Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 8 - Mencarinya Langsung Ke Rumah

Chapter 8 - Mencarinya Langsung Ke Rumah

Dulu Zhu Haimei tidak terlalu suka memasak, tetapi setelah menonton drama di TV, ia menjadi tertarik dengan memasak. Memang sedikit aneh, tetapi sepertinya ia benar-benar dilahirkan untuk menjadi koki karena ia bisa mengolah bahan apapun menjadi makanan. Selain itu, teman kerjanya juga sangat suka pergi ke tempatnya untuk makan. Baginya, memasak liangpi (mie dingin) sangatlah mudah. 

Setelah menyalakan api dan memanaskan panci, Zhu Haimei lalu memotong daging berlemak menjadi kecil-kecil dan memasukkannya ke dalam panci. Dalam sekejap, aroma daging berlemak itu langsung memenuhi dapur. Dan saat mencium aroma wangi daging berlemak itu, nafsu makannya pun meningkat. 

Ini tidak boleh terjadi. Jika ia makan terlalu banyak, maka ia tidak akan bisa menurunkan berat badan. Ia lalu bergegas keluar dari dapur, mengeluarkan daun teratai kering yang tadi dibelinya, kemudian menyeduh secangkir teh daun teratai. 

Sejak zaman kuno, orang-orang Tiongkok menganggap daun teratai sebagai salah satu obat untuk diet. Teh daun teratai memang tidak bisa membuat berat badan turun secara signifikan, tetapi bisa menekan nafsu makan seseorang. Jika dikonsumsi secara teratur, seseorang dapat menekan nafsu makannya yang berlebihan. 

Setelah meminum lebih dari setengah cangkir teh, Zhu Haimei lalu kembali ke dapur. Ia berdiri di depan panci dan termenung melihat daging berlemak yang perlahan-lahan menjadi minyak. Ia mau tidak mau mengakui keajaiban Sang Pencipta, karena bahkan daging pun bisa diubah menjadi minyak. 

Ketika terdengar suara dari arah pintu, Zhu Haimei lalu menjulurkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Rupanya itu adalah Shen Dongyuan yang tampak mengenakan rompi hijau tentara dengan otot lengannya yang tampak berkilauan karena keringat dan di tangannya ada sebuah baju kamuflase. Dahi Shen Dongyuan tampak berkerut saat melihat Zhu Haimei di dapur. Setelah mencium aroma daging, Shen Dongyuan sama sekali tidak heran melihat Zhu Hamei memiliki tubuh gemuk, karena wanita itu pasti memakan daging lagi. 

Saat Zhu Haimei melihat Shen Dongyuan, suasana hatinya kembali memburuk. Meskipun ia merasa tegang, tetapi ia memberanikan diri dan berkata, "Makan malamlah di rumah malam ini. Aku akan memasak mianjin rebus." Zhu Haimei tahu bahwa orang-orang yang tinggal di wilayah militer akan makan di rumah tiga kali sehari untuk menghemat uang. 

(Mianjin adalah makanan Tiongkok yang terbuat dari tepung atau gluten.)

Shen Dongyuan tertegun dan berkata, "Baiklah." Kenapa tidak? Lagipula selama ini Zhu Haimei selalu menghabiskan uangnya untuk membeli daging, sementara dirinya hanya bisa makan di luar dengan makanan vegetarian dan mantou. 

Zhu Haimei sangat senang sampai ia tidak bisa berkata-kata, tetapi ia sebisa mungkin mencoba untuk tetap tenang. "Kalau begitu, apa makan mie juga tidak apa-apa?" 

"Ya." Jawab Shen Dongyuan lalu berbalik pergi ke kamarnya. Tidak lama setelah itu, ia mengambil baskom cuci muka lalu masuk ke dalam kamar mandi. 

