Chereads / Our True Love / Chapter 3 - Pra Nikah

Chapter 3 - Pra Nikah

Ayu mendengus sebal saat sebuah mobil sedan hitam berhenti didepan rumahnya. sialnya mobil itu datang saat Ayu baru saja keluar dari rumah. niatnya mau kabur eh malah tidak bisa. tadinya jika mobil itu belum datang Ayu akan berangkat ke kampus sendiri. Ayu juga sengaja berangkat lebih awal agar Praya tidak keburu menjemputnya. tapi ternyata Praya itu orangnya gercep juga.

Ayu semakin menatap sebal para Praya yang turun dari mobil dengan gaya cool nya.

kemeja biru muda yang digulung,celana bahan hitam, dan kacamata hitam yang bertengger manis dihidung mancungnya. dan cara jalan Praya keluar dari mobil menambah dukungan untuk penampilannya sendiri. Praya berjalan menghampiri Ayu sambil tersenyum. bukanya baper atau senang, Ayu malah tidak suka dijemput cowok macam Praya.

"mau berangkat sekarang? jam kuliahnya maju atau gimana? masih ada banyak waktu kan?" tanya Praya seraya melirik arlojinya.

"Ayu mau berangkat sama Haya."

alis Praya tertaut. bingung. padahal semalam orang tuanya Ayu bilang jika Haya sedang menginap dirumah temannya selama seminggu kedepan karena untuk persiapan acara dikampusnya. karena itu juga Praya ditugaskan untuk mengantar jemput Ayu selagi sempat. 'selagi sempat'? Praya tentunya selalu menyempatkan diri jika itu menyangkut calon istrinya.

Ayu menatap Praya yang kebingungan sendiri.

terlihat dari wajah cowok itu.

"Haya itu pacar Ayu. gue udah punya pacar jadi--"

kini malah Ayu sendiri yang bingung. kenapa juga Praya tiba-tiba tertawa ketika Ayu sedang menjelaskan. bahkan Praya sampai memegangi perutnya sendiri karena tawanya sangat kencang. dan Ayu terkesima mendengar tawa Praya yang berbeda dari semalam. tawa Praya kali ini lebih besar dan lebih menawan. untuk beberapa saat, Ayu menikmati suara tawa itu.

namun kemudian Ayu segera menyadarkan dirinya sendiri bahwa suara Beta lah yang terbaik dalam hidupnya.

"kamu-- eh salah. Lo kira karena kita baru kenal kemarin, gue gak tau apa-apa tentang Lo, Ay?"

"hah?"

Ayu merasakan cubitan dikedua pipi tembamnya. Praya memandangnya dengan gemas.

"jangan coba-coba membodohi gue." bisik Praya.

Ayu pun merinding. bukan karena geli, tapi karena dirinya ketauan berbohong dengan alasan yang tidak mendasar.

"udah ah. yuk berangkat! eh tar dulu, Mas mau pamit sama orang tua Ayu." ucap Praya.

lalu Praya masuk ke dalam rumah Ayu.

meninggalkan Ayu yang berdiri mematung dengan wajah memerah karena malu.

~

Ayu menutup pintu mobil Praya dengan kencang. saking kencangnya, suara debumannya sampai membuat orang-orang sekitar menoleh ke Ayu. Ayu sih bodo amat. yang penting sekarang adalah Ayu harus menemui Beta secepatnya. tapi lagi-lagi suara Praya mengganggunya.

"Ay, sini dulu bentar!" teriak Praya.

karena tidak ingin orang-orang kepo tingkat akut, akhirnya Ayu terpaksa berbalik dan kembali berjalan menuju mobil. Praya menyembulkan kepalanya dari jendela mobil.

senyum Praya mengembang saat Ayu menurut. sebelumnya Praya kira Ayu tidak akan mendengar panggilannya dan lebih memilih melanjutkan langkahnya.

"apaan?! buruan deh!" desis Ayu.

