Apapun yang sedang dikatakan Billy Li dan Kris Tang, membuat Shia Tang tidak bisa lagi mendengarnya. Ia hanya merasa sudut hatinya benar-benar hancur, seluruh kegigihan dan kepercayaannya berubah menjadi hal yang konyol. Shia Tang mengira akhirnya dia bisa memiliki keluarga, ternyata ia hanya diperalat.
Billy Li begitu kejam, dia seperti sedang menendang punggungnya, dengan kejam memaksa Shia Tang untuk menerima kenyataan, memaksanya untuk mengakui betapa konyolnya ia saat ini, lalu menertawakan kebodohan dan kepolosannya. Harga diri Shia Tang yang tersisa telah diinjak-injak oleh suaminya. Mungkin, di mata suaminya, ia tidak pantas memiliki harga diri.
"Kamu sudah mendengarnya, masih bersikeras dengan keyakinan konyolmu itu?" Bily Li menutup telepon, berbalik, dan berkata pada Shia Tang.
Shia Tang hanya memandang ke bawah pada tetesan hujan yang jatuh di genangan air, ia melihat ada gelembung-gelembung kecil yang tercipta di genangan air tersebut. Rintik hujan semakin lama semakin deras. Air mata yang menetes ini, karena Shia Tang saat ini sedang menangisi dirinya yang begitu naif.
"Bintang kecilku telah kesepian di sini selama delapan belas tahun. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. dan hadiahnya telah kau hancurkan. Kalau begitu untuk menggantikan hadiah itu kamu harus temani dia semalaman. Aku yakin dia ingin mengobrol dengan seseorang yang juga bermarga Tang." Billy Li mengatakannya dengan acuh tak acuh dan kejam, kemudian berbalik dan pergi.
Shia Tang mengangkat kepalanya. "Apa kamu tahu jika Kakak kedua sudah lama memperalatku, lalu kamu sengaja meninggalkan surat bukti penyerahan tanah itu di ruang kerja?" Ternyata hari ini adalah hari ulang tahun orang terkasihnya, tetapi yang lebih ironis lagi, hari ini juga hari ulang tahun Shia Tang.
Nada rapuh itu menghentikan langkah kaki Billy Li, ia melihat ke samping untuk waktu yang lama dan berkata, " Benar, aku ingin tahu lebih banyak dengan apa yang akan kamu pilih dan apa yang akan kamu lakukan daripada hasil kontrak kerja sama dengan KY Grup."
"Kalau begitu, jika aku tidak membantu Kakak kedua, apa kamu akan memperlakukanku dengan baik?" Seperti sebelumnya, meskipun masih dingin, namun pria ini akan membawa Shia Tang ke restoran untuk makan, akan membantunya ketika ia diperlakukan semena-mena, ataupun ketika ia sedang diganggu.
Billy Li diam sejenak lalu berkata dengan kejam, "Aku tidak pernah baik hati padamu."
Bahkan kejadian indah yang tidak ingin Shia Tang hapus dari lubuk hatinya, kini terkikis oleh perkataan Billy Li yang kejam. Ternyata, semua perhatian suaminya selama ini hanyalah pendapat dari Shia Tang sendiri.
Shia Tang mendengar suara langkah kaki suaminya semakin menjauh dan tangisan yang ia tekan dari tadi akhirnya dilepaskan. Shia Tang menangis dengan diam di kuburan yang sepi ini.
Jederrr...
Tiba-tiba langit bergemuruh, Shia Tang menciut sambil menengok ke atas dan melihat sambaran petir yang mengerikan sedang melintasi langit. Kemudian, ia melihat sekeliling, langit menjadi semakin gelap dan suasana kuburan menjadi semakin seram.
Shia Tang teringat perkataan Billy Li sebelum meninggalkannya, ia teringat harus berada di sini selama semalaman. Lalu, Shia Tang menghapus air matanya berusaha bangkit berdiri. Langit mulai menggelap, tetapi Shia Tang masih bisa melihat pria itu baru masuk ke dalam mobil. Shia Tang berpikir, bahwa pria ini pasti bercanda.
Apa lagi yang salah denganku? Bukankah aku sudah membayar kesalahanku dengan apa yang aku lakukan tadi di rumah kaca? Shia Tang bergumam.
Tidak peduli seberapa keras pria ini, Shia Tang tahu, bahwa pria ini tidak mungkin lebih keras lagi padanya. Billy Li pasti hanya menakuti-nakutinya saja, lalu menunggunya di dalam mobil.
Tiba-tiba, Shia Tang memikirkan tentang si bintang kecil itu, ia melihat kembali ke batu nisan, membungkuk dalam-dalam dan meminta maaf, "Maaf!"
Kemudian Shia Tang lari terburu-buru, lupa membawa payungnya. Tidak peduli seberapa dalam dirinya terluka, klip dasi di telapak tangannya tidak pernah dia buang. Seolah-olah klip dasi itu menjadi sebuah keyakinan untuknya. Tetapi, ketika Shia Tang dalam beberapa langkah akan sampai menuju mobil, mobil itu tiba-tiba berjalan.
"Tidak! Tunggu aku..." Shia Tang mengulurkan tangannya, berteriak, dan terus mengejar, tetapi mobil itu tiba-tiba melaju kencang.
"Tunggu!" Shia Tang hanya sibuk mengejar, sampai lupa melihat jalan. Lalu, ia tersandung lubang kecil dan jatuh ke tanah. "Tidak! Jangan tinggalkan aku..."