Chereads / Suami Sementara / Chapter 18 - Aku Hanya Akan Mengajarimu Sekali

Chapter 18 - Aku Hanya Akan Mengajarimu Sekali

Tubuh Shia tang membeku. Ia ingin menutup wajahnya, tapi dihentikan oleh Billy Li. "Atau... kau rela mengorbankan bermain piano, sesuatu yang paling kamu sukai?" Billy Li melanjutkan pertanyaannya.

Benar, bermain piano adalah yang paling aku sukai, tidak ada hal lain yang bisa aku banggakan selain bermain piano... Shia Tang membenarkan pertanyaan Billy Li dalam hati. 

"Kamu ingin aku melakukan apa?" tanya Shia Tang dengan sangat lirih. Ia merasakan pandangan Billy Li yang sedingin es, kini tampak lebih mengerikan saat dilihat dari dekat.

Billy Li melepaskannya. Ia kemudian mengatur posisinya senyaman mungkin di atas tempat tidur sebelum mengatakan, "Bisa dimulai?" 

Shia Tang tertegun, tidak mengerti apa yang ingin pria itu mulai.

Setelah menunggu dan menunggu, Billy Li membuka mata dan berkata dengan ketus saat melihat gadis yang bingung itu, "Apa kamu tidak mengerti?"

Shia Tang sedikit menggeleng. Tak disangka, Billy Li mengulurkan tangan dan menariknya. "Aku akan mengajarimu sekali saja. Lain kali, lakukan sendiri!"

Kemudian, di malam yang gelap dan di dalam kamar yang sunyi itu, terdengar suara napas Shia Tang yang tak beraturan.

Pagi hari telah tiba, Shia Tang yang kesulitan tidur di malam hari turun ke lantai bawah dan melihat kurir pengiriman barang dengan hati-hati memindahkan piano tiga kaki ke dekat jendela. Betapa terkejutnya ia saat melihat ada sebuah piano dengan perpaduan gaya barat dan asia ada didepannya, sungguh suatu perpaduan gaya yang harmonis.... Shia Tang begitu takjub.

Sekadar info, piano ini adalah piano artistik pertama yang menggabungkan teknologi produksi piano terbaik di dunia dengan gaya Cina kontemporer. Bisa dikatakan, hanya ada satu jenis piano semacam ini di seluruh dunia.

Dengan hati senang, Shia Tang menghampiri piano itu untuk melihatnya dari dekat. Ia pun tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya kepada saudari Liu, "Saudari Liu, piano ini..."

Belum selesai ia bertanya, terdengar suara berat dari belakang, "Apa kamu menyukainya?" Sudut mulut Shia Tang menjadi kaku. Bukankah seharusnya Billy Li sudah pergi ke perusahaan? ia membatin dalam hati.

Ketika piano sedang diatur, Billy Li datang mendekat, jari-jarinya yang kurus membelai tutup piano, membukanya, kemudian menekan tuts piano dan membuat suara keluar dari sana.

Lalu, Billy Li memberi perintah kepada Shia Tang, "Kemarilah, coba periksa suaranya."

Ketika mendengarnya, Shia Tang seperti tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Ia melihat piano itu, matanya yang jernih berbinar-binar. Perasaannya terasa seperti mengalir sampai ke ujung jari.

Shia Tang duduk di depan piano dengan penuh semangat, kemudian menarik napas panjang dan jari-jarinya yang ramping mulai melantunkan lagu 'Little Star'. Billy Li bersandar pada piano, menatap dingin wanita yang kini sedang memainkan lagu tersebut.

Saat Shia Tang menyentuh piano itu, seluruh tubuhnya terlihat seperti tengah bercahaya, seolah-olah ia adalah satu-satunya orang yang tersisa di dunia. Tidak diragukan lagi, saat ini, kecantikan Shia Tang sungguh menyesakkan dada orang yang melihatnya. 

Ketika selesai memainkan lagunya, Shia Tang menoleh. Matanya bersinar seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu. "Apakah Ini untukku?" tanyanya bersemangat.

Billy Li meletakkan sikunya di atas piano. Sambil bertopang dagu, ia mencibir dan tersenyum, "Bukankah kamu suka bermain piano? Bukankah kamu ingin menunjukkan bakatmu ini pada dunia?"

Shia Tang merasa hatinya bergetar, ia segera melihat ke arah lain. Kemudian, menarik jari-jemarinya dari tuts piano, menunduk sambil berbisik, "Tadi malam, kamu berjanji padaku." 

Billy Li tertegun dan bertanya, "Memangnya apa yang aku janjikan padamu?" ia mengangkat wajah kecil Shia Tang yang sedang menunduk.

"Jelas-jelas kamu bilang… jika aku bersedia melakukannya, maka kamu mengizinkan ku untuk melanjutkan permainan pianoku di luar." Shia Tang mengingat kejadian semalam sambil menggigit bibirnya. Ia pun kembali merasa sangat malu hingga ia menggigit bibirnya semakin keras.

"Apa aku mengatakannya?" Billy Li menggunakan jari-jarinya untuk memaksa Shia Tang berhenti menggigit bibirnya sendiri. "Kau..." Shia Tang tiba-tiba berdiri. Dia merasa telah ditipu.

"Ciuman pertamamu yang kamu tukar, adalah kesempatanmu untuk belajar piano. Katakan padaku, apa kamu benar-benar ingin belajar piano?" Billy Li memburu Shia Tang dengan pertanyaan. 

Shia Tang diam saja tak berani menjawab, ia memang sudah membohongi Billy Li sejak awal. Ia tidak belajar piano. Semua itu hanya alasan agar ia bisa keluar rumah dan mencari uang untuk dirinya sendiri.

"Tadi malam, aku hanya menghukummu. Sudah kubilang, jangan bermain-main denganku..."