Untungnya, besok ia berencana untuk makan liangpi (mie dingin), sehingga ia sudah membuat adonan tepung dalam jumlah banyak. Pertama, ia menarik sedikit adonan dan menyisihkannya lalu membuat mianjin. Ia menuangkan air cucian adonan ke sebuah baskom lalu menyimpannya. Ia kemudian mengukus mianjin menggunakan panci pengukus. Setelah itu, ia menggoreng mianjin hingga menjadi berwarna kuning kecoklatan dengan sisa minyak yang ada di wajan. Lalu ia memasukkan bok choy yang sudah dicuci bersih ke dalam panci dan menuangkan air, kemudian menambahkan beberapa bahan lalu merebusnya. Yang terakhir, ia akan mulai menggilas adonan mienya. Akan tetapi ia baru sadar bahwa tidak ada kayu penggilas adonannya. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk membuatnya mienya dalam bentuk mie potong. 

Setelah mandi, Shen Dongyuan duduk di kursi yang ada di kamarnya lalu mengambil sebuah buku dokumentasi militer yang sudah lama tak ia baca. Sejujurnya, ia sangat tidak mau menikahi Zhu Haimei. 

Tetapi ayahnya tanpa sengaja jatuh dari tebing dan mengalami patah kaki. Saat peristiwa itu terjadi, ayah Zhu Haimei menyelamatkan ayahnya dan mengantarnya ke rumah sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan, baru diketahui bahwa tulang rusuk ayahnya patah. Jika terlambat dibawa ke rumah sakit, mungkin nyawa ayahnya sudah melayang. 

Ayah Zhu Haimei bernama Zhu Liming, beliau adalah seorang pria yang jujur. Berbeda dengan ibu mertuanya yang setelah mendengar berita ini langsung tidak tahu diri ingin menikahkan putrinya yang pemalas itu kepada Shen Dongyuan. Awalnya ibu Shen Dongyuan menentang perjodohan tersebut karena putri keluarga Zhu sangat terkenal sebagai sosok pemalas yang suka bertindak seenaknya sendiri. Gadis-gadis di kota kelahirannya sudah bertunangan di usia 18 atau 19 tahun, sedangkan Zhu Haimei masih belum. Padahal ia sudah berusia dua puluh tahun. Mungkin itu karena tidak ada orang yang tertarik padanya. 

Sebenarnya ayah Shen Dongyuan juga tidak setuju, tetapi beliau bersikukuh ingin membalas budi terhadap ayah Zhu Haimei yang telah menyelamatkan nyawanya. Akhirnya ibu Shen Dongyuan yang tidak bisa menentang keputusan suaminya itu, menemui seorang peramal untuk bertanya mengenai keputusan suaminya. Hasil ramalannya ternyata sangat luar biasa. Zhu Haimei mempunyai kehidupan phoenix. Barang siapa yang menikahinya, maka ia akan mencapai kesuksesan dengan cepat. Hal tersebut akhirnya membuat ibu Shen Dongyuan menyetujui pernikahan tersebut. Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya hidup makmur? 

(Menurut kepercayaan orang Tiongkok, kehidupan phoenix adalah simbol kekayaan dan kemuliaan. jika ada perempuan mempunyai kehidupan phoenix maka ia akan memiliki keberuntungan yang bisa membuatnya kaya dan tidak mengkhawatirkan tentang makanan dan minuman seumur hidup.)

Shen Dongyuan menganggap keputusan orang tuanya hanyalah lelucon. Bagaimana mungkin mereka percaya dengan sebuah ramalan? Kalaupun ia menolak menikahi Zhu Haimei, maka adiknyalah yang akan disuruh menikah. Mana mungkin Shen Dongyuan membiarkan adiknya yang masih berusia enam belas tahun menikah? Apalagi adiknya memiliki prestasi yang bagus di sekolahnya. 

Shen Dongyuan dan Zhu Haimei memang sudah menikah, tetapi Shen Dongyuan malah melarikan diri ke militer sebelum mereka berdua sempat tinggal serumah. Ia tidak mengira kalau Zhu Haimei bisa menemukannya dalam waktu singkat. Sejak wanita itu datang, tempat tinggal Shen Dongyuan menjadi seperti tempat sampah. Zhu Haimei juga cuma bisa mengulurkan tangan padanya untuk meminta uang, sementara dia juga harus menafkahi adiknya yang masih duduk di bangku SMA. Bagaimana Shen Dongyuan bisa menguliahkan adiknya jika ia tidak menabung? Kehidupan phoenix yang dikatakan peramal itu benar-benar lelucon. Ini bukan kehidupan phoenix, melainkan kehidupan babi pemalas. 

