Shawn Li dengan sangat terkejut, secara refleks ia berteriak, "Apa kak...? kakak... kakak ipar???" Ia menatap Shia Tang dengan tercengang. Kemudian berpikir, Bagaimana bisa seorang wanita yang bekerja sebagai pemain piano di restoran ini... ternyata adalah gadis gila dari keluarga Tang...?!
Jika tahu orang yang dikabarkan mengidap penyakit jiwa itu ternyata penampilannya begitu cantik dan normal. Mungkin Shawn Li akan langsung menikahinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Kak Billy, aku tidak tahu jika dia adalah kakak iparku... Kak Billy, aku mohon jangan jebloskan aku ke penjara kak... Aku tau aku memang bersalah! Kak Billy lihat? Kakak ipar juga telah marah. Lihat kak, kepalaku juga sakit!" Shawn Li mengusap dahinya yang berdarah sambil memohon belas kasihan.
Billy Li terlihat tidak peduli dengan keluhan Shawn Li. Kemudian, ia memberi perintah kepada Steve, "Steve, persediaan uang bulanan perusahaan yang diberikan kepadanya, bisa kau bekukan semua... Keluarga Li tidak perlu lagi membayar gaji anak-anak Donny Li. Mulai hari ini, mereka tidak lagi ada hubungannya dengan keluarga Li!"
Steve memandang Shawn Li dengan kasihan, Kenapa tidak ada yang memberitahunya kalau ada situasi yang seperti ini? Apakah dia tidak tahu, kalau bos adalah jenis orang yang tidak suka, melihat seseorang yang jelas-jelas bersalah, tetapi masih memohon untuk dimaafkan... maka orang itu akan semakin sulit untuk dimaafkan olehnya! Steve hanya membatin.
※
Pukul 9:00 malam hari ini.
Shia Tang merasa tidak tenang dan gelisah di dalam kamarnya, sejak ia tiba di rumah. Pada sore hari, ia mengikuti Billy Li dan berjalan keluar dari restoran. Ia hanya bisa menatapnya dalam-dalam dan meminta sopir untuk mengantarnya pulang. Ia tidak percaya bahwa Billy Li akan melepaskannya begitu saja.
"Tuan...", suara saudari Liu terdengar dari lantai bawah.
Kemudian Shia Tang berbaring di atas kasur, ia merasakan tubuhnya menegang. Apakah Billy Li sudah pulang? Tanya Shia Tang dalam hati. Ini terlalu malam, aku tidak tahu apakah bisa pergi keluar atau tidak? Karena biasanya ketika pria itu kembali lebih awal, Shia Tang tidak akan bisa keluar lagi.
Ketika Billy Li membuka pintu, seperti biasa ia melihat Shia Tang tidur di atas kasur sambil menyamping. Pria tersebut hanya memandangnya dengan ringan, melepas dasi dan jasnya, kemudian pergi ke kamar mandi.
Shia Tang yang sedang berpura-pura tidur, menghela napas lega. Tetapi, saat mendengarkan suara air yang datang dari kamar mandi, sarafnya segera mengencang lagi. Ia berdoa semoga Billy Li tidak mempersulit dirinya.
Sepuluh menit kemudian, terdengar pintu kamar mandi terbuka, Shia Tang menjadi lebih kaku dan menahan napas. Langkah kaki pria itu datang menuju ke arahnya. Ia memejamkan matanya erat-erat, berharap Billy Li hanya melihat foto di samping tempat tidurnya.
Dengan cepat, laci disamping tempat tidur itu pun dibuka. Lalu, terdengar ada sesuatu yang sedang dilemparkan Billy Li ke depannya. Kemudian, terdengar suara dingin yang tegas, "Tumben kamu sudah tidur? Mau menipu siapa sekarang?" Billy Li tahu, bahwa Shia Tang dari tadi hanya sedang berpura-pura tidur.
Karena ketahuan, tubuh Shia Tang gemetar, perlahan ia membuka matanya yang dihiasi bulu mata panjang. Ia melihat pengering rambut di atas tempat tidur. Kemudian, ia melihat bahwa Billy Li sedang duduk di depan meja rias. Pria itu segera bangkit, mengambil pengering rambut dan pergi untuk membantu mengeringkan rambut Shia Tang.
Tangan itu dengan lembut membelai rambut yang hitam dan basah, terlihat sebuah pengering rambut bekerja dalam diam. Rambut Shia Tang yang hitam pekat, memancarkan kesegaran setelah dicuci. Terlihat pantulan wajah Billy Li yang mengantuk di cermin, wajah yang keras tersebut sedikit melembut.
Rambut Shia Tang telah kering, Billy Li lalu mematikan alat pengering rambut. Shia Tang ragu untuk berbicara pada pria itu. Dengan menghadap cermin, ia berkata kepada Billy Li, "Terima kasih..." hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya.
Setelah itu, Shia Tang berbalik dan pergi, tidak berani menatapnya. Billy Li dengan kuat meraih tangan Shia Tang dan mendekapnya, membelai rambut yang menempel di dadanya dan bertanya, "Apakah kamu sangat suka bermain piano?"
Shia Tang membeku tidak berani bergerak, kemudian mengangguk kaku, melihat ke dalam mata hitam Billy Li yang tidak memiliki emosi.
Lalu, Billy Li melepaskannya, mengambil sebatang rokok dan berkata, "Lepaskan...!"
Shia Tang kemudian melepaskan diri dan berkata, "Aku... aku tidak mengerti maksudmu?" ia berdiri di depan Billy Li, mencengkeram lipatan leher baju tidurnya dengan erat dan merasa sangat gelisah.
Pria itu menghisap ujung rokok dan menghembuskan asapnya. Kemudian, asap tipis itu menyelimutinya, membuat orang lain tidak bisa melihatnya dengan jelas. "Bagaimana bisa kamu belajar piano diluar... Hmm?" Billy Li menariknya lagi dan menghembuskan asap pada Shia Tang.
"Uhukk..." Karena bau asap yang menyengat, membuat Shia Tang batuk cukup kuat dan kencang, tangan kecilnya berada di bahu pria itu.
"Kalau kamu mau belajar... bukankah kamu harus menukarnya dengan sesuatu. Apakah kamu lupa?" Billy Li mengambil rokok dari mulutnya, lalu mematikannya...