Gadis berbalut almamater hijau itu menatap miris kearah langit yang mendung dan mengeluarkan rintik-rintik air yang semakin lama semakin deras terasa. Ayu menatap sepatu putihnya yang baru saja ia cuci hari Minggu kemarin. bersih dan mengkilap. tapi akan berbeda nasib jika Ayu menerobos hujan sekarang, mengingat tidak ada payung yang ia bawa. Ayu memang tidak pernah membawa payung kemanapun ia pergi. selama ini Ayu hanya akan pergi jika cuaca bagus. sebelum pergi Ayu juga menyempatkan diri untuk mengecek ramalan cuaca berdasarkan lembaga tertentu.
tapi sialnya, Ayu lupa mengecek ramalan cuaca hari ini. dan tidak disangka-sangka jika akan turun hujan tepat saat jam kuliahnya berakhir. Ayu berdecak kesal. Ayu tidak ingin sepatunya basah dan kotor lagi tapi tidak memungkinkan untuknya menunggu di kampus sampai hujan selesai.
"ah, elah! hujan kayak gini sih bakal lama." gerutunya.
tidak hanya Ayu yang berdiri didepan lobi, bahkan ada beberapa teman satu fakultas dan kenal dengan Ayu. salah satunya adalah Beta. lelaki dengan tinggi semampai dan ketampanan yang diatas rata-rata. tampaknya Ayu belum menyadari kehadiran Beta yang berdiri tak jauh darinya. karena jika Ayu sadar, gadis itu akan langsung memekik tak karuan sambil salah tingkah.
"sendirian aja." sahut Beta yang tiba-tiba sudah ada disamping Ayu.
Ayu yang merasa kenal dengan suara bariton itupun menoleh. seketika Ayu langsung memekik tertahan sambil menutup mulutnya menggunakan tangan.
"Beta! Lo bikin gue kaget sumpah!" pekik Ayu.
Beta sudah biasa menghadapi sikap Ayu saat berhadapan dengannya. dan Beta hanya bisa terkekeh geli. sudah menjadi rahasia umum jika Ayu menyukai Beta. bahkan bisa dibilang Ayu itu fans Beta dalam urutan nomor satu. apapun yang menyangkut soal Beta, Ayu akan berdiri paling depan dalam antrian fans Beta. Ayu adalah seorang fans fanatik dari Beta Pratama.
dan Beta tidak pernah merasa terganggu sama sekali dengan tingkah Ayu yang terkadang kelewat batas. bahkan Ayu sering kali mendapat cacian dari beberapa teman kelasnya dan orang-orang yang fakultas lain karena kefanatikannya pada Beta. tapi Ayu selalu mengabaikan omongan-omongan buruk terhadap dirinya. toh, mereka bukan Ayu dan mereka sama sekali tidak bisa hidup seperti Ayu. jadi untuk apa dipermasalahkan?
hidup tanpa omongan orang itu mudah bukan?
"Lo ngapain masih disini?" tanya Beta basa-basi.
"nunggu hujan. Lo?"
"sama kalo gitu."
Beta hanya mengangguk mendengarnya.
Ayu menyelipkan rambut panjangnya ke balik telinga. Ayu mulai beraksi dengan merapikan penampilannya secara pelan-pelan, berusaha tidak terlihat oleh Beta. tapi tetap saja Beta itu orangnya pekaan. kini mata Beta bisa menangkap tangan Ayu yang sedang mengambil sesuatu dari kantung celana jeans-nya. Ayu pun mengeluarkan sebuah liptint yang biasa ia gunakan sehari-hari. lantas Ayu menatap Beta.
"bentar ya, gue mau ke toilet dulu. eh, ngapain juga bilang-bilang ya? gak penting hehe." ujar Ayu.
sebelum Ayu berbalik, Beta sudah lebih dulu menahan tangannya. dan detik selanjutnya Ayu merasa sekujur tubuhnya tegang luar biasa. sentuhan dari Beta mampu membuat darahnya berdesir hebat. Ayu bahkan merasa sesak karena pompaan di jantungnya sangat cepat.
