" zea " cami memanggil datar.
" ya " jawab zea sama datarnya.
" katanya tadi mau ketoko buku kan "
" ya "
" oke, kalau gitu aku gak salah denger " cami mengangguk-angguk lalu tertawa aneh seperti kaset kusut.
" apaan yang toko buku, ini tempat apaaaa! " ucap cami kian meninggi sambil pandangannya mengitari rak-rak berisi manga/komik bermacam seri.
zea sontak menutup telinga seraya menjauh dari cami, begitupun rea. sementara pengunjung yang awalnya sedang asik membaca, terlihat terkaget-kaget bahkan ada yang melongo, tapi ada pula yang nyeletuk " imutnya ".
" hei dik, kamu lagi datang bulan ya " tegur seorang wanita dewasa berkacamata, berpakaian kaos oblong warna merah polos dan bercelana jeans dongker, wanita berkacamata itu berdiri di belakang cami dengan raut wajahnya yang kesal tertahan hingga kesan cantiknya luntur karenanya.
" ah, maaf kak, maaf, keceplosan saya " mohon cami sambil sedikit menundukkan badan.
masih dengan menahan kesal, wanita betkacamata itu memperingatkan " ya sudah, kalau masih mau tetap disini jangan berisik ya "
cami langsung mengangguk lantas menyingkir mendekati zea tapi zea justru dengan sigap menjaga jarak, cami-nya manyun, si rea terkekeh pelan sepelan-pelannya.
" zea, kok ketempat seperti ini sih " tanya cami terdengar menahan suaranya.
" loh ini kan toko buku juga " jawab zea santai.
" toko gundulmu, ini mah taman bacaan, komik pula tuh " protes cami semakin lirih diujung ucapannya.
" ah, iya salah sebut, maaf " respon zea cuek.
zea sudah gak perduli lagi, toh sejak awal memang zea berbohong soal ketoko buku. yang penting pergi ketempat yang ada bukunya-lah, begitu fikir zea saat awal berangkat tadi.
" jangan bilang ini hobi kamu " tanya cami mengernyitkan alis.
" iya, ini hobiku, kenapa? masalah! " jawab zea tidak senang.
cami bergidik tidak percaya lalu secepatnya beralih pada rea sambil berkata " hei rea gak salah nii.... iiiiiiiii " suara cami melemah seperti kehabisan energi.
cami melongo gak percaya melihat rea yang sedang cengengesan membaca komik berjudul * Nisekoi *.
" rea kamu juga ya " tanya cami seraya menghampiri rea.
" sejak kapan kamu punya hobi ngawur kayak gini " sambung cami.
" emm, belum jadi hobi sih, tapi kayaknya bakal jadi hobi " jawab rea sambil membuka halaman komik selanjutnya.
" segitunya kamu?....! " cami termangu sejenak. tidak lama kemudian memandang serius zea, kebetulan zea juga pas lagi mandang cami karena tadi kesulut waktu denger ' hobi ngawur ' dari mulut cami.
" a, apa " ucap zea sedikit panik melihat keseriusan wajah cami yang lebih mendekati pandangan mengancam.
" ya mau gimana lagi, sudah terlanjur " ucap cami terlihat pasrah pada akhirnya.
" apanya " tanya zea asli bingung.
" gak ada, jadi yang mana komik favoritmu " jawab cami seraya mendekati rak terdepan dari pintu masuk tempat zea berdiri kini.
zea menunjukkan komik yang sedang dipegangnya kini, * Detektive Conan * itulah judulnya.
" hmm " gumam cami sesampainya disamping zea, sedang zea langsung menjaga jarak. cami lantas mengambil komik volume 1 berjudul sama dengan zea. setelah membuka beberapa lembar halaman cami berkomentar " bolehlah ". setelah itu cami pergi ketempat kasir.
" kak, saya mau pinjam yang ini sampai yang emm nomer terakhir ya "
" ada kartu pelajar " tanya wanita berkacamata tadi.
cami mengangguk lalu merogoh ransel sandangnya. kemudian cami memberikan kartu pelajarnya, wanita berkacamata menerima lantas menulis beberapa hal yang perlu dicatat.
