Chereads / Legendary the Devil Knight (Indonesia) / Chapter 11 - Chapter 11 - Daya

Chapter 11 - Chapter 11 - Daya

Dua minggu sudah berlalu, Jira yang sedang menebas pedangnya ke berbagai arah, nafasnya yang terkontrol dan juga gerakannya seperti master pedang, kemudian tiba-tiba terdengar suara Hans yang bicara, datang dari belakang.

Hans : "Woaaah, Jira sepertinya kau semakin kuat".

Jira yang sedang fokus latihan, refleks teralihkan oleh Hans, dengan menoleh ke arahnya.

Jira : "Sepertinya kau sudah sembuh hah!"

"Ayo, majulah Hans, aku sudah tidak sabar" (sambil pemanasan, membunyikan lehernya dengan memutar-mutarkanya).

"Aku sudah lama menunggu"

Hans yang mendengar perkataan Jira, langsung melihat ke arah langit pada siang hari.

Hans : "Aeergh, hari ini, cuacanya sangat indah bukan"

"Baiklah!!"

"Jangan memaksakan keberuntunganmu hari ini"

Jira : "Aku tidak akan segan, Hans!"

"Setelah apa yang menimpamu" (Sambil menjatuhkan pedangnya ke tanah, seolah-olah itu adalah pertarungan tangan kosong).

Mereka berdua bersiap dengan kuda-kudanya, saling berteriak satu sama lain.

"Jiraaaaaa"

"Haaaaans"

Lalu mereka mulai saling menyerang satu sama lain.

Mina yang baru saja datang habis berlari, melihat mereka berdua, lalu berkata kepada dirinya sendiri.

Mina : "Mulai lagi!"

"Kebodohan mereka, tidak ada habisnya"

Lalu teriakan dari arah rumah dengan pintu terbuka, terdengar jelas kepada mereka bertiga.

Hana : "Oi, Kalian, makan siang sudah siap!!"

Setelah mendengar Hana, mereka berdua pun berhenti bertarung.

Jira dan Hans : "Yeaaaah"

Mina : "Aeergh, makanan sepertinya menyadarkan mereka."

Di meja makan sudah ada Hans, Jira, dan Mina yang menyantap makanannya dengan lahap, tiada ampun lagi bagi bakso yamin.

Kemudian Jack berkata dengan lantang saat mereka sedang asyik-asyiknya makan.

Jack : "Oi kalian, aku akan memberi tugas selanjutnya, sebaiknya kalian bersiap sesudah makan!!"

"Aku akan menunggu kalian di luar"

Hans, Mina, dan Jira yang mendengarnya pun terhenti makannya setelah mendengar Paman Jack.

Mereka berdua menelan ludah lalu tersenyum.

"Yosh"

"Ini yang kita tunggu-tunggu"

Kemudian mereka bertiga melanjutkan menyantap makanannya.

***

Di luar halaman rumah, Hans Jira, dan Mina sudah berbaris ke samping, menunggu instruksi yang akan diberikan Paman Jack.

Jack : "Ini sudah waktunya bagi kalian untuk ke tahap selanjutnya!"

"Tugas kalian selanjutnya adalah melatih kemampuan kalian!!"

Hans, Jira, dan Mina sontak fokus mendengarkan, seolah-olah inilah yang mereka sudah tunggu-tunggu. Kemudian Paman Jack melanjutkan perkataannya lagi.

Jack : "Aku akan menjelaskannya secara singkat."

"Setiap makhluk hidup mempunyai energi. Energi itu disebut daya"

"Daya adalah energi, yang terpendam dalam diri dari setiap manusia, itu semua adalah sensasi yang sudah pasti manusia miliki. Tapi, hampir sebagian besar manusia tidak menyadari sumber daya energi itu"

"Sumber energi dasar yang diperlukan oleh para kesatria untuk melakukan berbagai teknik kemampuan".

"Daya energi yang di pakai juga, dapat meregenerasi melalui tidur, makan, atau pun meditasi".

"Daya terbagi menjadi dua, yang pertama adalah daya fisik, diambil dari sel-sel yang membentuk tubuh manusia, dan yang kedua daya mental, diperoleh melalui pengalaman dan dengan melatih tubuh."

"Daya, menyebar ke seluruh tubuh dengan cara sistem sirkulasi dan diserahkan kepada energi dalam tubuh, kemudian dapat di manipulasi untuk menciptakan teknik kemampuan."

"Daya memiliki batasan dan aturan dalam penggunaannya. Oleh karena itu kekuatan yang dihasilkan pun terbatas pada aturan-aturan daya."

Setelah mendengarkan perkataannya Paman Jack, muncul asap di kepala mereka bertiga, dan juga telinga mereka menjadi merah berasap, seolah-olah omongan Paman Jack tidak terbendung lagi di otak mereka bertiga.