"Beta-" panggil Ayu tercekat.
Ayu melirik lelaki yang sudah disukainya sejak awal masuk kuliah itu dengan kaget. Ayu sudah berkuliah di kampus internasional itu selama empat tahun dan sudah tujuh semester. dan ini pertama kalinya kulit Ayu bersentuhan langsung dengan kulit Beta. terlebih Beta duluan yang menyentuh kulitnya.
mendadak tubuh Ayu bergetar karena gugup.
"sori." Beta langsung melepaskan tangannya.
"gak sengaja." lanjut Beta yang menyadari keadaan Ayu sekarang.
"oh, gapapa."
"kalo mau pakai lipstik disini aja. didepan gue."
Ayu langsung mengerjakan matanya. bagaimana Beta bisa tahu rencananya?
"oh, hehe. ini bukan lipstik tapi liptint namanya." Ayu memperlihatkan liptint itu didepan Beta. Ayu masih berusaha menghilangkan rasa gugupnya didepan Beta.
Beta hanya mengangguk. baru kali ini ada perempuan yang mengenalkan barang perempuan didepannya. apalagi soal make up. Beta hanya tahu dasar-dasarnya make up perempuan saja. tidak tahu jenis-jenis dan namanya.
"iya, pakai liptint nya disini aja. gue mau lihat." sahut Beta.
"a-apa? mau lihat? buat apa?" tanya Ayu gugup.
posisi Ayu saat ini sangatlah diluar dugaan. tertangkap basah berdandan untuk doi oleh doi itu sendiri. Ayu meremas ujung almamater yang ia kenakan. Ayu sangat malu.
"ya mau lihat aja. selama ini Lo kan dandan dibelakang gue."
Ayu tersenyum miris. ternyata Beta mengetahuinya. Ayu memang selalu dandan tiap akan bertemu atau berpapasan dengan Beta. tak disangka-sangka ternyata Beta juga mengetahuinya. dan baru pertama kalinya Beta berbicara banyak padanya. apakah ini mimpi?
"oh iya, boleh."
Ayu pun langsung memaki liptint nya. tak lupa ada Beta yang memperhatikannya dari samping. dengan tangan bergetar, Ayu mulai memoles bibirnya dengan liquid merah itu.
BRRMMMMM
CRETT
Ayu mematung ditempat. tidak berani bergerak setelah sebuah mobil berwarna putih melintasi kubangan air hujan didepannya. dan kebetulan air yang berada di kubangan itu terciprat ke baju Ayu bahkan hingga celana dan sepatu putihnya. sial. padahal sepatu itu sudah Ayu usahakan tidak terkena sedikitpun air hujan.
Ayu mematung dengan posisi mulut terbuka dan liptint yang baru saja ia poles ke bibir. mendadak Ayu jadi bahan tontonan dan ditertawakan mahasiswa lainnya. bahkan orang-orang yang berada di lobi pun rela keluar demi melihat kondisi Ayu yang sangat memalukan sekaligus memilukan.
"Yu, gapapa?" tanya Beta.
walau Beta tahu jika Ayu tentunya tidak baik-baik saja.
perlahan Ayu memasukkan liptintnya ke dalam tas. Ayu bisa merasakan jika wajahnya pasti berwarna coklat dan sangat kotor akibat air kubangan yang membanjirinya. diam-diam Ayu merutuki orang-orang yang berani mentertawakannya saat ini. Beta terlihat bingung harus bersikap bagaiman terutama kepada orang-orang yang sangat bahagia melihat salah satu fansnya terkena bencana.
Beta bisa merasakan jika Ayu pasti malu.
"Ayu?"
Ayu tidak menjawab. matanya memicing menatap mobil yang berjalan pelan menuju gerbang. diam-diam Ayu menghafal plat nomornya dan juga jenis mobil apa.
"Ayu?" panggil Beta.
Ayu baru menoleh. "maaf ya Beta tapi gue harus minta pertanggungjawaban sama orang."
"eh, emangnya Lo dihamilin siapa?"