" kartu pelajarnya saya tahan ya "
cami pun mengiyakan. wanita berkaca mata lantas mengambil keranjang lalu menghampiri zea.
" terima kasih dik zea " ucap wanita berkaca mata sumringah lalu beralih mengambil satu persatu komik detektive conan yang ada.
" sama-sama mbak isti, maaf ya tadi dia teriak gak jelas "
" gak masalah, ketebus sama peminjamannya kok, emm yang volume 96 mau kamu yang pinjem ya "
" rencananya begitu "
" ya udah deh, ntar kasih tau ma dianya ya "
" iya mbak "
sepeninggalan mbak isti, zea menoleh ke rea yang masih asik dengan komiknya.
" hei rea, gak apa tuh cami "
" kenapa cami ? " jawab rea tetap fokus pada bacaannya.
" liat aja "
rea pun menurut, dilihatnya dengan seksama, kemudian rea melihat komik yang di bawa zea.
" sial tu mak lampir, kirain nyerah " ucap rea mengerutu seraya menghampiri cami.
" kak penjaga, saya aja yang pinjem komik itu semua, saya sewa dua kali lipat harga emm tidak, tiga kali harga sewa aslinya, boleh ya kak "
mbak isti yang semula terkejut tapi kemudian dengan cepat berfikir ringan sambil melirik cami yang terlihat bermuka masam.
" apaan sih re " keluh cami kesel.
" oke, kakak setuju " ucap mbak isti sambil memberi ancungan jempol pada si rea.
" eh tunggu dulu kak, gak bisa gitu dong, kan saya duluan " protes cami dongkol.
" ya, habis... " ucap mbak isti gak merasa bersalah.
" iya, iya, kalau gitu saya bayar 100ribu per nomor " ucap cami menahan kesal.
" oke, setuju " sambar mbak isti.
" tunggu, saya bayar 150ribu kak " tawar zea.
" 200ribu "
" 300ribu "
terus dan terus, rea dan cami saling menaikkan harga seperti menawar barang lelang. zea yang sedari tadi mengamati akhirnya tepuk jidat lalu menghampiri dan menyeru " stooop! " di harga 1juta atas nama rea.
" kalian nih stress ya, dengan harga segitu masing-masing dari kalian bisa beli tu buku semua di gramedia sana, gak perlu berebut nyewa di sini, sekalian buka penyewaan komik sendiri low perlu " ucap zea menyungut sok menengahi.
" bukan itu masalahnya!!! " bentak kompak rea dan cami tensi tingkat tinggi diakhiri dengan hembusan nafas panjaaaang.
zea reflek mundur selangkah dengan gaya seperti melihat hantu " aah, terserah kalianlah " ucap zea meruntuk. zea dah gak perduli lagi.
" mbak, saya pinjam yang ini " ucap zea seraya mengeluarkan uang sebesar lima ribu rupiah lalu ditaruhnya dimeja. zea lantas nyelonong keluar.
" ah " rea dan cami tersadar, lalu tangan mereka terulur seperti ingin meraih seseuatu tapi tidak ada sepatah katapun keluar.
" tu lah kamu rese sih! " seru rea
" yee, kamu tu yang rese "
" jadi gimana nih " tanya mbak isti.
" ah " lagi-lagi keduanya kompak tersadar.
*****
plang itu bertulis " Studio Musik Stadivarius "
Tempat dimana biasa zea latihan nge-band. tidak ada jadwal ngeband sebenarnya tapi karena zea males pulang di ekori dua cewek yang masih saja berseteru saat di dalam angkot tadi, zea akhirnya memutuskan menelpon teman-teman band-nya, ungtungnya semua teman band-nya pada mau.
" ho, how, kamu punya hobi yang keren juga ya " komentar cami.
zea diam saja, zea lebih sibuk melihat jam di hp'nya yang menunjukkan pukul 16:00. zea lalu celingukan melihat keluar. pas saat itu juga tampak dua motor gede yang masing-masing membawa penumpang.
