Bahagia ya?
Shia Tang merasa tidak ada pilihan lain selain tersenyum. Billy Li sudah tidak melecehkan dan mempermalukannya lagi selama dalam proses pemulihan. Apakah ini termasuk kebahagiaan?
"Baiklah, cepat bungkus, ayo kita pergi makan!" Sheryl Xia melambaikan tangannya, penjaga toko itu dengan segera menghampiri dan tersenyum patuh.
Setelah makan, Sheryl Xia mengajaknya berbelanja bersama. Selama 22 tahun terakhir yang selalu menemaninya hanyalah piano, tapi sekarang ... dia mendapatkan satu lagi teman yang tulus.
Dan...
Tanpa sadar mulutnya nampak sedikit naik saat dia memikirkan hadiah di dalam tasnya.
Tidak tahu bagaimana ekspresinya ketika dia melihat klip dasi ini.
Dalam benaknya dia sangat berharap, tapi lagi-lagi tidak berani berharap.
Pada saat berjalan, dua orang itu melewati sebuah toko piano. Dii dalam terdengar suara piano, langkah kaki Shia tang tanpa sadar berhenti, memandang dalam toko piano itu.
Sheryl Xia melihatnya seperti terobsesi, dengan segera menariknya masuk, melihat wajahnya seperti ingin masuk. "Kalau Bisa masuk kenapa menunggu di luar!"
Di ruang pameran piano itu, mata Shia Tang dalam sekejap terhubung dengan piano, benar-benar cerah. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengelus piano, nampak seperti ketika dia sudah sangat lama tidak berjumpa teman hidupnya selama bertahun-tahun.
"Nona, anda bisa mencobanya." Asisten toko datang dengan penuh semangat.
Bisa dikatakan Shia Tang merasa terjerat, ketika dia melihat-lihat deretan piano itu. Kepalanya lalu tertunduk memandangi kuku-kuku di jari kirinya, pandangannnya meredup.
Dari belakang, Sheryl Xia mendorongnya ke depan dengan lembut. "Kukumu belum tumbuh, itu tidak akan berpengaruh pada gerakanmu. Cepat, coba!"
Terlihat jelas jika Shia Tang sangat menyukai piano, dia benar-benar ingin melihat kemampuannya dalam memainkan piano.
Shia tang memandang Sheryl Xia dengan ragu-ragu. Setelah melihat Sheryl Xia memberinya dukungan dan semangat, dia tersenyum dan menganggukkan kepala. Duduk di kursi piano, dengan sepuluh jari lembutnya itu diletakkan diatas kunci hitam dan putih.
Setelah setengah bulan berlalu, jari-jarinya itu nampak bergerak bebas, dia hanya bertanya-tanya dalam dirinya mengapa dia tidak bisa menyentuh piano. Secara kebetulan hari ini dia mempunyai kesempatan untuk mencoba lagi. Jika hari ini tidak bisa, maka dia harus belajar untuk menyerah dalam sementara waktu dan menjaga tangannya sampai pulih seperti sediakala.
Shia tang menarik napas dalam-dalam dan menggerakkan jarinya. Di bawah jarinya, Serenade karya Mozart mengalir seperti suara surga.
Sheryl Xia mengatakan jika dia tidak mengerti piano, tetapi orang awam sepeti diapun mampu merasakan dan mendengarkan musik dari permainan pianonya. Itu seperti sebuah kenikmatan, kalau begitu pasti akan sangat sempurna.
...
Grup keluarga Li. Berlokasi di kantor presiden. Pria itu menundukkan kepalanya dan membaca setiap dokumen dengan penuh seksama. Suasana begitu hening sehingga dia hanya bisa membaca dokumen dan menulis dengan suara pena yang bergerak.
"Bos, perjalanan anda, tiga jam setelah ini telah dibatalkan. Apakah malam ini anda ingin menghadiri pesta jamuan makan malam khusus untuk putri tuan Lu yang telah kembali dari luar negeri? Steve mendorong pintu, berdiri di samping mejanya dan bertanya dengan singkat.
Billy Li menandatangani dokumen terakhir, meletakkan pena, dan mengarahkan pandangannya pada sudut meja dimana terdapat lingkaran pena merah dalam kalender. Tinggal tiga hari lagi.
"Panti asuhan bintang membutuhkan beberapa piano." Dia berkata dengan tiba-tiba. Dengan sigap tangan ramping itu mengambil kalender dan terus menatap hari itu – tanggal 28 Mei!
"Saya akan menghubungi pedagang dan segera mengirimnya." Steve menjawab.
"Tidak, aku sendiri yang akan memilih piano-piano itu. " Billy Li berkata, lalu bangkit, mengambil mantelnya, mengenakannya, memasang kancing mansetnya, dan keluar. "Beri tahu Fendi Lu bahwa aku akan datang tepat waktu untuk jamuan makan malamnya."
Meskipun Fendi Lu sudah menjalin hubungan kerja sama dengannya, tapi dia tidak akan membiarkan suatu hal meleset di luar dugaannya. Terutama ketika tanggal 28 tiba, dia harus mendapatkan hadiah ini!
"Baik." Steve melanjutkan, mengeluarkan ponselnya meneruskan instruksinya.
Tersisa tiga hari lagi untuk hari yang paling penting dalam setahun untuk Boss. Benar-benar tidak boleh membuat kesalahan sedikitpun!