Ayu menepuk jidatnya. ternyata selain ganteng, Beta juga punya sisi bego. dan pertama kalinya Ayu mengetahui bahkan mendengarnya secara langsung.
"gue gak dihamilin siapa-siapa. pokoknya makasih ya, Beta udah mau ngobrol sama gue hari ini." ujar Ayu sebelum pergi.
lalu Ayu langsung berlari mengejar apa yang seharusnya dikejar. tak peduli bisikan-bisikan orang yang mulai membicarakannya gila. hujan masih deras dan Ayu sudah tidak peduli lagi bagaimana nasib sepatu putihnya yang baru dicuci itu dibawa hujan-hujanan. Ayu berlari secepat mungkin. untungnya mobil putih itu berjalan pelan. dan sialnya, mobil itu hanya berjalan cepat saat melewati kubangan air hujan didepan Ayu saja tadi. bahkan Ayu tidak mengerti kenapa hanya dirinya sendiri yang terkena cipratan air sebanyak itu padahal ada Beta disampingnya.
nasih sial bahkan berpihak pada Ayu. bukan kepada Beta yang berwajah tampan nan rupawan.
Ayu langsung berdiri dan menghalangi jalannya mobil putih itu. lega luar biasa yang Ayu dapatkan saat berhasil mengejar mobil itu. mobil pun mendadak rem saat Ayu tiba-tiba berdiri didepan dan menghalangi jalan.
dengan pakaian yang basah kuyup hingga ke dalam, Ayu berjalan menuju pintu kemudi. Ayu berani mengetuk kaca mobil itu.
"buka!" titahnya sambil berteriak.
dan kaca mobil langsung dibuka oleh si pengendara.
Ayu sama sekali tidak terkejut dengan ketampanan si pengemudi yang luar biasa tampannya. bahkan jika boleh jujur, lebih tampan pengemudi ini daripada Beta. ketampanan mereka berbeda tipis. tapi Ayu langsung menepis pikiran kotornya. Ayu harus ingat jika dihatinya hanya ada Beta seorang.
lelaki yang berada dibalik kemudian itu menatap Ayu dingin.
"kenapa?" tanya lelaki itu datar.
belum lagi matanya yang menatap penampilan Ayu aneh. Ayu pun langsung tersulut emosi.
"pake nanya lagi! jelas-jelas Lo harus tanggung jawab!" tunjuk Ayu pada muka lelaki itu.
"tanggung jawab? memang kapan saya hamilin kamu?"
Ayu menarik nafas. berusaha menahan kekesalannya. kenapa Beta dan cowok itu berkata hal yang sama?
apa Ayu harus hamil dulu hanya demi mendapat sebuah pertanggungjawaban?
memang hanya hamil saja yang butuh pertanggungjawaban?
"taun depan! eh, Lo bisa nyetir dengan benar gak?" sewot Ayu.
"bisa. kalo gak bisa, saya gak akan bawa mobil." jawabnya santai.
Ayu semakin naik darah.
"kalo mau hujan-hujanan ya silahkan. tapi jangan ganggu perjalanan saya."
mendengar tuturan kata yang dilontarkan pria itu, Ayu jadi beranggapan bawah pria itu sedikit lebih dewasa dari Ayu. kenapa hanya sedikit? karena jika dilihat dari wajah, lelaki itu sudah seperti seumuran dengan Ayu. makanya Ayu berani berbicara frontal seperti tadi.
"saya gak akan ganggu perjalanan mas kalo mas gak ganggu saya! apalagi sampai buat badan saya basah semua!" pekik Ayu.
pria itu pun tertawa. lucu baginya mendengar Ayu yang menyebutnya 'Mas'. padahal sebelumnya Ayu berbicara informal padanya.
