Ayah Xiaotu sedikit terkejut,lalu menyentuh jenggotnya yang berwarnya biru kehijau-hijauan. Ayah Xiaotu tidak bisa menahan tawanya.
Ibu Xiaotu datang dari belakang, tersenyum melihat dandanan anaknya, dan berkata : "Wow, Xiaotu hari ini terlihat sedikit lebih putih."
"Jelas, dong, aku memakai bedak." Xiaotu dengan bangga berkata kepada ibunya: "Bibi Zhou yang membantuku."
"Hm, dan juga titik merah itu." Ibu Xiaotu bertanya sambil tersenyum.
"Iya, betul." Xiaotu menganggukkan kepalanya.
"Xiaotu sangat cantik." Ayah Xiaotu mengangkat Xiaotu dan tersenyum. Mengangkat Xiaotu ke pundaknya dan dengan suara beratnya berkata, "Ayo kita pulang."
Xiaotu pun terkekeh.
Tiga hari setelah ayah Xiaotu pulang, Cheng Zhiyan duduk membaca buku di meja belajarnya.
Suasananya sangat tenang,tapi entah mengapa, terasa ada yang aneh.
Merasa...seperti ada yang kurang...
Salah satu tangan Cheng Zhiyan hanya menggerak-gerakkan pensil, sedang tangan satunya menopang dagu. Tatapanya mengarah ke buku yang ada di atas meja.Tanpa disadari sudah terselesaikan semua soal yang ada di bukunya. Namun, entah mengapa, pikirannya merasa tidak beres meski sudah menyelesaikan tulisan-tulisan itu.
Lalu apa yang kurang??
Cheng Zhiyan melemparkan pandangannya ke luar jendela, melihat burung merpati yang hinggap di ranting pohon.
"Kukukuku…." Burung pun memiringkan kepalanya dan,menatap ke arah Cheng Zhiyan.
Sepertinya... sangat sunyi...
Sudah lama kamarnya tak pernah sesunyi ini.
Tiba-tiba muncul dari benak Cheng Zhiyan, dan dia mendapati bahwa sekarang tidak ada lagi teriakan Xiaotu dari belakang tubuhnya, memanggil-manggil "Kakak Jus Jeruk" seperti biasanya.
Ruangan ini seketika berubah menjadi sepi.
"Tok tok tok." Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Cheng Zhiyan.
"Xiaotu?" Cheng Zhiyan berdiri, dan segera berlari ke depan pintu, lalu menarik pintu.
"Yanyan, kamu masih mengerjakan PR?? Zhou Wei tersenyum di depan pintu, melihat wajah putranya yang terlihat kecewa. Karena penasaran, Zhou Wei pun bertanya: "Ada apa? Sepertinya kamu tidak bahagia??"
"Tidak apa-apa..." Cheng Zhiyan sedikit kecewa karena yang mengetuk pintunya adalah ibunya.
Dia perlahan-lahan membalikkan badannya dan kembali ke meja belajarnya, mengambil pensilnya dan melanjutkan menjawab soal-soal.
"Malam ini Ibu Xiaotu mengundang kita untuk makan malam di rumahnya, kamu mandilah dan bersiap, ganti bajumu, jangan memakai baju tidur." Zhou Wei menyandarkan punggungnya di pintu kamar Cheng Zhiyan dan melihat putranya yang sedang mendengarnya berbicara. Dia melihat ekspresi bahagia dari raut wajah putranya, lalu bertanya: "Bukankah beberapa hari ini Xiaotu tidak datang mencarimu, apakah kamu tidak merindukannya??"
Cheng Zhiyan terkejut, terdiam dan memalingkan wajahnya menatap ibunya sembari berkata: "Siapa yang merindukannya? Aku tersenyum karena selama ini dia yang selalu makan di rumah kita, sekarang giliran kita makan di rumahnya."
"Owh.." Zhou Wei memutar badannya, lalu berjalan sambil berkata: "Aku kira hanya perempuan yang mengatakan "tidak" berarti "iya", ternyata laki-laki juga sama seperti itu."
"..." Cheng Zhiyan terdiam sebentar, lalu dengan suara pelan bertanya: "Ibu tadi bilang apa?"
"Tidak apa-apa." Zhou Wei yang sudah sampai di lantai bawah melambaikan tanganya.