Orang-orang yang menyergap Shia Tang kini mulai berpencar, Shia Tang akhirnya bisa menghirup udara segar. Tetapi, sebelum mereka pergi, Shia Tang didorong ke tanah dengan kasar, kemudian ia melihat deretan langkah kaki melintas di depan matanya. Ia melihat pengawal berlari di belakangnya.
Para pengawal saling bergandengan dan membentuk dua barisan pelindung yang cukup kuat untuk bisa memisahkan kerumunan perusuh agar ada jalan yang cukup untuk bisa dilewati mobil.
Mobil melintas perlahan di depan mata Shia Tang. Ia mendongak dan berpikir pria itu tidak akan bisa melihatnya. Tetapi jendela mobil perlahan terbuka, memperlihatkan wajah tampan yang tak terlupakan serta mata hitam yang mengerikan. Pria tersebut menatapnya dengan dingin dan melihatnya menderita.
Setelah mobil lewat, kerumunan orang berubah bentuk, mereka menghalangi pintu masuk dan memblokir jalan keluar.
Shia Tang sedikit menarik sudut mulutnya. Dengan segenap tenaga, ia bangkit. Menepuk debu dari gaunnya yang kotor, lalu mengambil tasnya. Ia berjalan ke pinggiran jalan hingga menemukan tempat yang bersih untuk duduk, menunggu sampai jalan bisa dilewati.
Shia Tang terdiam seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, ia hanya menganggap dirinya hanya tidak sengaja terjatuh.
Sudah ada kamera di pintu masuk jalan pribadi. Shia Tang berpikir bahwa ia bukanlah seorang penghuni Star Garden yang diakui, jadi ia tidak memenuhi syarat untuk dilindungi.
"Minggir!" Tiba-tiba, terdengar suara yang dalam dan kuat mendesak kerumunan untuk mundur. Kemudian, terlihat sosok tinggi dan berwibawa keluar dari mobil.
Kerumunan orang-orang yang berbicara semakin bersemangat, tetapi masih terlihat jelas ada sekelompok pengawal yang menurut orang-orang paling elit di dunia sedang berjaga disana. Sehingga, mereka tidak dapat mendekat.
Kemudian, terlihat seorang pria dengan sepatu kulit mengkilap berdiri tepat di depan Shia Tang. Billy Li yang berbadan tinggi memandang kebawah dengan rasa puas. Suasana menjadi sunyi dan senyap, membuat orang yang melihatnya akan berpikir, seolah-olah Billy Li ingin menghancurkan apapun di hadapannya.
"Kenapa kamu tadi tidak meminta tolong?" tanya Billy Li kepada Shia Tang.
Pengemudi baru saja dengan sengaja memperlambat mobilnya, kemudian mata Billy Li memandang Shia Tang. Disana, Shia Tang melihat tidak ada ketulusan ataupun keinginan untuk membantunya dalam pandangannya.
Billy Li lalu pergi begitu saja. Sama seperti, ketika seseorang melihat mobil di jalan raya, yang tak terhitung jumlahnya sedang melintas di sana. Seperti saat ini, pria itu tidak menunjukkan kalau ia merasa bersalah sedikitpun.
"Lupa..." Jawab Shia Tang singkat dengan wajah datar.
Shia Tang teringat, saat ia memohon untuk tidak dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Sampai pada akhirnya, ada hari dimana saat ia menangis bahagia karena dibebaskan dari rumah sakit jiwa. Shia Tang seakan sudah lupa bagaimana caranya meminta bantuan kepada seseorang.
Shia Tang berpikir, Siapa bilang berkata lupa bukan obat untuk mengatasi keputusasaan? ia tetap terdiam.
Sudut mata Billy Li yang dalam itu berkedip dengan jelas, saat mendengar satu kata yang keluar dari mulut Shia Tang. Seolah-olah ia hanya mengatakan, "Hari ini cuacanya cerah." Jelas! Hal ini sangat jauh berbeda dari harapan yang diinginkan oleh Billy Li.
Billy Li kembali mengajak Shia Tang berbicara, "Sekarang, kesempatan sudah ada di tanganmu. Apa yang akan kamu lakukan?" ia sangat ingin tahu.
Shia Tang memandangnya dengan takut, kemudian melirik pada kerumunan yang membuat kegaduhan di belakangnya. Ia akhirnya memilih untuk menunduk, "Apakah mereka pasti pergi?" tanya Shia Tang dengan perasaan cemas.
"Hari mulai gelap." jawab Billy Li singkat.
Shia Tang menatap langit yang semakin gelap, kemudian menatap mata pria itu lagi. Kali ini, ia menatap dengan keraguan, Tapi, itu tidak akan menjadi masalah bukan? Setelah itu, Shia Tang menggigit bibirnya dan meluapkan rasa takutnya.
Saat ini posisi Shia Tang sedang dikelilingi oleh hutan lebat dan gunung yang luas. Serta, harus menghadapi sekelompok pria yang telah berbuat onar. Jika ia berbohong dan berusaha mengatakan kalau dia tidak takut, anak kecil pun sepertinya tidak akan percaya padanya.
Tapi, itu tidak masalah. Rasa takut yang lebih mengerikan sudah pernah Shia Tang rasakan. Jadi, hal ini bukanlah masalah yang besar baginya.
"Tidak ada untungnya menjadi keras kepala." Billy Li mencibir Shia Tang.
"Aku... aku tidak keras kepala. Aku hanya ingin lebih memahami hal-hal apa saja yang lebih realistis." Shia menggeleng, tangannya mengambil ranting dari tanah lalu menggambar asal-asalan lingkaran di atas tanah. Sebenarnya, selama Shia Tang tidak melihat mata Billy Li yang dingin, ia sama sekali tidak kesulitan untuk berbicara dengannya.
"Aku ingin tahu apa yang kamu anggap sebagai hal yang lebih realistis?" Billy Li mulai penasaran dengan Shia Tang...