Rambut Shia Tang masih agak basah setelah selesai mandi. Biasanya, penampilan seorang wanita akan terlihat berbeda sebelum dan sesudah wanita tersebut memakai riasan. Namun, sepertinya Shia Tang tidak terlalu banyak berubah setelah riasannya hilang.
Wajah mungilnya yang polos tampak putih nan lembut, sebening kristal dan sejernih permukaan air yang bening. Kamar yang bersih dan segar seperti penuh dengan wangi gadis yang baru selesai mandi itu.
Tatapan mata Billy Li membuat Shia Tang merasa seolah-olah dirinya adalah seekor ulat kecil yang sedang ditatap oleh seekor elang. Ia pun merasakan sekujur tubuhnya menjadi beku.
Tiba-tiba, Billy Li bertanya "Apa ada orang yang kamu sukai?"
Shia Tang yang berdiri di ujung tempat tidur, menggeleng dengan gelisah. "Tidak ada."
Billy Li melanjutkan dengan sedikit menggoda Shia Tang, "Berarti, kamu juga belum pernah merasakan aroma seorang pria?"
Kata-kata Billy Li yang mengejek itu membuat Shia Tang merasa begitu malu hingga ia hanya bisa menggigit bibir.
Kemudian, suasana pun menjadi sunyi...
Billy Li masih menatapnya dengan tatapan dingin, seolah-olah pria itu adalah seekor elang yang sedang memikirkan bagaimana cara mencengkeram mangsanya. Butuh waktu lama baginya untuk membalikkan bingkai foto di sebelahnya, "Letakkan di atas meja!" Shia Tang mengambil bingkai foto di depannya. Begitu melihat foto tersebut, wajahnya memucat dan seluruh tubuhnya gemetar.
Gadis yang ada dalam foto persis dengan foto yang dibawa pria itu di upacara pernikahan. Namun, foto ini berwarna, membuat senyuman gadis tersebut tampak lebih ceria.
Itu semua membuat Shia Tang berpikir keras, Siapa sebenarnya gadis itu? Mengapa Billy Li harus meletakkan foto itu di kamar? Selain itu, kenapa foto itu diletakkan di sisi meja tempat tidurku? Berbagai pertanyaan seketika muncul di kepala Shia Tang.
Namun, pada akhirnya Billy Li tidak menyentuhnya, ia justru berbaring dan dalam beberapa saat sudah tertidur. Sementara itu, Shia Tang berbaring ke arah samping di ujung tempat tidur. Ia berbaring menghadap foto gadis itu dan jantungnya berdebar begitu kencangnya sampai-sampai ia tidak bisa tidur. Ia hanya menggulung diri di atas sepertiga tempat tidur seperti seekor udang. Sepasang matanya tetap terbuka hingga matahari terbit.
Keesokan paginya, Billy Li bangun pada pukul 07:00 dan pergi menuju lantai bawah pada pukul 07:10. Setelah sarapan, ia meninggalkan rumah pada pukul 07:40. Sepertinya ini telah menjadi jadwal sehari-harinya yang sudah terbentuk secara teratur sejak lama.
Begitu sudah tidak terdengar gerak-gerik pria itu di lantai bawah, Shia Tang berhenti berpura-pura tidur dan bergegas untuk bangun. Ia langsung mengeluarkan pakaian yang akan ia pakai hari ini dari kopernya dan berlari menuju kamar mandi. Ia sama sekali tidak berani lagi melihat foto yang terletak di atas meja di samping tempat tidurnya.
Setelah memoles lingkaran hitam di bawah matanya dengan bedak, Shia Tang beranjak turun ke ruang makan. Ketika saudari Liu menanyakan padanya sarapan apa yang ia inginkan, Shia Tang merasa tersanjung. Meskipun jelas-jelas ia tahu bahwa hal tersebut hanya bagian dari tugasnya. Jadi, Shia Tang meminta sarapan ala Cina yaitu, bubur bergizi dengan beberapa sayuran acar berasa unik yang akan membuat hatinya menjadi hangat.
Saudari Liu sebenarnya adalah kepala pelayan di Star Garden. Wajahnya selalu tampak datar dan tidak pernah menunjukkan ekspresi. Namun, sifatnya tidak sekeras pria yang memiliki Star Garden. Semua orang di tempat itu memanggil Shia Tang dengan sebutan nona Tang. Karena Billy Li, belum mengumumkan status pernikahannya secara resmi kepada mereka.
Dari saat pertama kali memijakkan kaki di Star Garden, Shia Tang tampaknya tidak memiliki pijakan. Setelah sarapan, Shia Tang memilih kembali ke atas untuk merapikan barang-barang pribadinya. Namun, tidak lama setelah ia kembali ke kamarnya, Saudari Liu datang dengan membawa orang asing.
"Nona Tang! Perkenalkan, ini adalah Tuan Smith, beliau adalah seorang psikiater terkenal. Tuan Billy yang mengundangnya kesini untuk memeriksa Anda." Saudari Liu menjelaskan kepada Shia Tang. Hati Shia Tang tiba-tiba terasa dingin, wajahnya memucat dan suasana hatinya menjadi tidak terkendali.
"Aku tidak sakit! Suruh dia pergi! Cepat suruh dia pergi!" Shia Tang merasa tidak nyaman dengan keberadaan psikiater tersebut.
"Pasien seperti ini biasanya mengatakan bahwa dia tidak sakit. Kondisinya sekarang pasti sedikit kacau." Dr. Smith selesai berbicara dengan rasa iba. Ia lalu memerintahkan dua asisten yang berada di belakangnya untuk maju dan menahan Shia Tang. Meskipun mereka berbicara dalam bahasa Inggris, Shia Tang mengerti.
Dengan kekuatannya yang lemah, Shia Tang tidak bisa melawan. Obat-obatan dimasukkan ke dalam jarum suntik... Hal ini bukanlah sesuatu yang baru baginya. Itu adalah obat penenang. Selain ketakutan, Shia Tang merasakan ketidakberdayaan. Ia tidak akan pernah bisa bangun dari mimpi buruk itu. Selamanya...
Sebelum tak sadarkan diri, ia melihat sesosok bayangan orang yang berdiri di pintu, memperhatikan perjuangannya dan keputusasaannya dengan dingin tanpa ekspresi. Kemudian, Shia melihatnya tertawa. Meskipun itu hanyalah tawa dingin, tetapi ia benar-benar tertawa, suaranya terdengar sangat kejam...