Chereads / Jiwa Yang Terlahir Kembali / Chapter 14 - Semua Orang Yang Datang Adalah Tamu

Chapter 14 - Semua Orang Yang Datang Adalah Tamu

Sejak Zhu Haimei meminjam uang dan menulis surat jaminan, Shen Dongyuan hampir tidak bisa melihatnya di rumah. Ia memang melihatnya sesekali, dan Zhu Haimei sudah tidak sama seperti sebelumnya. Meskipun masih gemuk, tetapi Zhu Haimei sekarang sudah lebih rapi. Pakaiannya selalu bersih, rambutnya disisir rapi, dan bahkan rumahnya tidak bau. Sekarang rumahnya berubah menjadi bersih dan rapi. Zhu Haimei bilang kalau ia pergi untuk melakukan bisnis kecil, tetapi bisnis apa yang ia lakukan? Entahlah, Shen Dongyuan tidak ingin bertanya. Shen Dongyuan sudah sangat bersyukur selama Zhu Haimei tidak menyusahkannya. 

Hari ini, Zhu Haimei menyiapkan barang-barang yang akan ia gunakan untuk besok. Ia pulang lebih awal dengan membawa sebungkus besar daging dan sayuran. Zhu Haimei benar-benar sudah cukup bosan makan nasi beberapa hari ini, jadi ia ingin mengukus mantou (roti khas tiongkok). Tapi ia lupa membeli ragi, jadi ia harus meminta dari kak Huang Huang. Kak Huang tidak mengatakan apa-apa dan hanya memberikannya ragi. 

"Apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini? Setiap aku pergi ke rumahmu di siang hari, kamu tidak ada di rumah. Kalau malam hari, aku harus menjaga Qiang Qiang, jadi tidak punya waktu luang untuk pergi ke rumahmu."

"Tidak melakukan apa-apa. Aku pergi keluar dan mencari sesuatu untuk dilakukan."

Kak Huang terkejut setelah mendengar jawaban barusan. "Mencari sesuatu untuk dilakukan? melakukan apa?" 

"Mencari uang untuk makan." Zhu Haimei tidak ingin memberitahu Kak Huang kalau ia berjualan makanan. Bukan karena malu, tetapi ia hanya tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Zhu Haimei kemudian berkata, "Malam ini aku akan memasak makanan lezat di rumah. Bagaimana kalau Kak Huang dan Qiang Qiang juga datang untuk makan bersama?" 

Kak Huang menolaknya. "Tidak, tidak perlu. Kami makan di rumah saja." 

"Dulu, aku sering datang ke rumah Kak Huang untuk menghabiskan makanan," Kata Zhu Haimei lalu meraih tangan Kak Huang dan melanjutkan kalimatnya. "Datanglah, agar hatiku tidak merasa bersalah."

Lalu Qiang Qiang datang menghampiri mereka dan berkata, "Bu, aku ingin makan enak. Aku ingin makan enak."

Kak Huang pun merasa malu. "Kamu ini benar-benar anak yang tidak peka." Ujarnya pada Qiang Qiang. 

Zhu Haimei lalu menarik tangan Qiang Qiang. "Ayo, di rumah bibi ada makanan lezat, ada daging dan kacang!" Pada masa itu, kacang hanya untuk dimakan oleh orang dewasa dan sangat jarang diberikan pada anak-anak. 

Mata Qiang Qiang pun bersinar. Ia menggoyang-goyangkan tangan kak Huang tanpa henti sambil merengek. "Bu…Bu… ." 

Kak Huang pun berkata dengan malu-malu. "Bagaimana kalau aku juga pergi ke rumahmu untuk membantu? Di rumahmu kekurangan apa? Akan kubawakan dari rumahku." Zhu Haimei pun membungkuk dan tersenyum manis seraya berkata, "Tidak perlu, Kak. Datang saja ke rumah. Bagaimana kalau Qiang Qiang pergi ke rumah bibi dulu dan bermain dengan bibi? Bibi punya apel di rumah." 

Sebenarnya apel itu adalah pemberian dari bibi pemilik rumah kecilnya di desa Shangshui. Ketika keluarga bibi itu memanen dua pohon apel mereka, ada beberapa apel yang belum matang jatuh. Akhirnya mereka memberikannya pada Zhu Haimei. Meskipun begitu, rasa apelnya masih enak. 

Anak kecil tetaplah anak kecil. Jika sebelumnya ia sangat memusuhi Zhu Haimei, tetapi ketika ia mendengar bahwa ada sesuatu yang lezat, ia langsung pergi bersamanya. 

Zhu Haimei tersenyum pada kak Huang dan berkata, "Kak Huang, kamu bersih-bersih rumah saja terlebih dahulu. Nanti, kamu bisa membawa dua kursi lipat saat pergi ke rumahku." 

Sebelum Shen Dongyuan sampai di pintu rumah, ia merasa terkejut saat mendengar tawa bahagia seorang anak kecil dari dalam rumahnya. Anak siapa itu? Pikirnya. Setelah masuk rumah, ia baru tahu kalau itu adalah suara Qiang Qiang. Tetapi bukankah Qiang Qiang paling membenci Zhu Haimei? Bagaimana bisa anak itu datang ke sini? 

Saat ia masuk rumah, Zhu Haimei keluar dengan sepiring camilan dan berkata, "Sudah pulang ya. Hari ini Kak Huang akan makan di rumah kita. Pergilah untuk memanggil kak Wu." 

Zhu Haimei memberikan orang seperti Shen Dongyuan reputasi yang terbaik. Selain itu, kak Huang masih ada di rumah mereka. Dan jika Shen Dongyuan ingin marah-marah, ia harus menunggu para tamu itu pulang terlebih dahulu. Shen Dongyuan pasti tidak akan marah-marah di hadapan para tamu. 