"cuma mau ngingetin kalau kamu itu calon istri Mas. waktu kamu bebas cuma seminggu lagi. pastiin kamu benar-benar puas dengan kebebasan kamu selama seminggu ini." jelas Praya.

pipi Ayu pun memanas. Ayu tidak mengerti kenapa rasanya jadi malu sendiri hanya karena runtutan kata yang Praya lontarkan. bahkan Ayu sendiri tidak sadar jika Praya kembali menggunakan kata 'kamu'. saking bapernya Ayu jadi tidak menyadari.

"ngerti kan? Ay?" panggil Praya.

Ayu yang semula diam saja pun langsung tersentak. seketika rasa kesal kembali menyelimuti diri Ayu.

"apaan sih?! kirain hal penting. dasar gak penting!" ketus Ayu sebelum pergi.

Ayu pergi dengan menghentakkan kakinya. malu tentunya. entah karena alasan apa Ayu harus malu dengan apa yang diucapkan Praya. tapi sungguh, Ayu selalu merasa pipinya panas tiap kali Praya menuturkan kata yang sederhana namun sangat berbobot untuk hatinya.

dan benar juga kata Praya, Ayu harus menggunakan kesempatan selama seminggu ini dengan sebaik-baiknya. Minggu depan Ayu sudah menjadi istri orang.

sial memang. pernikahan mereka sangat cepat sekali. tepatnya semakin dipercepat ketika orang tua Ayu dan Praya memergoki anak mereka sedang berbaring di sofa sambil saling menindih semalam. Arisa dan Bella yang kebetulan melihat kejadian itu pun langsung memanggil suami mereka. dan tentunya para ayah setuju jika pernikahan mereka yang seharusnya akan diadakan sebulan lagi jadi dipercepat.

katanya sih untuk menghindari hal-hal yang berbau perzinahan diluar nikah.

Ayu kesal karena orang tuanya salah paham dan salah mengartikan kondisi Ayu yang benar-benar sekarat dalam kukungan Praya semalam. bukanya menolong Ayu dan menghajar Praya habis-habisan karena telah kurang ajar pada anak gadisnya, papanya justru malah semakin gencar menikahkan keduanya. sial memang.

"jangan bengong nanti kesambet."

Ayu langsung mendongak melihat siapa yang telah mengganggu waktu bengongnya. dia adalah Vera, sahabat Ayu dari SMP. kemana-mana mereka selalu berdua dan entah jodoh atau bukan, Ayu dan Vera selalu satu kelas termasuk satu fakultas. Vera juga kebetulan memiliki hobi dan kesukaan yang sama dengan Ayu, yaitu sastra Indonesia.

tak jarang keduanya saling berbagi ide atau informasi untuk menulis sebuah novel. kalian harus tahu bahwa Ayu juga diam-diam itu seorang penulis web terkenal.

Ayu menghembuskan nafasnya kasar.

"kenapa Lo? lesu banget pagi-pagi gini."

"gue mau nikah." gumam Ayu yang hampir tidak terdengar.

tapi jangan remehkan Vera yang punya pendengaran sangat tajam.

"emang udah ada calonnya? Beta gimana? udah respon?" tanya Vera tenang.

sepertinya Vera salah mengartikan gumaman Ayu.

"Ver, gue bukan cuma sekedar mau doang tapi emang gue beneran mau nikah Minggu depan."

Vera langsung melototi sahabatnya.

"jangan gitu Napa liatinnya. serem tau!" protes Ayu.

mata Vera yang bulat makin bulat ketika melotot.

"Lo serius? demi apa? gila sih, sahabat gue ternyata.."

"serius lah. tadi aja gue dianter sama calon. males bat kan."

Vera menatap Ayu dengan takjub. tak disangka-sangka jika sahabatnya yang amat menyukai Beta itu akan menikah. rasanya seperti mimpi mengingat dalam hidup Ayu itu hanya ada Beta seorang. bahkan berteman sejak SMP pun Vera baru melihat Ayu jatuh cinta saat melihat Beta yang ditemui saat masuk kuliah.

