Billy Li membalas tatapan istrinya, tetapi tatapan istrinya padanya adalah tatapan yang konyol. Istrinya melihat dengan mata menyelidik pada Billy Li, lalu tersenyum lebar sambil berkata, "Aku masih ingin tidur, jangan membangunkanku!" Terlihat agak bodoh dan sedikit manja. Tetapi Billy Li tahu betul seharusnya Shia Tang tidak mungkin memiliki ekspresi seperti itu sekarang.
Billy Li memikirkan dengan mendalam apa yang dikatakan Ethan Gu sebelum dia pergi, Sebagian besar, orang gila akan berbicara lebih normal daripada orang normal. Sering kali membuat orang lain bingung dan tidak bisa membedakan sebenarnya mereka orang yang normal atau tidak.
"Shia Tang, Jangan bermain-main denganku. Kamu tahu semua ini tidak akan bisa membodohiku!" Billy Li selalu tahu bahwa Shia Tang adalah orang yang cerdas.
"Sudah kubilang jangan membangunkanku, apa yang kamu lakukan?" Shia Tang tampak terganggu, dengan geram ia memukuli selimut sebagai bentuk protes dan juga menaik turunkan tangannya namun ini sangat berbahaya.
Billy Li mengerutkan keningnya dalam-dalam, menekan kedua tangan Shia Tang yang bergerak sembarangan dan menatap wajahnya dengan mata yang tajam. Berusaha menemukan kelemahan dalam ekspresinya.
Sudah hampir dua bulan sejak mereka menikah, Billy Li baru pertama kalinya melihat Shia Tang marah, bertingkah konyol, dan sedikit mengomel. Jika bukan gila, lalu apa lagi? Pikir Billy Li. Tidak mungkin Shia Tang bisa begitu berani memberikan berbagai jenis ekspresi seperti ini padanya, jika bukan karena wanita itu telah melewati kejadian tadi malam.
"Kenapa aku harus di infus? Aku tidak sakit! Aku mau keluar dari sini!" Shia Tang berontak karena melihat infus di tangannya.
"Siapa aku?" Billy Li masih tidak berani melepaskan tangannya dari wanita ini. Ia juga menemukan bahwa, mata istrinya tidak lagi takut padanya.
"Billy Li, suamiku!" Shia Tang menjawab dengan lancar.
Billy Li semakin mengerutkan alisnya dan berkata, "Kamu ingat semuanya?"
"Hahaha... Bagaimana mungkin? Suamiku ada di sana!" Shia Tang tiba-tiba menunjuk jarinya ke arah pintu.
Steve berdiri di pintu dengan kebingungan. "Bos, saya..."
"Suamiku, cepat kemari! Seseorang akan merebut istrimu!" Shia Tang menyingkirkan tangan Billy Li, lalu melukai punggung tangannya dengan klip dasi itu.
Shia Tang sama sekali tidak memandang Billy Li, Tetapi istrinya itu malah melambai pada Steve dengan penuh semangat. Dahi Steve sudah membentuk tiga lipatan, kali ini ia bingung harus memerankan peran yang mana.
Billy Li berdiri perlahan dan terus menatap Shia Tang yang sedang dalam kebingungan, lalu dengan tegas memerintahkan Steve, "Segera urus kepindahannya ke rumah sakit lain!"
Dengan cepat Shia Tang dipindahkan ke rumah sakit swasta 'Bayangan'. Di mana, rumah sakit itu menggunakan alat medis paling canggih untuk berbagai tes. Setelah Shia Tang diperiksa secara intensif, hasilnya menunjukkan bahwa semua indikasi tubuhnya normal.
Setelah Shia Tang di diagnosa oleh dokter yang berwenang dalam bidang psikologi dari seluruh dunia, bisa dipastikan bahwa wanita ini menderita sakit mental. Dokter ahli tersebut merekomendasikan, agar Shia Tang dibawa ke rumah sakit jiwa untuk perawatan lebih lanjut.
Mereka berjalan keluar dari rumah sakit, alis Billy Li mengerut ketika memandang wanita yang saat ini menarik Steve dan selalu memanggilnya dengan panggilan 'suami' itu.
"Nyonya, kenapa tidak jalan?" Steve berada di bawah tekanan yang luar biasa karena untuk sementara menjadi seorang 'suami'. Shia Tang berhenti di sana dan mengulurkan tangannya. "Ayo bermain suami menggendong istri!" Steve seperti merasa, bahwa ada sebuah pisau telah terbang menancap ke seluruh tubuhnya, mata bosnya semakin menajam.
"Nyonya, kita jangan bermain dulu, pulang ke rumah lebih penting." Dengan hujan keringat di tubuhnya, Steve hanya bisa berharap dan meminta tolong, jangan sampai membahayakan nyawanya.
"Salah!" Shia Tang tiba-tiba berkata.
"Apa?" Steve bingung.
"Kamu salah memanggil, kamu adalah Suami! Aku istri!" Shia Tang berkata dengan sangat serius dengan sikap bersungut-sungut seperti ini wajahnya kelihatan imut.
Sebenarnya Steve ingin menyeka keringatnya, ia memandang bosnya sebagai sinyal untuk meminta bantuan. Memanggil wanita milik bosnya dengan sebutan 'istri'? Steve berpikir, bahwa ia bukanlah kucing yang punya sembilan nyawa.
Ketika Steve mengira bosnya akan meninggalkan mereka. Bos malah berjalan ke arah wanita yang mengalami gangguan mental itu. Lalu, Steve menatap bosnya dengan tertegun. Ia tidak berani mempercayai, dengan apa yang ia lihat sekarang...