Martha sudah memutar kedua bola matanya dengan perasaan lelah, kemudian melanjutkan ceritanya.
"Oh! Ayolah, Monic. Jangan bercanda dan berpura-pura di depanku? Kenapa ketika aku bertanya padamu bagaimana wajahnya, kau hanya mengatakan pria itu sebatas tampan dan tidak mengemukakan dengan sangat jelas bahwa pria itu benar-benar sangat tampan dan berkharisma. Kau ingin menyembunyikan kelebihannya itu untuk dirimu sendiri?"
Tuduhan Martha yang terakhir membuat Monica tertawa mengejek.
"Apa? Kau bercanda?" ucap Monica.
Martha kemudian membalasnya.
"Tentu saja tidak. Karena ketika aku bertemu dengannya langsung segala kekesalan dan kemarahan yang sempat aku tampung untuk aku luapkan, dalam waktu sekejap semua itu langsung menguap bagai asap ketika aku melihat wajah indahnya."
Martha kemudian menatap Monica dengan ekspresi yang lebih serius.