"ganteng gak?" tanya Vera spontan.

Ayu mencibir. Vera memang pecinta cowok tampan. jika menyangkut hal-hal yang berbau laki-laki, ketampanan itu nomor satu bagi Vera. dasar cewek drama memang.

"Um, mayan sih tapi tetep bagi gue--"

"udah nebak deh. pasti Beta tetep nomor satu buat Lo."

"hehehe."

"btw, kapan Lo nikahnya?"

"tapi janji dulu sama gue kalau Lo gak akan kaget."

Vera pun menautkan alisnya. matanya memicing. curiga jika Ayu akan menikah besok atau mungkin lusa. tapi tentunya tidak mungkin kan? semua juga butuh persiapan.

apalagi yang Vera tahu selama ini Ayu adalah seorang jomblo sejati.

"gue tebak deh. Lo nikah besok ya? atau lusa?" tebak Vera.

"salah. Minggu depan, Ver."

"apa? beneran? gila Lo! gue kira cuma di novel doang nikahnya mendadak. atau jangan-jangan selama ini Lo ngaku ke gue aja jomblo padahal sebenarnya udah punya cowok kan? gila parah Lo, Yu. bukan temen!"

Vera langsung berjalan begitu saja didepan Ayu. tapi Ayu kembali menarik tangan Vera.

"apaan sih, Ver. jangan drama deh." ujar Ayu.

"ya terus apa lagi kalo bukan drama? hidup Lo aja udah kayak drama. masa mau nikah tiba-tiba tanpa kasih kabar ke gue dulu. Lo anggap gue selama ini tuh apa, Yu?" tanya Vera begitu mendalam.

bahkan mata Vera kini terlihat berair karena linangan air mata yang siap meluncur mulus.

Ayu tertegun. dia tidak tega melihat sahabatnya menangis. tapi semua yang dikatakan Vera sangatlah tidak benar. Ayu juga kesal dan jadi bingung. Antara harus merasa kesal atau kasihan pada Vera. tapi mengingat ini semua juga bukan jalan yang Ayu inginkan, akhirnya Ayu berusaha menjelaskan semua yang terjadi secara pelan-pelan. maklum, Vera itu sangat over protective pada Ayu. pokoknya apa yang Ayu alami harus Vera ketahui, begitu juga sebaliknya. mereka sudah biasa saling berbagi cerita dan pengalaman.

"jangan nangis dong. gue jadi sedih nih liatnya." ujar Ayu memelas.

"habisnya Lo tuh tega banget udah lupa sama gue." balas Vera dengan bibir bergetar.

"percaya sama gue deh, semua ini tuh beneran mendadak dan gak ada maksud sama sekali buat menyembunyikan sesuatu dari Lo. makanya gue langsung cerita sama Lo hari ini. btw, Lo tuh orang pertama yang tau hal ini." jelas Ayu.

linangan air mata di mata Vera pun menghilang. kini sorot mata Vera menunjukkan rasa penasaran yang tinggi. Vera pun langsung menarik Ayu untuk ke kantin dan duduk di bangku paling pojok.

"yaudah sekarang ceritain gimana ceritanya Lo bisa tiba-tiba nikah." ujar Vera.

Vera sudah menyiapkan telinganya lebar-lebar untuk mendengarkan cerita Ayu.

Ayu menghela nafas.

"gue dijodohin, Ver."

penjelasan yang cukup singkat namun mampu membuat Vera menganga tak percaya. Vera tidak menyangka jika di zaman modern ini masih ada perjodohan seperti itu. sebelumnya Vera kita perjodohan di abad modern ini hanyalah ada di novel-novel yang sering mereka berdua baca. tapi ternyata hal itu teralami langsung oleh sahabat seperjuangannya.

Ayu pun mulai menceritakan semuanya. dimulai dari pertemuannya dengan Praya didepan kampus, sampai kejadian gak terduga di rumahnya.