"saya gak ngerti apa yang kamu omongin dan saya lagi buru-buru. permisi."
lalu kaca mobil kembali tertutup. Ayu tidak terima. Ayu mengetuk-ngetuk kaca mobil. tapi nihil. pria itu tidak mau membuka kaca mobil lagi untuk Ayu. bahkan mobil itu berani-beraninya melesat pergi dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya. seperti sengaja ngebut untuk menjauh dari Ayu agar Ayu tidak bisa menyusulnya lagi.
sial memang.
sekarang Ayu bingung harus kemana. rumah adalah tujuannya sebenarnya. tapi Ayu bingung harus apa dan pulang naik apa sekarang. jika biasanya Ayu diantar jemput oleh adik laki-lakinya. namanya Haya. tapi Haya sedang berhalangan hadir untuk menjemput Ayu di kampus. Haya dan Ayu berbeda kampus jadi memungkinkan mereka untuk beda jam pulang. saat Haya tidak menjemput, hujan malah turun.
mungkin hari ini adalah hari tersial untuk Ayu.
mau naik ojek online atau angkutan umum pun percuma. Ayu hanya akan membasahi kursi dan membuat becek angkutan. mau pesan ojek online pun Ayu tidak punya kuota. miris memang. kuotanya baru saja habis tadi malam.
"sial banget sih gue!" gerutunya.
lalu Ayu memutuskan untuk berteduh di pos satpam sementara waktu. di pos hanya ada satu orang satpam yang berjaga. Ayu berasumsi bahwa mungkin satpam satunya lagi sedang sibuk di tempat lain atau entah kemana.
"numpang ya Pak bentar."
"ya." jawab Satpam singkat.
Ayu mencibir.
cielah cuma satpam doang sombong amat jawabnya. batin Ayu.
"eh, mama nelpon!" gumam Ayu saat mendapat panggilan masuk dari hpnya.
"iya halo ma?"
"Ayu kamu dimana? kenapa belum pulang sih?" teriak mama Ayu disebrang sana.
"Ayu kejebak hujan, ma. Haya kan gak bisa jemput Ayu. jadi-"
"pokoknya kamu segera pulang cepat. ada acara penting. jangan sampai telat. apalagi kalau sampai acaranya gagal gara-gara kamu telat. mama gak akan kasih kamu makan lagi, Ayu."
"lah, kok gitu ma? Ayu kan lagi nunggu hujan nih."
"kamu naik ojek kek atau beli payung. pokoknya jam lima harus sudah dirumah dan harus sudah siap. mama tutup telponnya."
PIP
benar saja, telponnya langsung ditutup. Ayu melongo menatap hpnya. diliriknya jam yang tertera di layar hp.
16.25
dan mamanya bilang jam 5 harus sudah rapi dan sudah dirumah. itu artinya Ayu hanya punya tiga puluh lima menit lagi. sedangkan saat ini Ayu masih bingung mau pulang naik apa.
Ayu pun teringat ancaman mamanya yang tidak akan memberinya makan lagi jika acara kali ini gagal. dengan kebingungan yang sudah mendarah daging, Ayu pun kembali berlari menerobos hujan dan langsung mencari angkutan. masa bodo dengan nasib sepatunya bahkan dalamannya yang sudah basah. Ayu tidak ingin kelaparan sampai mati karena tidak diberi makan oleh mamanya.
membuang rasa malu, Ayu pun memberhentikan kendaraan apa saja yang lewat dan bisa ia tumpangi untuk sampai dirumahnya. Ayu menemukan kol mini yang kebetulan lewat dan membawa sedikit penumpang.
"bang, anterin saya bang!"
"waduh, gak bisa neng. nanti jok saya basah."
"alah, basah doang! nanti saya bayar lima kali lipat deh asal Abang mau anter saya sampai rumah dalam waktu lima belas menit!"
~~
"maaf ya lama, sebentar juga Ayu nya turun kok." ujar Bella, mama Ayu.
sepasang suami istri yang duduk manis di sofa rumahnya pun hanya tersenyum memaklumi. Bella melirik anak laki-laki mereka yang sedari tadi memasang wajah masam. mungkin karena bosan menunggu Ayu yang terlalu lama berada di kamarnya. diam-diam Bella juga merutuki putrinya sendiri karena gagal selesai tepat waktu. padahal Ayu sudah diberikan ancaman yang pas. tapi bagaimana bisa Ayu masih terlambat?
