sejujurnya zea sudah lapar, kelaparan malah. untuk menyiasati perseteruan alias cari aman, zea sengaja tidak keluar kelas pada saat istirahat pertama, padahal waktu itu perut zea udah protes minta diisi. siasatnya sih sukses malah dapet bonus dari sudut pandang yang berbeda karena rea betah menemaninya sekalian memberi pengajaran tambahan pelajaran bahasa arab yang sama sekali tidak dimengerti zea sewaktu pak guru mengajar. apakah zea mengerti setelah diajari rea? tentu saja tidak, malah tambah mumet. sudahlah hilang konsentrasi karena lapar ditambah pula cara menerangkan rea yang seperti melompat keanak tangga terakhir.
Zea tampak membaringkan kepalanya dimeja, " hah " keluh zea sambil mengelus perutnya menahan lapar. kemudian dengan malas dilihatnya jam didinding diatas papan tulis. kurang 15 menit lagi waktu sholat dzuhur tiba. kali ini rea tidak menemani karena dianya kekantin. zea sih diajaknya tapi zea menolak dengan alasan lagi puasa senin-kamis. nyatanya, tentu saja zea tidak puasa, lah wong puasa ramadhan aja bolong-bolong.
* pluk * suara sesuatu terjatuh.
" hemm " dilihat zea sepotong roti isi yang masih berplastik di hadapan wajahnya.
" makan gih, laperkan ? "
" emm " zea mendongak melihat seorang murid perempuan sedikit berisi tidak sampai gemuk tersenyum ramah kepadanya. senyumnya begitu unik dengan pipinya yang lumayan cabi. yah dibilang cantik tidak, imut iya, tergantung selera lah.
" anu, kamu.... "
" rini dwi saptarini, panggil aja cami, aku yang duduk di meja itu " ucap murid perempuan itu memperkenalkan diri sambil menunjuk kearah meja ketiga dari meja terdepan tepat dibelakang murid yang melihat seram zea tadi.
" usaha bagus, aku suka "
" heh, apanya "
" itu loh, kamu sengaja gak keluar kelas karena takut berurusan dengan amarna kan "
" ta.. takut? " ucap zea kaku sedikit tidak terima. bagaimanapun juga zea bukanlah tipe pecundang jika sudah menyangkut harga diri. apalagi zea pernah ikut tawuran di sekolahnya yang dulu. so, soal adu jotos zea udah punya pengalaman, meski dulu babak belur sih. yah, emang sih zea rada keder saat ditatap seram sama amarna tadi, tapi mau gimana lagi, emang seram kok, begitulah dalih zea dalam hati.
" hemm, kamu ada alasan lain ya, yah apapun alasannya, kamu sudah ngambil keputusan yang bener, tu anak biang masalah, jangan berurusan dengannya deh karna itu ... "
" karna itu ? " ulang zea bingung.
cami tampak ragu menggerakkan bibirnya. saat bibirnya baru berhasil merangkai kata " lebih baik jauhi .... " ucapannya disalip oleh ucapan orang lain.
" .... berurusan dengan cewek ini "
" re, rea " zea tak percaya melihat rea, katanya ke kantin dan apa-apaan itu potongan mie di bawah bibirnya dan tangannya yang memegang kantong berisi minuman sirup. rea tanpa malu mengusap bagian bibirnya dengan lengannya hingga meninggalkan noda di bagian lengan bajunya itu lalu menyeruput minumannya. rea lalu mengambil bangku disebelah cami, dengan senyum yang jelas tampak di paksakan rea pun segera mengambil tempat diantara zea dan cami.
" em, roti? punya kamu ya zea, loh katanya kamu lagi puasa? "
" eh, itu... " zea asli bingung plus keder, bingung karena mau alasan apa coba, keder karena rea menatapnya dingin.
" itu rotiku, kebetulan tadi aku kelebihan membeli, jadi daripada mubazir kutawarkan langsung tanpa bertanya padanya, aku tak tahu kalau dia puasa jadi tenang saja " jelas cami dengan raut wajah seperti meledek.
" heee, kebetulan ya, tenang saja ya, heee.. " ucap rea begitu penuh misteri.
" lalu, urusan apakah mbak yang suka merayu ini sampai mau menawarkan rotinya " lanjut rea diakhiri dengan senyuman pahit.
cami merespon dengan nada bercanda tapi nampak sekali tubuhnya tegang " ho ho ho, mbak yang genit ini juga kenapa sewot ya, suka-suka sayalah "
keduanya tanpa babibu lagi kompak jujur dalam bersikap. mereka saling tatap tajam setajam pisau tumpul, tumpulnya karena mereka begitu cepatnya saling membuang muka kearah yang berbeda.
" huh " gumam mereka berdua.
" anu " zea mencoba masuk dalam perseteruan. sekedar ingin tahu tanpa mau tau terlalu dalam, karena zea ingat pesan emak, ibu-ibu yang lagi perang itu kalau di kasih perhatian satu eh ceritanya bisa sampai sepuluh.
" ah, zea, kenalin ini tetangga rumahku sekaligus teman masa kecilku, waktu kecil dulu hobinya suka merebut mainanku " ucap rea jelas menyindir.
" ah, masa, gak kebalik tu, ah iya juga ya soalnya maling suka teriak maling ya " ucap cami gak mau kalah.