"gila! sori banget ya, Yu. kemarin gue harus cabut duluan. soalnya meng meng gue sakit." ujar Vera memelas.

"apaan sih Lo, Ver. gak usah minta maaf juga kali. lagian gue kesiram air kotor tuh salah dia bukan salah Lo."

Vera mengangguk setuju.

"terus gimana sama Beta?" tanya Vera tiba-tiba.

Ayu langsung terdiam.

"gue gak tau. tapi ciuman pertama gue tetep buat Beta kok."

PLETAK

"Bolot Lo! jelas buat suami Lo lah. kan sebentar lagi tubuh Lo itu punya suami Lo."

Ayu mengelus kepalanya yang terkena pukulan buku tebal. Vera benar-benar sialan memang.

"gak bisa. Lo sendiri tau seperti apa perjuangan cinta gue buat Beta. masa iya gue langsung nyerah gitu aja gara-gara perjodohan ini."

"ya ya ya, terserah Lo deh."

~~

Ayu celingukan didepan lobi kampusnya yang tampak lumayan sepi. sepertinya orang-orang sudah lebih dulu pulang ke rumah dibandingkan harus berdiam diri di kampus lama-lama. seperti yang dilakukan Ayu. tak lupa Ayu juga ditemani Vera. tapi sayangnya, Vera kembali harus pulang lebih awal karena kucing kesayangannya.

biasanya Ayu dan Vera selalu nongkrong di kantin kampus dulu untuk sekedar memanfaatkan WiFi yang ada dan berbagi ide untuk buku yang ingin mereka buat.

senyum Ayu mengembang saat melihat sosok Beta berdiri di pos satpam sambil menyumpal kedua telinganya dengan earphone. diam-diam Ayu berjalan mendekati Beta.

dalam hatinya ia berkata 'hari ini gue harus dapat ciuman Beta'

gila memang.

sekalipun Beta menolak nantinya, Ayu sudah siap untuk memaksa.

"Be--"

"Ayu."

Ayu mendengus sebal. kepalanya menengok ke belakang untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. dan ternyata sesuai dugaan Ayu, Praya sudah berdiri didepan mobilnya sambil memasukkan kedua tangan kedalam kantung celana. berdiri dengan gaya cool nya sambil menatap Ayu datar.

sok keren memang.

Ayu kembali melanjutkan langkahnya menuju Beta. tidak ingin meladeni calon suaminya. Ayu tetap pada ambisinya untuk memberikan ciuman pertamanya pada Beta.

"mau kemana?"

tangan Ayu langsung ditarik ke belakang dengan kasar.

Ayu kembali mendengus sambil melepaskan tangannya dari tangan Praya.

"kalo narik tuh pelan-pelan! kasar banget sih!" omel Ayu pada Praya.

"iya iya maaf. kamu mau kemana?" tanya Praya lembut.

"bukan urusan Lo!" ketus Ayu.

lalu Ayu kembali melangkah. namun lagi-lagi tangannya ditarik ke belakang. kali ini dengan cara yang lembut.

"pulang bareng aku aja." ujar Praya.

Praya menautkan alisnya. mata Ayu melirik sosok laki-laki tinggi yang berdiri di pos satpam. Ayu menatap laki-laki itu cukup lama.

Praya tentunya mengerti apa yang terjadi.

"ingat! sebentar lagi kamu cuma punya aku." bisik Praya.

Ayu langsung bergerak menjauh karena geli.

"apaan sih!"

"cepat masuk mobil. kita mau makan malam sama orang tua aku."

Praya menarik tangan Ayu menuju mobil. ingin sekali Ayu memberontak. namun jika Ayu tidak datang ke acara makan malam bersama keluarganya Praya, Ayu jamin mama nya akan mengamuk. dan Ayu masih takut ancaman mamanya tentang tidak memberi makan Ayu lagi seumur hidup.

Ayu kan tidak bisa hidup tanpa masakan mamanya.

