"Dia tidak tahu, tapi aku tahu." Yang Jiayi mengulurkan tangannya dan menghalangi jalan mereka. Dia tersenyum dan berkata pada Xiaotu: "Lain kali, kalau ada pertanyaan langsung saja tanyakan kepadaku."
".....??" Xiaotu menatapnya kebingungan.
"Baiklah, Yang Jiayi, segeralah kamu menyingkir sana. Lihat, kamu biasanya selalu melawan Cheng Zhiyan. Mengapa kamu tiba-tiba jadi begitu baik sekarang dengan membantu pacar kecilnya menjawab pertanyaan?" Xiafeng menatap Yang Jiayi dengan ekspresi jijik.
"Hehe." Yang Jiayi tersenyum, menepuk-nepuk topi merah yang ada di tangannya, lalu dengan santai berkata: "Cheng Zhiyan, anak ini selalu merebut semua yang seharusnya menjadi milikku, bahkan sekarang, dia juga sudah punya pacar, jadi aku juga tidak boleh kalah. Karena sekarang aku masih belum menemukan pacar baru, maka aku akan mengambil pacarnya."
"Kakak jus jeruk, apakah kamu mengambil barang miliknya?" Xiaotu menengadahkan kepalanya, dengan wajah polosnya dia bertanya.
Xiaotu ingat apa yang pernah dikatakan ibunya, mengambil barang milik orang lain itu tidak baik.
"..." Cheng Zhiyan terdiam menatap Yang Jiayi, dia sudah sudah malas menghadapi omomg kosong Yang Jiayi. Cheng Zhiyan terus berjalan menggandeng Xiaotu menuju keluar.
"Xiaotu, tahukah kamu,dikelas kami Cheng Zhiyan selalu mendapat rangking satu di ujian apa saja. Yang Jiayi hanya sekali mendapat rangking 1 sama dengan Cheng Zhiyan, namun selebihnya dia hanya mendapat rangking 2" Xiafeng berjalan dibelakang Xiaotu dan Cheng Zhiyan sambil menjelaskan kepada Xiaotu.
"Ha...aku tidak terlalu paham.." Xiaotu yang masih TK belum pernah mengerjakan ujian.
"Bagaimanapun, Kakak Jus Jerukmu memang yang terbaik.Yang Jiayi hanya kalah sedikit dengan Kakak Jus Jerukmu." Xiafeng menunjukkan 2 jari dan tertawa.
"Xiafeng apakah kamu ingin berkelahi??" Hati Yang Jianyi panas mendengar perkataan Xiafeng.
"Aku tidak mau berkelahi dengan anak perempuan." Xiafeng berlari setelah mengejek Yang Jiayi.
"Xiafeng!! Yang Jiayi meneriakinya, dan kemudian berlari mengejar Xiafeng.
"Hm..." Xiaotu melihat mereka berdua berlarian kejar-kejaran, seketika terdiam.
Cheng Zhiyan berdiri dan melihat dua orang tadi berkejar-kejaran, dia terdiam sejenak lalu membuka mulutnya dan memanggil: "Xiaotu."
"Apa??" Xiaotu menengadahkan kepalanya dan menatap Cheng Zhiyan.
"Lain kali kamu harus lebih berhati-hati, anak perempuan tidak boleh membiarkan dirinya seenaknya dicium orang lain, paham?? Cheng Zhiyan sedikit ragu saat mengatakan itu kepada Xiaotu.
"Tidak boleh mencium kakak lain?"
"Iya."
"Kalau kakak perempuan?"
"Juga tidak boleh."
"Kalau paman bibi??"
"Semuanya tidak boleh."
"Lalu bagaimana kalau orang lain sangat ingin menciumku??"
"Tampar dia." Dengan santai Cheng Zhiyan menjawab dengan dua kata itu.
"Owh." Xiatu menganggukkan kepalanya dengan bersemangat, seakan-akan mengatakan "paham".
"Ayo pergi." Cheng Zhiyan menggandeng tangan Xiaotu
"Baiklah!" Xiaotu berjalan sambil bertanya: "berarti Xiaotu hanya boleh dicium oleh ayah, ibu, bibi Zhou, dan Kakak Jus Jeruk?
"....."
Cheng Zhian terdiam sejenak saat mendengar ucapan Xiaotu, tak lama kemudian menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu kakak jus jeruk juga hanya boleh mencium ayah, ibu, dan Xiaotu saja?" Xiaotu mengedipkan matanya, wajahnya terlihat sangat penasaran.
"Pertanyaanmu sangat banyak."
"Ha? Tidak, kakak jus jeruk masih belum menjawab pertanyaanku…"
"..."