" hmm, sejujurnya aku gak perduli dengan itu, intinya kalian ini teman tapi musuh kan, aku hanya heran kenapa kalian kok jadi perang pula saat ini " ucap zea dungu.
" hah " gumam cami menurunkan sebelah alisnya. keganjilan terjadi, cami tanpa sungkan merangkul rea lalu berbisik " begini yang jadi incaranmu kali ini, gak salah ni "
" berisik, kalau kamu gak minat jangan merusuh " balas rea lirih, raut wajahnya nampak yakin sekali.
cami melepaskan rangkulannya lalu tertawa lepas. rea hanya mengernyit. zea mah macem orang linglung karna gak ngerti apa-apa.
" begitu ya, begitu ya " ucap cami disela tawanya yang kian mereda.
" apanya " selidik rea.
" tidak, tidak, yah sepertinya kali ini bakal menarik sekali, hei rere "
" a,,apa " jawab rea tampak ragu.
" aku tertarik " ucap cami lalu nyelonong pergi dengan gaya menggoyang tubuhnya riang.
rea tampak tidak senang melihat cami dengan menggembungkan pipinya. kemudian rea beralih kepada zea lalu memberi pertanyaan beruntun " dia cerita apa aja, gak yang aneh-anehkan, gak ngasih apa-apakan, gak berbuat macem-macemkan? "
zea terdiam, bukan karena gak bisa jawab tapi zea terpaku dengan kehadiran murid yang menatap seram dirinya tadi.
" emm " gumam rea mengikuti arah pandangan zea, rea akhirnya menoleh kebelakang.
" a, amarna... " ucap rea sedikit kaget lantas menunduk dan berkata lirih sekali " sialan si cadiz tu, udah main tusuk aja "
" hei rea, ngapain kamu dengannya "
" ah cuma ngobrol biasa kok "
" biasa tu sampai nanyak macem pacarnya gitu ya " ucap amarna begitu kesal dengan suara yang meninggi lalu menggebrak meja.
" apaan sih " rea gak kalah meninggi suaranya.
" cih " desis amarna lalu melangkah ketempat zea. amarna tanpa basa basi menarik kerah baju zea " oi dengar anak tengil, dia itu cewekku, jangan dekati dia, jauh-jauh sana " setelah mengucap demikian amarna dengan tega mendorong tubuh zea hingga zea terjungkal beserta bangkunya.
" AMARNA! " jerit rea tampak tidak percaya. rea lekas bangun dari duduknya lantas menampar amarna.
" kamu tidak apa-apa zea " tanya rea seraya berusaha duduk menyamping dilantai disamping zea. jemari rea hendak meraih jemari zea.
" jangan sentuh aku! " seru zea sedikit keras. campur aduk perasaan zea. konyol, bodoh, kurang kerjaan! pasangan bodoh! orang yang pacaran nyebur aja kelaut sana, runtuk zea membatin kesal. zea berusaha bangun dari pembaringannya dengan sedikit menahan nyeri di bagian kepala belakang memakai telapak tangan kanannya.
" zea " ucap rea pelan saat melihat zea berdiri dengan wajah tertunduk. zea terlihat begitu dingin dengan pandangan kosong.
" dengar ya, pertama aku tidak mau tahu dia pacarmu atau bukan, kedua kamu tidak punya hak melarangku untuk mendekati siapapun, ketiga kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan merebut pacarmu karna aku ini .... " ucap zea sejenak terhenti, zea mengepal tinju sebelah tangannya.
" ... ANTI PACARAN!!!! " Jerit zea seraya melancarkan tinju kearah wajah amarna namun dengan mudahnya ditangkap amarna. giliran amarna yang melayangkan tinju kearah pipi kiri zea namun dihindari zea dengan menunduk lalu menghujam tinjuan keatas mengenai telak dagu amarna hingga membuat amarna terjatuh terbaring dilantai.
" wooo " teriak para murid lelaki yang kebetulan melihat dari balik jendela.
" sial " umpat amarna sambil memegangi dagunya. ia segera berdiri kembali. zea bersiap diri.
dengan amarah amarna berseru " kau cari mati ya brengsek "
" hentikan amarna " rea maju berusaha menengahi tapi dihalau oleh amarna hingga jatuh terduduk dilantai " aduh " rintih rea.
amarna tampak tidak perduli dengan keadaan rea, ia justru melangkah maju.
zea melihat rea yang masih menahan nyeri.
" yang brengsek itu cowok yang tega nyakitin cewek " ucap zea jelas meski tidak tinggi suaranya.
" diam kau brengsek! " seru amarna seraya meninju membabi buta. zea meladeni dengan sigap memakai punggung tangannya.
" wooooooooo " sorak sorai para murid yang kian bertambah dari balik jendela.
" cukuuuup " jerit rea.
namun zea dan amarna mengacuhkan. wajar saja, perkelahian tidak akan berhenti begitu saja kecuali ada pihak yang cukup kuat baik dari kuasa maupun dari fisiknya untuk melerai mereka. pihak itu akhirnya hadir setelah keduanya babak belur. pihak itu melerai dengan menjitak kepala keduanya hingga keduanya sama-sama mengaduh keras lalu menyeret keduanya keruang guru BP.