" akhirnya datang juga "
" eh, siapa " celetuk cami.
zea gak menjawab, ia lebih memilih nyamperin keempat orang teman band-nya di muka pintu.
" yo bro, lama gak nungguin " ucap seorang cowok berpenampilan preman abis dengan baju kaos hitam bergambar tengkorak yang tidak berlengan dan celana lepisnya yang bolong didengkul serta bermacam model gelang ditangannya. tampang lumayanlah.
" gak lah bro, aku yang sori, coz ngajak tiba-tiba " jawab zea.
" wes, malah seneng mah kalo aku, sering-sering aja gini " balas seorang cowok berpenampilan klimis dengan baju kemeja kotak-kotak biru putih lengan panjang yang di padu dengan celana kain hitam panjang. tampang diatas lumayan.
" yah, gak masalah, eke juga lagi nganggur kok " ucap seorang cowok bergaya seperti cewek dan tentu saja penampilannya menyerupai cewek tapi masih aman karena masih pake celana meski pendek. tampang, kemayu.
" assalamualaikum ze " sapa seorang cowok berpenampilan seperti pak ustadz, baju koko, celana kain panjang menggantung diatas mata kaki. tampang, tampan.
" waalaikum salam " zea membalas salam.
sementara itu rea dan cami tampak menyusul menghampiri zea dan teman-temannya.
" zea " panggil rea.
" emm " zea menoleh.
" wes, loe bawak cewek ze, mantap " serobot teman zea bergaya preman.
" berisik, bukan bawa tapi kebawa " jawab zea sekenanya.
" dih, kejamnya " ucap cami sok imut.
" kenalin dong ze " pinta teman zea yang bergaya klimis.
" kenalan ajalah sendiri " ucap zea gak semangat.
" kok gitu sih, mereka kan kenalanmu ze " tegur teman bergaya pak ustadz.
" iya, iya " ucap zea akhirnya mengalah.
" yang besar itu panggil aja cami, yang gak besar itu rese "
rea dengan manja memukul pelan zea. spontan zea memegang apa yang sempat dipukul rea barusan lalu memprotes " apa sih pake megang-megang segala, haram tau! "
" segitunya "
" biarin " dengus zea.
" hai semua, kenalin nama saya putri rea, panggil aja rea "
" yo rea, cami, gua mat ali panggil aja ali "
" hai rea, cami, name saye syukrian syah panggil aja uki"
" hei rea, cami, eke kalau siang namanya adi rahadi, kalau malam desti, terserah yey mau manggil apa "
" assalamualaikum, saya muhammad ziar, panggil saja zizy "
ditengah tawanya yang tertahan semenjak adi rahardi atau desti memperkenalkan diri, rea dan cami menjawab salam zizy.
" okelah low gitu, yuk langsung masuk aja, dah aku boking soalnya " ajak zea seraya berjalan lalu melambai ke penjaga studio. sang penjaga studio memberi isyarat dengan ancungan jempol. teman-teman zea mengikuti di iring rea dan cami yang masih saja tertawa tertahan sambil saling tolak menolak.
di dalam ruangan studio setiap personil langsung mengambil posisinya dan alat masing-masing. zea pada microphone, uki pada gitar rythem, ali pada gitar lead, adi rahardi pada keybord, dan zizy pada drum. sedang rea dan cami duduk bareng di sofa.
" mau bawa lagu apa nih " tanya zea.
" biasalah, lagu kebangsaan kita "
cami tampak antusias melihat zea dan teman-temannya. seperti ada harapan tinggi lagu yang akan dibawakan bandnya zea adalah lagu dari band-band papan atas indonesia.
" sebentar kalau gitu " zizy menginstrupsi. lalu mengambil gendang disisi kirinya.
" eh " celetuk cami heran.
