Faisan kemudian menambahkan.
"Tarik napas. Dan hembuskan. Tarik kembali dan hembuskan," ucap Faisan memberikan aba-aba entah bagaimana suasana hati Monica yang sudah ingin menerkamnya hidup-hidup.
"Kau masih ingin memintaku untuk mengatur napas. Padahal aku sudah menerkanmu hidup-hidup?"
Bukan percakapan dan perbincangan antara seorang pasien dengan dokter pribadinya secara umum.
Namun Faisan masih mencoba untuk bersikap netral dan tidak terpancing emosi.
"Aku tahu Anda sedang sangat emosi, Nona Monic. Tapi kemarahan tidak bisa menyampaikan banyak hal yang ingin kau sampaikan padaku. Jadi tenanglah. Dan katakan. Apa yang membuatmu pantas untuk menceramahiku hari ini?" ucap Dokter Faisan dengan sangat tenang dan paham betul bagaimana emosi seseorang tidak bisa dibalas dengan emosi balik.
Monica langsung saja menyerangnya.
"Bisa kau jelaskan, bagaimana ada orang lain yang mengetahui dengan lengkap soal penyakit Prosopagnosia milikku?" ucap dan tekan Monica dengan sangat tajam.