Hans : "Paman, bisakah kau menjelaskannya menjadi lebih ringan."

Jack : "Aku akan menerangkan dari yang pertama"

"Yang kalian, selama ini pelajari, adalah Daya Physical"

"Daya physical adalah kekuatan daya energi yang diperoleh dari tubuh kalian, yang bisa kalian dapatkan dari pengalaman bertarung maupun latihan intensif."

"seperti latihan yang kalian lakukan selama ini."

"Tentu saja ada tingkatan ke tahap selanjutnya, yang disebut dengan Daya kontrol"

"Energi yang dapat di kontrol dari dalam tubuh, bukan hanya itu!"

"Seseorang yang menguasainya, dapat memusatkannya pada titik tertentu, bisa dipakai sebagai bertahan maupun menyerang."

"Kalian bisa memukulku di bagian mana pun, dengan sekuat tenaga yang kalian miliki!!."

Mereka bertiga saling menatap kebingungan, namun Jira, maju memberanikan dirinya.

Jira : "Baiklah aku saja Paman."

Lalu Jira bersiap kuda-kuda dengan kepalan tangannya, tinjuannya akan segera di layangkan, kemudian mengarahkannya tepat di perut Jack.

"Bang"

Pukulan keras yang dilayangkan oleh Jira, kini berbalik kepada Jira yang terpental ke belakang.

Jira : "Awwgrh sakit" (mengusap tangannya yang kesakitan).

"Rasanya, aku seperti menonjok batu"

Hans : "Woaah, Aku melihatnya dengan jelas"

Lalu Hans dalam hatinya berbicara.

"Ini sama seperti Bima, saat bertarung denganku"

Mina : "Apakah itu yang disebut daya Paman?"

Jack : "Tentu saja"

"Namun yang baru saja kalian lihat itu adalah aura yang dihasilkan dari daya yang ada dalam dirimu ketika kau bisa mengontrolnya."

"aku akan menunjukan daya kontrol yang bisa menyerang"

Kemudian tiba-tiba muncul aura berwarna biru dari tangan Jack.

"Lihatlah baik-baik."

"Bang."

Jack meninju tanah tepat di bawahnya, sampai hancur.

"Woaaah hebat"

Mereka melihatnya dengan mata bulat yang bersinar

Jira : "Apakah aku bisa melakukannya."

Paman Jack yang melihat mereka terkagum-kagum memotong pembicaraan mereka.

Jack : "Aku belum selesai."

"Selanjutnya adalah daya domain, ini adalah level yang terakhir dari manifestasi daya energi yang bisa diperoleh dari dalam tubuh."

"Daya domain bisa mentransformasikan daya energi ke dalam bentuk teknik kemampuan."

"Seperti yang kalian lihat kemampuan Hana, saat pertarungan melawan monster babi."

"Di level ini aku tidak bisa membantu kalian."

"Karena setiap kemampuan orang berbeda-beda, kalian harus mengenali dirimu sendiri. Tidak ada yang bisa membantumu kecuali dirimu sendiri."

"Hal pertama yang harus kalian lakukan adalah kenali dirimu sendiri."

"Aku tidak peduli kalian akan mendapatkan kemampuannya dari mana, kalian tidak boleh pulang sebelum kalian mencari kemampuan kalian."

Hans : "Seperti biasa Paman Jack sangat kejam" (dalam hatinya).

Mina : "Paman apakah aku bisa mendapatkan kemampuan yang sama dengan orang lain?"

Sambil kebingungan menjawab Jack berpikir sejenak.

Jack : "Hmm, Bisa saja, tapi itu akan menjadi buruk untukmu."

"Karena ketika kalian terlahir sebagai kucing, apakah kalian akan belajar menggonggong seperti anjing?"

"Kurasa itu akan aneh."

Mina : "Apa yang Paman maksud terlahir adalah takdir?"

Jack : "Bisa dibilang begitu, karena di dalam dirimu terkandung gen darah orang tuamu"

Mina : "Oh begitu, sekarang aku tahu yang dimaksud Paman."

Hans : "Jadi dalam latihan kali ini, kita akan mempelajarinya sendirian Paman?"

Jack : "Tentu saja!"

"Paman kapan kita akan mencarinya?"

Jack : "Besok kalian akan pergi"

"Sebaiknya kalian bersiap-siap dari sekarang"

Keesokan harinya pada pagi hari, Jack dengan wajah menyeramkannya melihat mereka bertiga yang sedang tertidur pulas.

"Anak-anak berandal ini!"

"Kenapa kalian belum juga bersiap-siap"

Mereka bertiga, sontak terbangun mendengar teriakan Jack, lalu dengan panik mereka berlari, segera mempersiapkan petualangan mereka untuk mencari jati diri.