Benar saja, Shen Dongyuan hanya mengiyakan ucapan Zhu Haimei lalu berjalan keluar untuk memanggil Kak Wu. Setelah beberapa saat, ia pun kembali bersama Wu Tianlei dan satu orang lagi di belakangnya. Zhu Haimei pun sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan mereka. Ia menyapa mereka dengan ramah. "Sudah datang ya, ayo semuanya cepat duduk. Makanannya akan siap sebentar lagi. Dongyuan, aku belum membeli bir. Turun dan belilah beberapa bir." Zhu Haimei bahkan memanggil 'Dongyuan' dengan sangat alami. 

Saat Wu Tianlei mendengarnya, ia segera menghentikannya. "Aku saja yang pergi." 

Zhu Haimei lalu menyerahkan dua puluh yuan pada Shen Dongyuan. "Biarkan Dongyuan saja yang pergi, Kak Wu membantu menyiapkan makanan di rumah saja." 

Setelah Shen Dongyuan mengambil uang itu, ia berpikir, sejak kapan Zhu Haimei pintar berbicara seperti ini? Ketika ia turun dan melihat dua lembar uang 10 yuan di tangannya, ia langsung terkejut. Dua puluh yuan! 

Saat Shen Dongyuan pulang dengan membawa beberapa botol bir, ada dua orang lagi yang mengekor di belakangnya. Begitu mereka mendengar bahwa istri keluarga kapten Shen memasak, mereka bergegas datang dan bergabung dengan senang hati. Bagaimana bisa kepribadian Zhu Haimei yang terkenal pemalas dan seenaknya sendiri itu berubah? 

Shen Dongyuan tahu mereka datang dengan maksud untuk melihat lelucon, tetapi ia juga tidak enak hati untuk mengatakan tidak kepada mereka. Zhu Haimei tidak masalah dengan itu, selama yang datang bukan Zhang Zhonghai dan Zhong Yan. Lagipula ia juga sudah menyiapkan begitu banyak makanan, bahkan ia mengukus satu panci mantou. 

Setelah Shen Dongyuan memastikan Zhu Haimei sendirian di dapur, ia berdiri di pintu dapur dan termenung sejenak. Tadi waktu ia pulang, mereka saling sapa sebentar lalu ia keluar lagi. Selama beberapa hari ini, ia hanya mendengar suara Zhu Haimei dan tidak melihat orangnya secara langsung. Meskipun wajahnya masih tembem dan tubuhnya masih penuh dengan daging, tetapi ia bisa melihat bahwa Zhu Haimei telah kehilangan banyak berat badan, dan terlihat lebih rapi. Rambutnya yang awalnya seperti sarang ayam, sekarang sudah diikat dengan rapi. 

Zhu Haimei tertawa saat melihat Shen Dongyuan berdiri di pintu. Ia kemudian berkata, "Ada apa? Apa kamu khawatir makanan yang aku siapkan tidak cukup?"

"Bukan begitu. Aku hanya ingin melihat apakah ada yang bisa kubantu?" 

"Tidak perlu. Bukankah sudah ada camilan? Buka birnya, kalian minumlah terlebih dahulu. Tumis sayurannya akan segera selesai." 

Shen Dongyuan menjawabnya dengan "Baiklah."

Ada empat hidangan di atas meja, ada mazhidoujiao (kacang panjang saus kacang), kacang tanah, huangguafensi (salad timun dan tomat), serta liangbanzhuerduo (Salad kuping babi). Shen Dongyuan lalu menyapa beberapa orang yang datang ke rumahnya. Mereka semua duduk di depan meja dan suasananya pun mulai hidup. Wu Tianlei menarik Qiang Qiang ke pelukannya, dan Qiang Qiang pun mengoceh ingin makan ini dan itu. 

Kak Huang yang ada di dapur berkata, "Aku akan memanggil Qiang Qiang kesini." 

"Jangan, Kak Huang." Cegah Zhu Haimei lalu buru-buru menarik Kak Huang. "Mereka di sini juga bukan untuk minum-minum. Biarkan Qiang Qiang bermain di sana." 

Kak Huang pun tak jadi memanggil Qiang Qiang. "Haimei, menurutku kemampuan memasak mu boleh juga. Banyak hidangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya."

Zhu Haimei pun tersenyum setelah mendengar ucapan Kak Huang barusan. Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan pintu dari luar. "Hei, ramai sekali ya. Aku juga mau bergabung." 

Zhu Haimei merasa tidak asing dengan suara barusan dan bertanya pada Kak Huang. "Siapa itu?"

"Itu Kapten Zhang."

Oh, itu adalah suami Zhong Yan. Zhu Haimei tidak akan terkena lemparan mangkuk jika bukan karena sepasang suami istri tersebut. Zhu Haimei lalu tanpa sadar menyentuh dahinya. Itu sudah menjadi bekas luka, lupakan saja. Pikirnya. Semua orang yang datang adalah tamu, jadi sebaiknya ia tidak usah mempermasalahkan hal tersebut. Sebelumnya ia sudah menggoreng kacang tanah, jadi ia bergegas meminta bantuan kak Huang untuk meletakkannya ke piring dan mengantarkannya ke depan. 

Tak lama kemudian, Kak Huang kembali dengan membawa satu piring kosong. "Orang-orang itu hanya bisa makan, semua camilan sudah hampir habis." 

Begitu mendengar ucapan Kak Huang, Zhu Haimei pun membesarkan api dan segera menumis sayuran.