Ayu membanting tubuhnya ke ranjang king size yang terbalut kain serba putih. tak lupa kelopak bunga mawar yang bertaburan diatasnya. Ayu tidak peduli dengan kelopak bunga yang ia tiduri. Ayu hanya ingin tidur setelah seharian berdiri dan memasang senyum palsu dihadapan ratusan tamu undangan. belum lagi sepatu heels laknat yang membuat kaki Ayu lecet dan pegal-pegal. Ayu langsung menendang heelsnya secara kasar. sampai tidak sengaja heels itu mengenai kaki orang yang baru saja masuk ke kamar.
"pelan-pelan bukanya." celetuk Praya.
Praya lantas mengambil heels putih Ayu lalu diletakkan dengan rapi didekat pintu. Praya pun mengunci pintu. lalu ditatapnya perempuan yang sedang terbaring terlentang di atas ranjang. secara kebetulan mata Ayu langsung terbuka ketika mendengar suara Praya.
mereka berdua saling bertatapan. memandang pasangan hidup sahnya. Ayu tidak percaya jika akhirnya dia menikah juga diusia yang masih terbilang muda untuk menikah. begitu juga Praya yang tidak pernah menyangka akan mempunya seorang istri kekanakan seperti Ayu.
kini keduanya saling merasa tidak percaya akan kenyataan yang sudah terjadi.
"mau ngapain?" tanya Ayu ketika melihat Praya mulai membuka jas dan dasi kupu-kupunya.
Ayu terlihat panik dan langsung duduk ditepi ranjang. berulang kali Ayu menelan salivanya melihat suami sahnya membuka jas dan membuka kancing kemeja secara perlahan.
"g-gue gak mau!" pekik Ayu sambil membuang muka.
Praya menautkan alisnya melihat wajah Ayu yang memerah.
"gak mau apa?" tanya Praya.
"k-kita kan cuma dijodohin. t-tapi--"
"tapi apa?"
"pokoknya gak mau!"
Ayu semakin panik saat tahu Praya melangkah mendekat. langkah Praya begitu pelan dan lembut. Ayu melirik lirik takut pada Praya yang sudah membungkuk didepannya. deru nafas Praya sangat terasa begitu lembut dan tenang.
Ayu semakin gerah.
"kamu gak mau mandi?"
"hah?"
Praya menautkan alisnya. Ayu pun menatap suaminya. keduanya sama-sama terlihat bingung.
seketika Ayu langsung malu sendiri.
"kayaknya salah paham deh." cicit Ayu.
Praya tersenyum miring. Praya pun menepuk kening Ayu.
"aku gak akan maksa. semua butuh waktu."
selesai mengutarakan kata-katanya, Praya langsung melenggang ke kamar mandi. bahkan Praya meninggalkan jas dan dasi yang tergeletak begitu saja dilantai. dengan malas Ayu pun segera meraih jas beserta dasinya lalu diletakkan di sofa.
Ayu menunduk menatap tubuhnya yang masih terbalut gaun pengantin. huh, menjadi pengantin ternyata sangat melelahkan. Ayu merasa punggungnya remuk. untung saja Ayu sudah mengambil cuti selama tiga hari kedepan. jadi setidaknya ada waktu jeda untuk istirahat.
Ayu berjalan menuju balkon hotel. begitu Ayu keluar, matanya langsung disajikan pemandangan kota saat malam hari. lampu-lampu jalan dan kendaraan sangat menghiasi kota. udara malam yang dingin menembus kulit Ayu. gadis itu pun memejamkan matanya sejenak. menikmati semilir angin yang sejuk dan segar. ah, akan lebih segar jika udara pagi hari. tapi sayangnya Ayu bukan tipikal orang yang biasa bangun pagi.
mata Ayu kembali terbuka. memorinya teringat pada kejadian selama seminggu ini, dimana Praya memberikan waktu kebebasannya sampai hari pernikahan. dan bukankah itu artinya mulai besok Ayu sudah tidak bisa bebas lagi?
ah, Ayu juga baru tahu Praya yang sesungguhnya. menurut Ayu, Praya adalah orang yang hanya berjuang diawal. kenapa?