Setelah mereka bertiga sudah mempersiapkan perlengkapan untuk petualangan di luar sana, kemudian Paman Jack memanggil Hans.

Jack : "Hans, kemari!!"

Hans : "Ada apa Paman?" (Sambil berjalan menghampirinya).

Kemudian Jack mengambil sebuah kotak dari dalam dimensi yang di buatnya, kemudian membuka isi dari kotak panjang tersebut, di sana terlihat benda yang ditutupi kain berwarna merah gelap, di pinggirnya ada sebuah motif berwarna emas terang.

Setelah perlahan kain itu terbuka, benda yang dibalut itu pun mulai terlihat, itu adalah sebuah belati. Mata Hans dengan bulat melihat belati tersebut, lalu Paman Jack memberi belatinya itu, kepada Hans.

Jack : "Ambil ini!"

"Kau menyukai belati kan"

Tanpa pikir panjang, Hans, mengambil belati itu dari tangan Jack, matanya tidak bisa berhenti melihat keindahan belati tersebut"

Jack : "Ini bukan sembarang belati biasa Hans, karena belati ini dibuat oleh pandai besi terhebat didunia, bernama Goho dari suku Madura."

"Belati ini bernama Mercury"

Hans : "Woaaah, Mercury yah"

"Sekarang kau akan menjadi teman baruku"

Jira : "Paman apakah kau tidak akan memberiku?"

Jack : "Kau kan sudah ada!"

Mina : "Paman, aku belum mempunyai senjata"

Jack : "Tongkat sihir itu senjata Mina, kau harus terus berlatih jika mau seranganmu kuat"

"Apapun senjatanya, itu tergantung kepada si pemakainya"

Mina : "Oh begitu Paman"

"Jadi aku harus berlatih, jika ingin mempunyai senjata yang kuat"

"Masuk akal sih"

Hans : "Apa kau sebodoh itu, semua orang juga tahu!"

Mina : "Aeegrrrh" (menyerang dengan menjenggut rambutnya).

Hans : "Ampun!.. Orang gila!"

Hana lalu datang membawa bekal kotak makanan, dan obat medis.

Hana : "Ini bekal untuk perjalanan kalian."

Hans : "Uh Hana, terima kasih".

Sambil memasukannya ke dalam kantong mereka masing-masing.

Mereka bertiga sudah siap segera berangkat, lalu pergi berjalan meninggalkan rumah.

Mereka bertiga pun semakin jauh meninggalkan rumah, Hana lalu berteriak ke arah mereka.

Hana : "Kalian pulanglah dengan selamat!" (sambil melambaikan tangannya).

"Hati-hati di dalam perjalanan kalian ya!"

Mereka bertiga pun tersenyum setelah mendengarnya, sambil membalas lambaian tangannya.

***

Pintu terbuka, di sana terlihat Semanta berjalan di sebuah ruangan yang cukup megah, juga ada penjaga berjajar memakai baju zirah, semua orang di ruangan itu, pandangannya tertuju pada Semanta, yang berjalan ke arah seseorang yang duduk di kursi yang megah, sebagiannya terbuat dari emas dan logam.

Orang itu bernama Solamun, tubuhnya berbadan gemuk dengan umurnya yang sudah cukup tua, sekitar 40 tahun, dengan kumisnya yang tebal, rambutnya yang tertata rapih ke belakang, dan memakai baju bangsawan yang mewah karena dia adalah seorang kepala desa yang di utus oleh Raja.

Kemudian ada dua wanita yang berdiri di sampingnya sedang melayaninya, menyediakan botol anggur, bersama gelas mewah, dan buah-buahan yang melengkapinya.

Kemudian Semanta, berbicara dengan lantang kepada Solamun.

Semanta : "Tuan, sepertinya aku mempunyai kabar baik"

"Eh tidak, sepertinya itu kabar buruk."

Seseorang lalu, memotong Semanta yang sedang bicara, dia adalah seseorang yang di percaya oleh Solomon sebagai asisten, bernama Rasid, dia juga selain yang mengurus urusannya, bisa juga sebagai juru bicaranya. Umurnya sekitar 30 tahunan, dengan tubuhnya yang kurus, rambutnya yang berponi tebal, dengan pakaiannya yang mewah seperti bangsawan, dan Rasid selalu membawa buku di tangannya, untuk mencatat jadwal dan rencana yang akan dilakukan Solamun.

Rasid : "Oi, Semanta sebaiknya kau menundukkan kepalamu sebelum kau bicara"

Semanta : "Aku tidak berbicara padamu!" (menjawabnya dengan dingin).

Rasid : "Kurang ajar kau!!"