"pa, gimana nih? Ayu belum juga turun." bisik Bella pada suaminya, Iwan.
"tunggu sebentar lagi. dia mungkin masih dandan." ucap Iwan dengan tenang.
sedari tadi Iwan lah yang bersikap tenang dibanding Bella yang nampaknya sudah tidak sabar memulai acara.
"tapi ini udah lewat sepuluh menit loh, kasihan sama Bu Arisa dan suaminya. apalagi anaknya yang kayaknya bete banget."
mata Iwan pun melirik anak muda yang duduk disebelah Arisa. memang benar kata Bella, lelaki itu terlihat bosan dan kesal. mungkin karena terlalu lama menunggu atau mungkin juga karena lelaki itu sudah tahu apa tujuannya datang kesini.
"ma, udah selesai nih."
semua orang yang berada diruangan itu pun menoleh saat Ayu menyuarakan suaranya. Bella yang sudah gemas dengan putrinya itupun langsung menghampiri Ayu dan mengajaknya ikut bergabung. Ayu merasa risih karena lagi-lagi mamanya itu terlihat sangat memaksanya. sudah memaksa pulang cepat, memaksa Ayu untuk memakai pakaian yang sudah dibeli, dan sekarang memaksa Ayu untuk duduk disana bersama para orang tua. membosankan.
"ma, ada apa sih? kalo mau arisan jangan ngajak Ayu." protes Ayu tak terima.
Bella langsung melototi anaknya. "kamu itu udah terlambat dan membuat kita nunggu lama. diam aja dan jangan protes." desis Bella.
Ayu terkejut melihat Bella yang tampak sangat kesal dengan Ayu. dan Ayu baru sadar jika dirinya sudah terlambat sepuluh menit. mampus. Ayu ingat apa ancaman yang Bella berikan saat Ayu terlambat.
"ma, Ayu mohon jangan berhenti kasih makan Ayu." Ayu memohon dengan tangannya yang ia gosok-gosok. Ayu benar-benar sedang memohon.
Bella dan Iwan saling berpandangan. merasa malu karena Ayu berani bersikap seperti itu didepan tamu.
"Ayu kamu apa-apaan sih. diliatin tuh, emangnya gak malu?" bisik Iwan.
Ayu pun langsung menoleh ke orang-orang yang duduk bersebrangan dengannya. sementara Arisa dan suaminya sudah tersenyum penuh arti pada Ayu.
dan lelaki yang duduk disebelah Arisa berhasil menyita seluruh perhatian Ayu.
"loh, Mas yang tadi di kampus saya kan?" tanya Ayu otomatis.
"kamu udah kenal sama Praya?" tanya Arisa.
Ayu mengangguk.
"bagus deh. kenalin, nama saya Arisa. dan ini suami saya, Bram. panggil aja Tante Arisa dan Om Bram. eh, jangan deh. kan sebentar lagi jadi menantu." ujar Arisa.
tanpa sadar Arisa sudah mengatakan tujuannya datang ke kediaman keluarga Ayu.
Praya langsung menatap ibundanya. "menantu? Praya mau dinikahin sama dia, Bun?" tanya Praya.
Arisa langsung mengangguk. "nah, sekarang kalian kenalan dong."
Ayu hanya diam, menyembunyikan keterkejutannya. Bella dan Iwan kembali saling pandang. merasa tumben dengan putrinya yang biasa bar-bar itu kini hanya diam menyimak apa yang Arisa ucapkan. seharusnya Ayu terkejut dan berteriak menolah mentah-mentah untuk dinikahkan dengan Praya. tapi nyatanya, Ayu cuma diam.
"kenapa diam? ayo kenalan sama Praya." sahut Iwan.
Ayu pun mencondongkan sedikit badannya dan mengulurkan tangan.
"kenalin, Ayu Layachsya Wicaksono. anaknya papa Iwan Wicaksono dan mama Bella." sahut Ayu memperkenalkan dirinya.