karena selama seminggu semenjak makan malam Ayu bersama orang tua Praya, lelaki itu jadi lebih pendiam dan dingin. jika saat di rumah Ayu lelaki itu banyak bicara lembut, maka berbeda selama seminggu sebelum pernikahan. Praya bahkan hanya menjawab Ayu singkat,padat, dan jelas.
terkadang Ayu merasa kesal dengan lelaki yang hanya mau diawal.
tapi Ayu juga tidak mempermasalahkan mau seperti apa sikap Praya.
yang penting Ayu hanya perlu memikirkan cara agar pernikahannya jangan sampai bocor.
ah ya, dari teman kampus Ayu, hanya Vera dan beberapa teman dekat Ayu saja yang diundang. terlebih orang-orang yang datang adalah orang yang bisa dipercaya. Ayu hanya belum siap jika statusnya sebagai istri orang terbongkar. kalau bisa sih sampai Ayu lulus tahun depan jangan ada yang tahu kecuali teman dekatnya saja. tanggung juga kan setahun lagi. Ayu tidak ingin image single elit nya hancur.
"mikirin apa?"
suara itu membuat Ayu melirik. lalu Ayu mendengus. Praya sudah berdiri disampingnya hanya memakai celana pendek dan kaus putih tipis. sangat tipis. Ayu bahkan bisa melihat sesuatu yang ada dibalik kaus tipisnya. garis-garis kotak yang terpahat begitu sempurna. Ayu baru sadar jika Praya punya tubuh yang oke juga. sepertinya Praya juga rajin olahraga. badan Praya cukup kekar dan berotot. ternyata selama ini otot-otot itu tersembunyi dibalik kemeja dan jas yang biasa Praya pakai.
dan kalau boleh jujur, Ayu baru pertama kalinya melihat Praya memakai baju santai.
"tumben. kirain kemeja dan jasnya bakal dipakai terus." sindir Ayu.
Praya menghela nafas. "kamu kira aku bisa pakai baju kayak gitu kalo tidur."
"kirain. kan Lo tuh cinta banget sama pakaian formal."
"kata siapa?"
"kata Ayu barusan."
Praya mengangguk sambil tersenyum tipis. sangat tipis. aneh. padahal sejak pertama kali diumumkan kalau mereka berdua dijodohkan, Praya tak malu-malu menunjukkan senyuman lebarnya bahkan hingga giginya itu terlihat. sampai kering malah giginya. tapi entah kenapa bahkan setelah menikah pun rasanya Praya malah tetap dingin.
"Lo tuh emang cowok ya." celetuk Ayu.
matanya sibuk menatap pemandangan kota yang dipenuhi lampu-lampu.
"menurut kamu, saya itu perempuan?"
"maksudnya Lo tuh bener bener kayak cowok kebanyakan."
Ayu melirik Praya disampingnya.
"yang cuma terlihat manis diawal." Ayu tersenyum penuh paksaan.
lalu dengan cepat Ayu kembali memalingkan tatapannya ke langit.
"jadi saya harus gimana?"
"harus berhenti ngomong formal."
"kalo ga bisa? saya itu lebih dewasa dari kamu. umur saya juga lima tahun diatas kamu." jelas Praya seraya menyentuh pundah Ayu yang sedikit terbuka karena model gaun pengantinnya.
namun tangan Praya langsung ditepis oleh Ayu secara kasar.
"gak usah pegang-pegang!" ketus Ayu.
"oke, maaf."
"pokoknya Ayu gak suka sama orang yang gaya bicaranya tuh formal. kayak Lo."
"waktu itu kamu panggil saya 'Mas', kenapa sekarang gak manggil gitu juga?"
Ayu memejamkan matanya sejenak. ternyata berbicara dengan Praya cukup menghabiskan tenaga dan pikiran. bahkan emosi. Praya selalu menimpali omongan Ayu dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting. entah Praya itu polos atau bego sebenarnya.
"karena gue gak mau. gue terpaksa nikah sama om om kayak Lo! dan satu hal lagi.."
Ayu menarik nafasnya dalam-dalam.
"Lo lupa sama syarat yang gue kasih ketika Lo minta gue tetep mau nikah sama Lo? jijik!"
