"Ha??" Zhou Wei memalingkan wajahnya kembali dan menatap mata Cheng Zhiyan. Dengan tatapan bahagia, Ibi Cheng Zhiyan berkata : "Hari ini ibu Xiaotu tidak bisa menjemput Xiaotu, dia harus kerja lembur malam ini."
"Lalu??" Cheng Zhiyan menatap ibunya yang tampak bahagia dan seperti tidak berencana untuk menggendong Xiaotu ke kamarnya. Dengan pasrah dia bertanya: "Terus bagaimana dengan Xiaotu ini?"
"Dia akan tidur denganmu," Zhou Wei dengan wajah sok polos dan tersenyum jahat berkata "Putraku, tahukah kamu? Di bumi ini terdapat 6 miliar manusia. Seseorang yang ingin mencari jodoh bagaikan seseorang yang mencari jarum ditumpukan jerami. Bahkan ada orang yang tidak bisa menemukannya. Tapi kamu, lihat, betapa beruntungnya kamu, kamu sudah menemukan istri masa depanmu, bahkan sebelum kamu mencarinya. Dia bagaikan jatuh dari langit begitu saja."
Mata Cheng Zhiyan yang cerah dan berkilauan bagai bintang menyaksikan ibunya berpidato. Setelah terdiam selama beberapa detik, dia dengan suara lirih berkata, "Bu, bisakah Ibu berbicara langsung ke intinya?"
"Ke intinya apanya? Apakah kamu tidak pandai di ilmu bahasa?" Zhou Wei menjawab dengan ekspresi yang tidak senang, lalu melanjutkan ucapannya: "Kamu sama sekali tidak romantis. Intinya, Ibu baru saja mengatakan bahwa kamu harus menemani Xiaotu tidur malam ini."
"Mengapa?!" Dia mengernyitkan dahinya, dan menatap Xiaotu yang tidur nyenyak dalam pelukannya. Anak ini terlihat begitu imut saat sedang tidur, namun setelah dia bangun, dia menjadi seorang monster.
Cheng Zhiyan sudah menemaninya makan dan bermain, sekarang dia harus menemaninya tidur juga, bukankah dia sudah menjadi lebih dari sekedar teman??
"Karena…" Zhou Wei tersenyum kecil kepada Cheng Zhiyan dan menghampirinya lalu menggendong Xiaotu. Ketika dia baru saja mengangkat tubuh Xiaotu dari tubuh Cheng Zhiyan, tiba-tiba suara tangisan Xiaotu pecah, "Huaaa", "Tidak mau...aku ingin disini..."
...
Cheng Zhiyan pun terdiam melihat tubuh mungil yang berada di didekapannya, lalu memalingkan wajahnya dan melihat ibunya yang tampak bahagia… Kemudian dia berpikir bahwa hidupnya sangat mengenaskan.
"Lihat, sekarang tidak hanya ibunya saja yang bisa membuatnya tidur, kamu pun bisa. Sesungguhnya ibu ingin membantumu mengangkat Xiaotu, tapi dia tidak mau denganku..." Zhou Wei memegang Xiaotu dan melihat Xiaotu menangis dengan mata tertutup, lalu menatap kearah Cheng Zhiyan dengan pasrah.
Setelah Zhou Wei berbicara, dia melepaskan Xiaotu dan menaruhnya ke dalam pelukan Cheng Zhiyan lagi.
Namun Xiaotu hanya menangis sebentar, setelah 0,1 detik kemudian dia sudah berhenti menangis.
Dia sedikit kesal melihat Xiaotu, namun Xiaotu tampak begitu bahagia berada di dekapan Cheng Zhiyan. Cheng zhiyan merasa dirinya hendak jatuh.
"Baiklah, baiklah. Sayang, cepatlah kamu mandi lalu tidurlah lebih awal." Zhou Wei menyuruhnya dengan lembut dan keluar kamar.
Hanya ada Cheng Zhiyan dan Xiaotu yang berada di dalam kamar yang hening itu.
Dasar anak menyebalkan!
Cheng Zhiyan menundukkan kepalanya dan melihat pipi Xiaotu yang sedang tidur dengan manisnya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi anak itu.
Tidur!!
Dia menyalakan lampu tidur lalu meletakkan tubuh Xiaotu yang lembut ke atas kasur.
Malam itu, Cheng Zhiyan merasakan ada tangan kecil yang hangat menyentuh wajahnya, lalu menyentuh matanya, setelah mata lalu menyentuh hidungnya,lalu hidung, dan kemudian mulutnya.
Cheng Zhiyan membuka mata dan menatap Xiaotu yang tertidur berselimutkan sinar rembulan di sebelahnya.