Praya balas menjabat tangan Ayu dengan wajah datar. "Praya Adjie Guntoro."
singkat. padat. jelas.
"udah tahu nama bunda sama ayah kan? jadi gak perlu disebutin lagi." lanjut Praya.
Ayu hanya mengangguk. tangan mereka pun terlepas.
"nah bagus. kenalan udah, tinggal saling sayang aja yang belum." sahut Bella.
Ayu melirik mamanya dengan masam. Bella yang semula marah pada Ayu kini terlihat bersemangat empat lima. tak beda jauh dengan Arisa disebrang sana. sebenarnya ada apa sih dengan ibu-ibu ini?
"jadi gini, Tante Arisa sama mama itu dulunya teman satu geng. termasuk papanya Praya juga satu sekolah sama kita pas SMA. karena merasa bersyukur bisa temenan sampai udah jadi ibu-ibu kayak gini, mama sama Tante Arisa pengen jodohin anak kita berdua yang kebetulan berlawanan jenis." jelas Bella.
Ayu dan Praya sama-sama terdiam menyimak cerita. namun diamnya mereka juga tidak menutupi keterkejutan yang ada.
"dulu kita juga pernah iseng bilang kalau kita mau jodoh-jodohin anak kita nanti. awalnya cuma iseng tapi ternyata beneran juga." celetuk Arisa.
"terus kalian mau kita berdua beneran dijodohin?" tanya Ayu dengan wajah bingung.
diam-diam Praya juga memperhatikan Ayu.
"iya dong! dan kalian harus mau. tenang aja, Ay, Praya itu udah kerja dan gajinya lumayan. dia juga punya tabungan besar dan udah punya rumah sendiri. jadi gak perlu khawatir soal masa depan." jelas Arisa yang menggebu-gebu.
berharap sekali Ayu mau dijodohkan dengan Praya.
"bukan soal itu sih Tante.." cicit Ayu.
mau Praya tampan dan mapan sekalipun, Ayu menolak dari hatinya karena Praya bukanlah orang yang Ayu kenal. walau masa depan sudah terjamin, Ayu tidak ingin menyesal karena sudah terlanjur bersama orang yang tidak ia kenal dalamnya nantinya. terlebih, mereka baru sama-sama kenal. otomatis mereka juga tidak saling mencintai. mending sih kalau nantinya mereka akan jatuh cinta bersama. tapi jika tidak?
entah apa jadinya kehidupan rumah tangga Ayu dan Praya yang tanpa cinta.
jelas Ayu ingin menolaknya.
"jadi gimana, Ayu?" tanya Bram.
"uhm, itu--"
tiba-tiba Iwan mencolek pinggang Ayu. Ayu pun langsung menatap papanya.
"udah terima aja. bentar lagi kamu lulus dan jadinya kamu gak usah repot cari kerja lagi." bisik Iwan.
"ih, apaan sih pa. masa udah kuliah capek-capek empat tahun, gak kerja." tolak ayu.
"ya, habis mau gimana lagi. kami berharap besar sama keputusan ini." kata Bella.
Ayu menarik nafasnya berat. ingin sekali ia berteriak didepan mereka semua bahwa Ayu menoleh mentah-mentah perjodohan ini. tapi mengingat keterlambatannya tadi, Ayu jadi tidak berani bersikap bar-bar. alasannya hanya satu, karena tidak ingin tidak diberi makan oleh Bella.
terpaksa Ayu harus menolak dengan cara halus.
Bella pun tiba-tiba menggenggam tangan Ayu.
"Ayu, mama mohon ya sama kamu." bisik Bella.
lalu Ayu menatap Praya dan juga Arisa bergantian. Arisa tampak sangat tidak sabar menanti jawaban Ayu. terbukti dari wajahnya yang sangat berbinar menatap Ayu.
kenapa hanya Ayu yang harus memutuskan?
sementara Praya disebrang sana hanya diam. tidak berusaha menolak ataupun menyatakan persetujuan.
"jadi mau kan dijodohin sama Praya?"
~