Praya menghela nafasnya. sepertinya berbicara dengan Ayu memang membutuhkan kesabaran ekstra. selain tingkah menyebalkan Ayu yang kekanak-kanakan bagi Praya, Ayu juga suka sekali berkata kasar. berkata kasar dalam artian tidak memandang siapa lawan bicaranya. Praya itu suami sah Ayu loh. malah dikatain jijik.
"maaf. saya kalo lagi ngomong sama perempuan tuh emang sopan. gak bisa bicara kasar atau sekedar pakai 'gue elo'. karena bagi saya perempuan itu wajib dihormati dan dihargai. tapi kalau itu mau kamu ga saya akan mencoba." jelas Praya.
"pokoknya Ayu gak suka denger orang ngomong pakai kata baku begitu. jijik."
aneh. satu kata dari Praya yang mampus mendeskripsikan istrinya sendiri. padahal Ayu itu anak sastra Indonesia tapi malah tidak suka bahasa yang baku. lalu untuk apa juga Ayu masuk jurusan sastra jika tidak suka bahasa.
Praya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"cepat mandi. nanti kalau udah terlalu larut malam gak baik." ujar Praya lembut.
Ayu hanya berdehem sebelum akhirnya memutuskan untuk mandi.
~~
"Praya!"
Ayu mendengus saat Praya tidak menoleh atau bahkan sekedar mendengar panggilannya. Praya malah asik berbaring miring, memunggungi Ayu yang hanya menyembulkan kepalanya di pintu kamar mandi.
"Praya!" panggil Ayu lagi.
kali ini panggilannya sedikit lebih kencang.
ingin rasanya Ayu melempar sesuatu benda pada bahu lebar itu. mungkinkah Praya tidur? tapi baru lima menit Ayu berada di kamar mandi. tidak mungkin kan Praya sudah terlelap begitu saja.
"PRAYA!"
kali ini Ayu benar-benar berteriak.
tapi hasilnya?
nihil.
Praya tetap tak menoleh ataupun mendengar panggilannya.
"astaga, begitu congek nya suamiku!" gerutu Ayu.
masih dengan gaun yang melekat ditubuhnya, Ayu pun melangkar keluar kamar mandi dan mendekati Praya. Ayu pun terpaksa mengangkat ekor gaun yang lumayan panjang. selain berat dan panjang, gaun pengantin itu juga tidak Ayu sukai. karena memang pada sebenarnya Ayu itu tidak suka gaun-gaun yang ribet. tapi Ayu terpaksa memakai gaun pilihan Praya sendiri untuk pernikahannya.
Ayu pun berdiri didekat ranjang. lalu tangannya mulai sibuk mengguncang-guncangkan kaki Praya. walau sebenarnya Ayu jijik menyentuh kaki Praya yang banyak bulu kakinya itu. dan Ayu juga baru pertama kali melihat bulu kaki sebanyak yang Praya punya.
"Praya! bangun! woy!"
"elah kebo banget sih!"
karena usahanya gagal, akhirnya Ayu berjalan ke sisi dimana tempat wajah Praya. namun sialnya, ada saja kejadian tak terduga. Ayu tak sengaja menginjak ekor gaun yang terbelit kedepan. alhasil, tubuh Ayu lunglai dan tersungkur kedepan.
BRUK
disaat yang bersamaan, Praya terkejut bukan main. hp yang sejak tadi ia pegang pun langsung jatuh dan terkena wajahnya. tak lupa tubuh Ayu yang mendorong Praya untuk berbaring terlentang dikasur. jadilah kini Ayu menindih tubuh Praya dengan wajah keduanya sama-sama shock. mata Ayu melirik benda pipih yang layarnya menyala itu. ternyata sedari tadi Praya tidak mendengar panggilannya karena telinga pria itu disumpal pakai earphone.
dan ternyata yang lebih membuat Ayu kaget hingga ingin pingsan adalah...
Praya sedang menonton film adegan dewasa.
bertepatan saat Ayu melihat hp Praya yang ternyata sedang menyaksikan adegan dewasa, Ayu mendengar suara geraman dari suaminya. oh, apalagi posisi mereka saat ini sangat tidak pas. Ayu menindih tubuh Praya tepat saat sleting gaun pengantinnya sedikit terbuka dan bagian depan gaun agak melorot kebawah. mata Praya melotot melihat belahan dada Ayu yang begitu terpampang jelas didepan matanya.
yang satu matanya sibuk pada belahan, yang satu matanya sibuk menatap layar hp yang menampilkan dua pasangan dewasa tengah beradegan mesum.
mata keduanya sama-sama melotot tidak percaya.
