Terdengar suara gesekan antara pintu dengan lantai, lalu terdengar langkah kaki terhenti tepat di depan pintu kamar Cheng Zhiyan.
Di dalam kamar Cheng Zhiyan hanya terdapat sebuah lampu yang menyala redup di sebelah kasur Cheng Zhiyan. Di atas kasur, Cheng Zhiyan memeluk erat Xiaotu yang sedang menangis sesenggukan. Duduk seolah-olah menjaga cahaya kecil dalam keheningan dan kegelapan alam semesta yang tak terbatas. Bagaikan menangkap jerami-jerami yang terjatuh ke dalam air.
"Xiaotu…" Suara Cheng Zhiyan yang mengandung kesedihan didalamnya juga tak dapat disembunyikan. Sembari menepuk-nepuk lembut punggung Xiaotu, Cheng Zhiyan mendekatkan mulutnya ke telinga Xiaotu dan berbisik: "Kalau kamu ingin menangis, menangislah, keluarkan semua air matamu, itu akan membuatmu akan sedikit lebih lega."
"Huaaa!!!!" Seketika setelah Xiaotu mendengar perkataan Cheng Zhiyan, Xiaotu langsung meluapkan tangisannya. Menangis dengan sekeras-kerasnya.
Cheng Zhiyan tak berkata apa-apa, hanya terdiam memeluk Xiaotu yang duduk di atas kasur sambil menepuk-nepuk Xiaotu.
Cheng Zhiyan menunggu hingga tangisan Xiaotu mereda. Ia kemudian mengelus-elus rambut Xiaotu. Cheng Zhiyan sedikit menundukkan kepalanya, sehingga dahinya menyentuh dahi Xiaotu. Dengan suara lembut, Cheng Zhiyan mencoba menenangkan Xiaotu: "Ayahmu tidak membohongimu, ayahmu berjanji akan mengantarmu ke sekolah, menemanimu di acara olahraga..."
"Tapi, ibu baru saja bilang kalau ayah tak akan kembali lagi…" Xiaotu menatap Cheng Zhiyan, lalu berbicara sambil terisak-isak.
"Hm...bukan seperti itu, ayahmu berpesan kepadaku sebelum pergi, ketika ayahmu tidak berada di sisimu, ada aku yang akan mengantarmu sekolah dan menemanimu di acara olahraga. Ketika kamu dewasa nanti, ayahmu akan kembali, setelah ayahmu kembali, dia akan menemanimu melakukan banyak hal." Cheng Zhiyan berkata kepada Xiaotu dengan suara yang pelan saat jemarinya mengusap air mata Xiaotu yang membasahi mukanya.
"Melakukan banyak hal itu apa???" Dengan mata merahnya Xiaotu menatap Cheng Zhiyan.
"Hm..misalnya masak bersama denganmu atau menemanimu memelihara anjing, bukankah kamu sangat ingin memelihara anjing kecil?"
"Tapi, ibu tidak mengizinkan aku memelihara…"
"Tunggulah hingga kamu dewasa, ketika ayahmu sudah pulang, dia pasti akan mengizinkanmu memelihara anjing." Cheng Zhiyan memeluk Xiaotu, meletakkan kepala kecil Xiaotu di bahu Cheng Zhiyan. Pipi Cheng Zhiyan yang hangat mendekat ke pipi Xiaotu yang dingin karena air mata, lalu Cheng Zhiyan melanjutkan ucapannya: "Apapun yang ingin kamu lakukan, ayahmu akan menemanimu."
"Boleh memelihara kucing??"
"Boleh."
"Kalau memelihara kura-kura?"
"Boleh."
"Apapun boleh dipelihara??"
"Iya boleh…" Cheng Zhiyan tersenyum lembut kepada Xiaotu. Melihat Xiaotu yang perlahan-lahan mulai berhenti menangis, Cheng Zhiyan mencubit lembut kedua pipi Xiaotu yang empuk dan bertanya: "Ketika suatu saat nanti kamu memelihara anjing kecil, akan kamu beri nama apa?"
"Hmm… biarkan aku memikirkannya sebentar…." Xiaotu tetaplah hanya seorang anak kecil, dia tidak tahu jika orang yang sudah meninggal tidak bisa hidup lagi, dan dia juga tidak tahu bahwa ayahnya sebenarnya tidak meninggalkan pesan seperti itu kepada Cheng Zhiyan. Xiaotu hanya tahu bahwa Kakak Jus Jeruk adalah orang paling baik di dunia, dan tidak akan berbohong kepada Xiaotu.
Ibu Xiaotu dan Ibu Cheng Zhiyan yang berhenti di depan pintu tak bisa membendung air mata ketika mendengar percakapan kedua anak kecil itu dari luar.
Ibu Xiaotu menggenggam erat tisu yang sudah basah. Meskipun dia telah berkali-kali menyeka air mata nya, namun tetap saja wajah ibu Xiaotu masih basah karena air mata yang terus menetes, "Untung saja ada Yanyan, jika tidak, aku tidak tahu lagi apa yang haru aku katakan kepada Xiaotu…."
"Anak kecil, mungkin tak lama lagi dia akan lupa…" Ibu Cheng Zhiyan menghela nafas lalu membalikkan badan dan menepuk pundak Ibu Xiaotu. Ibu Cheng Zhiyan berjalan ke lantai bawah sambil berkata: "Sebaiknya kamu ambil cuti liburan untuk beberapa hari ini…"