Lalu Solamun dengan tangannya menghentikan Rasid yang berbicara, lalu berbicara kepada Semanta.

Solamun : "Apa yang mau kau sampaikan?!"

"Jangan bertele-tele."

Semanta : "Sepertinya aku baru saja bertemu Kapten Jack"

"Sepertinya dia belum mati"

Kemudian setelah mendengar perkataan Semanta, sampai membuat Solamun pun terkejut bukan main, terutama yang di ruangan itu.

Solamun : "Hah, apa katamu?"

"Maksudmu Jack Morgan?"

Semanta pun mengangguk, dengan ketenangannya.

Solamun : "Kenapa dia bisa masih hidup!."

"Apa dia yang menghalangi rencana kita, selama ini?"

Semanta : "Sepertinya tidak"

"Pertama kupikir begitu, ternyata setelah beberapa hari aku mengawasinya, dia hanya berburu monster di gerbang iblis yang tak terlihat"

Solamun : "Awasi dia terus!!"

"Jangan sampai dia menggagalkan bisnis kita di sini!"

"Aku menyerahkannya padamu!"

Semanta : "Baiklah!"

"Mungkin ini akan sedikit mahal, dari biasa kau membayarku"

Tanpa pikir panjang, Solamun memerintahkan Rasid untuk memberikan bayarannya kepada Semanta.

Solamun : "Berikan kepadanya!"

Rasid pun memberikan dua kantong yang berisi koin emas, namun Semanta mengeluh.

Semanta : "Aeegh, apa kau bercanda?"

Solamon : "Kasih dia dua kantong lagi, Rasid!!"

Rasid dengan kesal menuruti Solamun.

Semanta : "Nah, ini baru sepadan!"

"Tuan, semoga harimu menyenangkan"

Lalu pergi meninggalkan ruangan dengan tenang

Rasid : "Tuan apa kau yakin dia bisa diandalkan?"

Solamun : "Semanata mungkin kesatria kelas tingkatan antara B, atau A.

"Tapi kelicikannya tidak bisa lagi dipungkiri"

"Kita lihat saja, mungkin kita harus membuat rencana baru"

***

Di saat perjalanan mereka, Mina bertanya kepada Hans dan Jira.

Mina : "Ke mana kita akan mendapatkan kemampuan kita?"

Hans : "Aku tidak tahu"

Jira : "Apakah sebaiknya kita seharusnya berpencar?"

"Mina apakah kamu takut sendirian?"

Mina pun menjawabnya dengan terbata-bata.

Mina : "A-a-pa maksudmu, aku sama sekali tidak takut!"

"Malahan aku merasa tertantang!"

Hans : "Oh gitu?"

"Terus kenapa kakimu bergetar?" (Meledeknya).

Mina : "Itu kan karena aku memang kayak gini dari dulu, yah kan Jira?"

Jira lalu berpikir berusaha mengingatnya.

Jira : "Aku rasa tidak!"

Mina : "Sialan kalian berdua!"

"Lihat saja nanti, aku yang akan pertama pulang!!"

"Mendapatkan kemampuan yang sangat kuat!"

"Wleeee"

Jira : "Jangan sok imutlah!"

Jira lalu bertanya kepada Hans.

Jira : "Apakah kau sudah tahu di mana kau akan mendapatkan kemampuanmu Hans?"

Hans yang tidak tahu harus ke mana, dia hanya menggelengkan kepalanya.

Jira : "Aku akan ke rumahku yang dahulu, di sana ada lab tempat ayahku bekerja, sambil mencari adik dan ibuku."

"Siapa tahu aku menemukan petunjuk."

Hans : "Ya sudah kalau begitu, kita akan berpisah di sini?"

"Aku akan ke arah sana."

"Mina kau mau kemana?"

"Ada tempat yang kau pikirkan?"

Mereka berdua mengkhawatirkan Mina, wanita yang berjalan sendiri, mencari sebuah kemampuan.

Mina : "Aku tahu tempat yang akan aku tuju, kalian tidak usah khawatirkan aku."

"Bukankah aku yang seharusnya mengkhawatirkan kalian, yang selalu berbuat kebodohan!"

"Sebaiknya kalian juga pulang dengan selamat."

"Janji ya!"

Mereka membuat janji dengan jari-jari mereka dengan seolah-olah dibuat menjadi sakral bukan hanya sekeder dari omongan yang terucap.

Ekspresi mereka bertiga menunjukkan kesedihan, karena tidak biasa menjalani hidup sendiri.

Jira : "Baiklah kalau begitu. Kita akan berpisah di sini".

Hans : "Yosh, semangat!"

"Awal yang baru akan menyambut hari-hari kita ke depan".

Kemudian mereka berjalan terpisah ke arah yang berbeda.