"Ay--" panggil Praya tersendat karena pengap tubuh Ayu menindihnya.
"huh?"
Ayu langsung kembali tersadar ke dunia nyata dan segera menjauh dari tubuh Praya. tak lupa Ayu juga merapikan gaunnya yang agak melorot kebawah.
begitu juga Praya langsung terduduk dan melempar hp nya begitu saja. tapi melemparnya masih diatas kasur.
"lo--" Ayu tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.
kini Ayu memijit pelipisnya. merasa frustasi dengan apa yang baru saja dilihatnya. benarkah Praya menonton film seperti ini?
Ayu tidak menyangka. Praya yang punya image dewasa,kalem, dan cool ternyata doyan juga.
dasar lelaki.
oke, jujur Ayu agak ilfeel dengan Praya sekarang. walau sebelumnya memang sudah ilfeel sih. Ayu tidak suka cowok yang doyan nonton gituan. mesum.
"Ay, kamu--"
Praya menatap Ayu dari atas hingga bawah. Ayu langsung merekatkan gaunnya keatas saat mata Praya berhenti tepat di dada nya. sialan memang. Praya ternyata sangat kotor. Ayu bahkan bisa melihat jika Praya berulang kali menelan salivanya dengan cepat.
"i-itu..Lo nonton.."
sial. kenapa Ayu harus terbata sih. kan Praya jadi semakin salah tingkah.
"Ay, aku bisa jelasin." Praya berdiri tepat didepan Ayu.
Ayu malah mundur saat Praya hendak meraih kedua bahunya. Ayu takut melihat Praya yang menatapnya dengan sayu. belum lagi mata Ayu yang sempat melirik bagian bawah tubuh Praya. membuat Ayu semakin bergidik ngeri. Praya sedang dalam mode on rupanya. apa karena film yang baru saja ditontonnya?
"gak usah pegang-pegang gue!" ketus Ayu.
"iya iya, tapi dengerin ya. saya bukan orang yang seperti itu."
Ayu mencibir dalam hati. Praya sedang berusaha membela diri. mengembalikan harga dirinya didepan Ayu. padahal Ayu tidak peduli sama sekali. Ayu hanya tidak suka dan geli pada lelaki yang matanya lelah dipakai nonton film tidak bermanfaat seperti itu.
"terserah Lo mau nonton atau enggak. pokoknya bantuin Ayu lepas sleting ini. dari tadi dipangilin susah banget sih!"
Ayu berbalik. menunjukkan pada Praya sleting gaun yang sempat macet ditengah jalan. punggung mulus Ayu bisa terlihat jelas dari celah yang tercipta dari sleting terbuka. Praya kembali meneguk ludah. tak lupa tujuannya membantu, Praya mulai menurunkan sleting itu hingga batas pinggul.
demi tuhan! punggung itu sangat menggoda untuk Praya sentuh. tapi baru saja jari telunjuknya ingin mendarat ditonjolan tulang belakang Ayu, pemiliknya sudah lebih dulu berbalik dan memasang wajah masam.
"udah kan? makasih kalo gitu." ketus Ayu.
lalu Ayu berjalan menuju kamar mandi, menyelesaikan kegiatannya yang sempat tertunda karena ada acara sleting macet. untung saja Praya tidak tidur. jika pria itu benar-benar tidur, Ayu mungkin harus berusaha lebih keras membangunkannya atau jika tidak, Ayu harus memakai gaun itu semalaman.
sebelum menutup pintu kamar mandi, Ayu menoleh pada Praya yang terduduk diatas ranjang sambil mengacak-acak rambutnya. terlihat seperti orang frustasi. entah karena apa. padahal kan seharusnya Praya bahagia karena sudah memiliki seorang istri.
Ayu tersenyum miring melihat suaminya yang mengenaskan.
"kalo mau lanjut nonton silahkan. gak akan diganggu lagi deh."
"Ayu!"
~~~