"Masih belum bisa…" Ibu Xiaotu menggelengkan kepalanya, lalu berbicara dengan suara yang masih bercampur isakan tangis, "Kalau ambil cuti tapi hanya berdiam dirumah justru semakin sedih, lebih baik berangkat kerja dan menyibukkan diri, perlahan-lahan sedihnya juga akan hilang…"
"Oh.." Ibu Cheng Zhiyan hanya menghela nafas, tidak tahu lagi harus berkata apa.
Di dalam kamar, terlihat Xiaotu yang perlahan tertidur di pelukan Cheng Zhiyan. Cheng Zhiyan pun bisa kembali bernafas dengan lega.
Masih terlihat butiran-butiran air mata di ujung bulu mata Xiaotu yang lentik, hidung mungilnya terlihat memerah, wajah putihnya juga terasa dingin. Xiaotu tertidur dengan bibir mungilnya yang merah terbuka.
Setelah menangis begitu kerasnya, Xiaotu pun sudah bisa kembali tidur dengan tenang.
Cheng Zhiyan yang masih bersedih sedikit merasa lebih baik ketika melihat Xiaotu bisa tidur dengan tenang.
Cheng Zhiyan dengan hati-hati menidurkan Xiaotu di kasur dan menyelimutinya. Kemudian, Cheng Zhiyan menundukkan kepalanya mendekati bibir merah Xiaotu dan perlahan-lahan menciumnya.
Dalam benak Cheng Zhiyan : Semoga kamu tidak pernah memasang wajah sesedih ini lagi.
Cheng Zhiyan menatap Xiaotu sambil mengelus-elus dagu Xiaotu, lalu beranjak dari kasur dan duduk di depan meja belajarnya. Kemudian, Cheng Zhiyan membuka buku hariannya.
Setelah sekian lama dia tidak menulis buku harian, akhirnya dengan pensil mekanik yang dia genggam, Cheng Zhiyan mulai menulis sebuah paragraf:
Ada orang yang berkata, jika Tuhan menutup pintumu, maka Dia akan membukakan jendela untukmu.
Xiaotu, aku berharap aku bisa menjadi jendela di dalam hidupmu.
Setelah menulis paragraf itu, Cheng Zhiyan memandangi tulisan itu cukup lama, lalu menutup bukunya dan mematikan lampu.
Pada tahun 1998, dengan total 29 provinsi, kotamadya dan daerah otonom di Tiongkok dilanda banjir bandang. Banjir tersebut melanda daerah hingga mencapai 3,8 miliar hektar. Daerah bencana mencapai 1,96 miliar Hektar. Populasi korban yang terkena dampak banjir sebanyak 2.3 miliar orang, 3.04 kematian, 6,85 juta rumah roboh dan mengalami kerugian sebesar 166 miliar Yuan.
Di daerah bencana, banyak sekali keluarga kehilangan orang yang mereka cintai, dan keluarga Xiaotu adalah salah satunya.
Waktu memang bisa menyembuhkan luka, meskipun membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Lambat laun kenangan yang menyedihkan pasti akan terlupakan.
Di tahun yang setiap hari turun hujan, memberikan perasaan tersendiri di ingatan Xiaotu. Untungnya, rasa itu tidak terlalu sakit.
Mungkin beberapa tahun yang akan datang, ketika Xiaotu teringat hal tersebut, dia pasti akan berterimakasih, di musim panas tahun itu, ada Cheng Zhiyan yang selalu berada di sisinya.
Musim panas ke musim dingin berganti sangat cepat, musim semi ke musim dingin juga berganti dengan cepat. Tak terasa Xiaotu sudah naik ke kelas TK Besar dan Cheng Zhiyan juga akan memasuki kelas 6 SD.
Anak-anak TK sudah tahu tentang mana yang cantik dan mana yang jelek. Xiaotu adalah gadis kecil yang cantik dan manis. Xiaotu telah berhasil membuat dirinya menjadi gadis yang tercantik di kelasnya.
Maka dari itu, setiap pulang sekolah, selalu ada gerombolan anak laki-laki yang mengelilingi Xiaotu. Gerombolan anak kecil itu selalu meneriaki Xiaotu dan ingin bermain ke rumah Xiaotu.
Setiap terjadi hal seperti itu, Cheng Zhiyan hanya terdiam melihat segerombolan anak kecil itu, sepatah kata pun tak terucap. Cheng Zhiyan dengan cepat berjalan ke arah gerombolan kurcaci itu lalu menarik Xiaotu keluar.
"Kakak Jus Jeruk! Kamu sudah datang!" Xiaotu melihat ke arah Cheng Zhiyan, dan tersenyum bagaikan bunga yang bermekaran.
"Hm." Cheng Zhiyan merangkul Xiaotu dan membawanya kembali ke sepeda. Segerombolan anak laki-laki itu masih terus berteriak dan mengikuti Xiaotu dan Cheng Zhiyan dari belakang.
"Kakak Jus Jeruk, apakah aku boleh mengajak teman-temanku bermain ke rumah?"