" sip " zizy memberi kode dengan stik drumnya.
alunan yang pertama terdengar adalah melodi keybord yang mendayu. cami langsung mengernyitkan alis.
petikan gitar elektrik yang terdengar lumayan gahar membuat alis cami sedikit naik kembali.
tabuhan drum yang energik hampir saja mengembalikan alis pada posisi semula hingga akhirnya genjrengan gitar yang dimainkan uki disusul nyanyian zea dengan lirik " humko hamise churalo, dil me kahin tum chupalo ... "
alis chami kembali mengernyit dan kali ini semakin menukik di iringi jeritannya " aaaaaa ngacoooo "
spontan semua pemain berhenti memainkan alat musiknya.
" apaan sih, ngagetin aja kerjanya " protes zea kesal abis.
" gak ada lagu lain apa " jawab cami gak kalah kesel.
" ada lah " jawab zea.
" coba ganti " pinta cami sambil kembali duduk. dilihatnya rea senyum-senyum tidak jelas.
" apa! " ucap cami judes.
" tak ada " jawab rea santai lalu tertawa tertahan.
" huh " cami menyilangkan kedua tangannya.
* jreng *
paduan gitar zea dan drum terdengar up bit tempo. wajah cami langsung sumringah. apalagi melodi gitar terdengar gahar. pembukaan/intro musik yang wah seperti lagu rock. mata cami berbinar.
intro berakhir, suara drum melemah tapi tetap berenergi " dug, dug, dug, dug "
zea pun mengeluarkan suara keras layaknya berteriak, selanjutnya lirik pun masuk " woh lamhe, woh bahtein, koi na jane, tike sirate hooo bersahate, woh bheege bheege aye, woh bheehe aye.... "
chami ngedrop. ia menutup telinganya sambil menunduk. sedangkan rea ketawa ngakak dibuatnya.
hampir setengah perjalanan lagu dibawakan hingga tiba-tiba suara vokal zea mati. musik pun berhenti. zea mengecek michrophonenya hingga menelusuri ujung mic.
" gak bakalan idup " ucap cami sambil memegang ujung kabel mic yang seharusnya terpasang pada speaker.
zea menghela nafas panjang " pasang lagi, cepet " perintah zea galak.
" weee " cami menjulurkan lidah lantas kabur meninggalkan ruang studio.
" maunya apa sih tu cewek " keluh zea.
rea pun ikut keluar setelah permisi kepada zea dan teman-temannya. rea langsung mencari cami, rea akhirnya menemukan cami sedang menegak minuman botol bermerk di samping tempat penjaga studio. sesampainya ditempat cami rea lantas nyeletuk " udah deh gak usah maksa kali ini "
cami melirik kesal rea lalu membalas " huh gak bakal "
" ntar makan hati, masih banyak tentang zea yang bertentangan dengan cowok pada umumnya loh " ucap rea dengan nada mengejek.
" hah, kalah sebelum mencoba, gak banget deh, lagian aku cuma butuh waktu untuk penyesuaian aja kok " jawab cami terdengar yakin dan kekesalannya tampak memudar.
" ngomong-ngomong kamu udah tau banyak ya tentang zea, kok bisa " sambung cami bertanya.
" ada deh "
" yah tidak apa kalau kamu gak mau kasih tau, paling juga dari orang tuanya kan, dan kutebak kamu sudah main kerumahnya zea kan re "
zea sedikit tersentak. cami tersenyum puas " kamu gak pernah berubah ya re, gampang ditebaknya "
" udahlah cami, nyerah aja ya, kali ini beda, aku gak ada niatan mau bersaing " pinta rea terdengar sayu
" kenapa? "
" karena aku serius dengan zea, tanpa bersaing denganmu aku sudah punya masalah yang harus kuhadapi "
" ah, soal zea yang anti pacaran ya "
zea mengangguk " jadi gitu mi, untuk kali ini, e..em tidak, untuk seterusnya aku tidak ingin lagi bersaing denganmu, jadi please "
aura cami tampak berubah, seperti ada penekanan tertentu, entah dia tersentuh atau mencoba mengerti bahkan bisa jadi marah, entahlah. tidak lama kemudian cami dengan senyum licik berkata dengan nada datar " tidak "
lalu cami beranjak pergi meninggalkan rea yang tampak kecewa berat.