja, ku mohon izinkanlah aku untuk menemani mereka, setidaknya sampai mereka sadar"

"Baiklah kalau itu maumu" jawaban ibu Rose membuat ku senang.

Akhirnya aku di antar menuju ruang kesehatan dan menemani kedua teman ku.

Keesokan harinya aku terbangun dari tidurku, ternyata aku tertidur di kursi dan kepala ku di kasur Amel dan aku melihat kepala amel di beri perban, mungkin kepalanya terluka akibat pertarungan semalam.

Keesokan harinya adalah hari pertama kegiatan ajar mengajar di mulai, dan hari ini Amel dan Rani tidak bisa ikut karena keadaan mereka yang tidak memungkinkan, jadi aku sendiri pergi ke kelas dan mencarikan kursi yang memungkinkan untuk Amel dan Rani duduk nanti.

Hari ini terasa cepat, malam ini aku tak di izinkan untuk menginap di ruang kesehatan jadi aku tidur di kamar.

Keesokan paginya aku bangun dan segera membilas wajah ku dengan air, karena di kamar juga terdapat kamar mandi dan wastafel jadi aku mandi dulu dan segera menuju ruang kesehatan. Kebetulan hari ini aku hanya punya pelajaran pada siang hari jadi aku pergi ke ruang kesehatan pada saat pagi.

Cukup lama aku di sana, dan beberapa saat kemudian aku membaca buku yang ku pinjam di perpustakaan kemarin, dan aku merasa ada yang memegang tangan ku, aku pun menoleh dan melihat Amel sadar

"Amel" ujar ku senang

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku hanya ingin menemani mu saja"

"Terima kasih Rin kau memang sahabat ku yang terbaik, bagaimana keadaan Rani? Apa dia di bawa kabur oleh pak Alex?" tanya Amel kepada ku

"Dia tidak di bawa kabur kok, kamu menyelamatkannya"

"Aku menyelamatkannya?" tanya amel bingung, sepertinya dia hanya lepas kendali saat itu

"Lupakan saja, yang terpenting kalian berdua selamat" ujarku dan memeluk Amel.

Hari itupun terasa cepat, saat siang hingga sore hari aku harus mengikuti kelas yang sudah di tentukan dan malam hari amel sudah di perbolehkan untuk tidur di kamar, namun Rani belum di perbolehkan untuk kembali ke kamarnya karena dia tak memiliki teman sekamar yang bisa melihat keadaannya, walaupun pada saat siang Rani sudah siuman.

Note

Karena teman sejati tidak akan membiarkan temannya sendirian apalagi di lukai, karena sebelum temannya di lukai mereka pasti akan membuat orang yang melukai temannya merasakan akibat dari perbuatannya. Karena cinta seorang sahabat, akan mengalahkan apapun yang ada di depannya