Praya memasangkan sabuk pengamannya lalu melirik Ayu. gadis itu hanya memasang wajah masamnya sambil melipat kedua tangannya.

"pasang." ujar Praya datar.

"ga."

"pasang sabuk pengamannya."

"ga mau!"

"oke."

Praya menyalakan mesin mobil. kemudian Praya menginjak gas secara mendadak dan kencang. tapi Praya langsung menginjak rem lagi. tidak mungkin dia ngebut diarea kampus.

sementara disebelahnya, Ayu sudah memerah dan siap meledak. karena Praya dirinya jadi terbentur dashboard mobil. benturan yang lumayan kencang dan perih.

"brengsek! bisa nyetir mobil gak?!" tanya Ayu sewot.

"kamu udah nanya itu dua kali."

lalu Praya mengeluarkan dompetnya.

"nih, kalo gak percaya."

Praya menunjukkan kartu SIM yang ia keluarkan dari dompetnya. dan hanya menerima lirikan sinis dari Ayu.

"oh ya, kamu anak sastra kan?" tanya Praya sambil memasukkan kembali SIM nya ke dalam dompet.

"kepo!" ketus Ayu.

"dibilang ngomongnya pake 'gue elo'. ngeyel ya!" lanjut Ayu.

Praya tersenyum penuh arti. "baru nyadar sekarang?"

"udah deh buruan jalan! males lama-lama di mobil sama Lo!"

Ayu memakai sabuk pengaman dengan kasar. Praya tersenyum kecil. sebelum menjalankan mobil Praya melirik Beta yang masih berdiri di pos satpam. rupanya lelaki itu berhasil menarik perhatian Ayu. Praya hanya menduga jika Beta adalah teman Ayu.

saat mobil berjalan, Praya sengaja memberhentikan mobil didepan pos satpam lalu membuka kaca mobil sebelah Ayu. yang langsung mendapat pelototan tajam.

"ngapain?!"

"itu temen kamu kan? sapa dulu aja." ujar Praya santai.

Ayu semakin panik saat kaca mobil mulai turun. Ayu semakin menenggelamkan dirinya kebawah. Praya menyebalkan. bagaimana bisa pria itu tersenyum ketika Ayu tidak ingin Beta tahu soal calon suaminya. sebisa mungkin Ayu tidak ingin Beta tahu jika Ayu akan menikah. enak saja. pdkt saja belum. jika Beta tahu Ayu akan jadi istri orang, hancurlah sudah harapan Ayu untuk pdkt dengan Beta. karena tidak mungkin kan Beta akan mendekati istri orang.

ayolah. Ayu single saja Beta tidak tertarik. apalagi ketika Ayu sudah menikah?

mata Beta pun melihat Praya yang tersenyum padanya. Ayu menutupi wajahnya menggunakan tas. berharap Beta tidak akan mengenalinya. tapi..

"Ayu?"

tamatlah riwayat Ayu.

"dipanggil kok diem? itu temannya manggil juga."

Ayu menghela nafasnya. sebisa mungkin ia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Beta yang bingung ditempatnya.

"g-gue duluan ya."

dan Beta hanya mengangguk sambil memasang wajah datar. namun tetap terlihat tampan di mata Ayu.

Praya menganggukkan kepalanya sekilas lalu mengulas senyumnya pada Beta. karena Praya tetap harus jaga sikap pada teman-teman calon istrinya.

mobil pun berjalan kembali. Ayu menatap sebal pada calon suaminya.

"Lo rese ya!" ketus Ayu.

"kenapa?"

"tau ah kesel! berani-beraninya Lo gangguin hubungan gue sama Beta!"

"gangguin? memang saya ngapain?" tanya Praya seraya melirik Ayu sekilas.

"jadi yang tadi itu namanya Beta?" tanya Praya.

raut wajahnya berubah datar. sangat datar.

"gak usah kepo! nyetir aja yang bener!"

"oke. tapi sebelum ke rumah saya, kita ke butik dulu ya. fitting baju."

"terserah!"

~~