Tidak lama kemudian, aroma masakan memenuhi seluruh ruangan. Ini adalah pertama kalinya Zhu Haimei memasak sejak datang ke sini dua bulan yang lalu. Aroma masakannya cukup harum, tetapi entah bagaimana dengan rasanya. Shen Dongyuan merasa kelaparan setelah latihan seharian dan aroma masakan Zhu Haimei membuatnya menjadi semakin lapar. 

"Ayo makan." Suara Zhu Haimei barusan membuat Shen Dongyuan menghentikan lamunannya. Shen Dongyuan lalu meletakkan buku bacaannya dan berjalan keluar kamar. Di meja makan kecil yang ada di ruang tamu, sudah tersaji tumis bok choy dan mianjin kuning goreng yang renyah dicampur dengan paprika merah. Hidangan tersebut berhasil menggugah nafsu makan Shen Dongyuan. Selain dua hidangan tersebut, di kedua sisi meja masih ada satu mangkuk mie besar dan kecil yang disiram dengan kuah sayuran. 

Bukankah katanya putri keluarga Zhu tidak bisa melakukan apa-apa? 

"Cepat duduk dan makanlah." Ujar Zhu Haimei sembari membawa satu mangkuk kecil yang di dalamnya berisi irisan acar dan parutan bawang yang di beri sedikit cuka. "Bagaimana kalau besok pagi kamu sarapan di rumah? Aku akan memasakkan liangpi (mie dingin) untukmu." 

Begitu Zhu Haimei meletakkan mangkuk kecil tersebut, Shen Dongyuan langsung mencium aroma bawang yang segar. Zhu Haimei lalu duduk dan mendorong semangkuk mie besar ke arahnya. "Di dalam panci yang besar masih ada. Kalau kurang aku akan mengisinya lagi untukmu." 

Ini juga pertama kalinya dalam dua bulan mereka bisa bicara baik-baik. 

Shen Dongyuan duduk lalu mengambil sumpit dan mangkuk. Saat Ia baru menggigit satu gigitan mie, tiba-tiba ada orang yang menggedor-nggedor pintu. Brak brak brak! Dan membuat Shen Dongyuan menghentikan makannya. Sementara itu Zhu Haimei dengan cepat berkata, "Kamu makan dulu saja, aku akan pergi membukanya." 

Setelah membuka pintu, seorang pria terlihat sedang menatapnya dengan ekspresi marah. 

Zhu Haimei tertegun. Pria itu adalah Zhang Zhonghai, suami Zhong Yan. Ia juga seorang komandan kompi seperti Shen Dongyuan, tetapi hanya seorang wakil komandan kompi. Zhu Haimei mencoba tersenyum dan berkata, "Kapten Zhang, silahkan masuk." 

Zhang Zhonghai berdiri di samping Zhu Haimei dan melihat Shen Dongyuan yang sedang makan. "Sedang makan ya." 

"Apa kamu sudah makan? Ayo makan sini." 

Shen Dongyuan menyapa Zhang Zhonghai, lalu Zhu Haimei dengan cepat memindahkan kursinya. Akan tetapi Zhang Zhonghai tidak mau menerima kursi darinya, ia justru mengambil kursi yang lain untuk duduk. 

Zhu Haimei sangat malu sehingga ia meletakkan kursinya lagi. 

"Ada apa? Kamu sedang tidak senang ya? Prajurit baru mana yang membuatmu kesal?" Tanya Shen Dongyuan. 

"Tidak ada, kamu makan dulu saja. Selesai makan kita bicarakan lagi." Kata Zhang Zhonghai. 

"Katakan, siapa dengan siapa?" Tanya Shen Dongyuan lalu menyeruput mienya lagi, slurp slurp. Hampir semangkuk besar mie masuk ke perutnya. Sekarang rasa laparnya berkurang dan suasana hatinya menjadi jauh lebih baik. Mie ini sangat kenyal dan lezat. 

Zhu Haimei lalu memberikan semangkuk mie untuk Kapten Zhang. "Kapten Zhang, mari makan mie bersama."