Chereads / Tanpa Pacaran / Chapter 6 - Rival 1

Chapter 6 - Rival 1

Zea menyusuri lorong kelas dengan malas, malas mendengar gosip yang sedang dibisikkan oleh para murid yang saling menggunjing. seperti " itukan jagoan baru kita " , " wah, gak nyangka padahal tampang baik-baik tapi preman " , " biasalah, mantan anak STM " , sampai " gak, nyadar diri tu anak ". maunya sih zea tutup telinga tapi dikira apa pula nanti. mending cari tempat yang jauh, sejauh-jauhnya. awalnya sih mau dikelas aja tapi justru gunjingan lebih nusuk disana makanya lebih baik keluar kelas. karena makin menjadi gunjingan yang terdengar, langkah zea pun di percepat.

" mau kemana zea " tegur seseorang bersuara cewek.

zea menoleh kebelakang, cami ya, sudah zea duga sih, sebab sejak awal cami seperti mengawasinya.

" apa maumu " jawab zea datar seraya berjalan kembali.

" eh, kok gitu sih, emang kamu punya apa aja, aku sih sukanya yang menarik-menarik " jawab cami menyusul zea.

zea melirik kesal saat cami berhasil mengiringi disampingnnya " kamu ini ya?! kalau gak ada perlu tolong jangan ganggu aku deh " ucap zea dongkol.

cami terkekeh " abis kamu juga sih, ditanya malah nanya balik "

zea mendesah " aku mau ketempat yang gak ada kamu, amarna dan rea nya, dah puas "

" ho how, kalau itu aku gak tahu "

" aku gak nanya juga! "

cami cekikikan " kalau tempat yang gak ada amarna dan reanya sih aku bisa tunjukin dimana, gimana, mau kesana? "

" gak perlu " jawab zea kejam.

" eeh, kenapa, ayolah " rengek cami.

zea masa bodoh, ia terus berjalan mengabaikan semua rengekan cami. sementara itu dari balik sisi pintu kelas tampak rea sedang mengintip dengan tampang geregetan.

" dasar cadiz, nenek lampir, ngerusuh aja kerjanya " gerutu rea pelan.

*****

di sebuah tempat yang ada diantara dinding masjid dan asrama, disitulah zea mencoba bersantai, mencoba melupakan semua gosip yang menyebar. setelah mengambil nafas panjang, zea merenggangkan kedua tangannya lalu duduk menyandar didinding asrama.

" lalu, apa sebenarnya niatmu sampe niat banget ngekorin aku sampe kesini " tanya zea kepada cami yang berdiri di hadapannya.

cami tidak segera menjawab, mungkin karena cami lebih memilih untuk duduk disamping zea terlebih dahulu. sebelum cami berhasil duduk, zea berkata :

" maaf saja ya, kalau mau duduk di sana saja " tunjuk zea kearah depan, tapatnya disisi dinding masjid.

cami melirik sebentar " eeeh, jauh "

" kalau gak mau, pergi aja sana "

" puuuh, iya, iya " cami bangkit lalu berjalan gontai dan berakhir ditempat yang ditunjuk zea.

" jadi? " ucap zea

" hemm, kamu kok sepertinya curigaan gitu sih "

" bukan curiga, udah jelaskan, kita bukan teman dekat, cuma sebatas teman sekelas, tapi kamu berlagak macem udah kenal lama aja, kalau bukan karna ada niat tertentu, apa lagi coba " beber zea seraya merangkul kedua kakinya yang ditekuk.

" hoow, aku kira kamu ini tulali... em,em.. oke, kalau gitu kamu bisa menebak mauku kan " ucap cami ceria seraya jari telunjuknya mengacung.

" aku gak suka tebak-tebakan " jawab zea judes bin kesel.

" ah kamu ini, gitu aja sensi, iya deh aku jujur, yah sebenarnya aku cuma mau tau banyak aja, seperti apa sih cowok yang jadi gebetan baru si peri licik, ah rea maksudku " ucap cami terhenti sejenak seraya melihat kelangit.

" kamu kalau gak salah nyebut kami itu temen tapi musuh kan?, aku koreksi, kami itu lebih cocok di sebut rival " ucap cami lagi-lagi terhenti sekedar melepas tawa ringan.

" sejak kecil kami selalu saja saling berebut sesuatu, kami selalu bersaing dalam banyak hal, gak ada yang mau ngalah, skor saat ini 59 berbanding 51 untuk kemenanganku "

" enak saja, yang bener 99 banding 1, kemenangan telak untukku " ucap rea yang muncul tiba-tiba dari balik samping ujung dinding muka asrama.

zea kaget sedang cami malah terkekeh. " akhirnya muncul juga "

rea manyun mendengar ucapan cami barusan seraya berjalan menuju kearah zea.

" kalau mau duduk disana aja " ucap zea bahkan sebelum rea sampai ditempatnya. rea tambah manyun meski segera merubah arah tujuannya.

" geser " petintah rea sambil menghimpit sisi kiri tubuh cami.

" apaan sih, kan masih luas juga tempat "

" bodo' " tanggap rea cuek bebek. cami gak mau ngalah, alhasil mereka saling geser menggeser. zea yang jengah melihatnya beranjak bangkit.

" eh, mau kemana zea " tanya rea panik.

" males aja ngeliat kalian pada asik sendiri " jawab zea sekenanya. ya, zea tu lagi mau merefresh diri bukan malah ngefire diri dengan melihat kejadian konyol yang menurutnya gak banget.

rea langsung duduk cantik layaknya putri duyung. cami sampai geli melihatnya.

" nah zea, anggap aja hanya ada aku seorang, duduk gih lagi " ucap rea manja.

zea mendesah nafas pendek sambil memegang bagian depan kopiahnya lalu duduk kembali.

sejenak mereka bertiga terdiam. semenit kemudian zea membuka obrolan dengan penuh percaya diri " dengar ya nenek lampir, zea itu mau menikahi ku, karna itu jangan jadi pelakor deh "

jduar, zea melotot gak percaya, demi apa coba, rea oh rea, zea mengira rea itu anak yang cerdas, setelah disindir lily dan dirinya tadi malam, eh masih saja rea dengan pemikiran bodohnya.

" oiiiiiiii " seru zea

" beneran ya zea " tanya cami ragu.

zea menggoyang-goyang tangan kanannya kekenan kekiri " tidaklah, yang bener aja " jawab zea cepat.

" eeh tapi kan tadi malam "

zea menepuk mukanya. tuhkan, batin zea.

" anu ya, memangnya tadi malam aku bilang mau nikahin kamu gitu, aku kan cuma jelasin tentang kenapa aku ini anti pacaran dan lagi memangnya aku ada apa menjawab pernyataa.... " jelas zea terhenti karena tiba-tiba rea berteriak.

" wa, wa, wa,... aku paham, aku yang salah, maaf, maaf " ucap rea panik.

cami tampak memiringkan kepalanya, seperti berkata ada yang aneh, kernyitan alis cami kian menurun.

" hei, zea, sebenarnya ada kejadian apa tadi malam " tanya cami menyelidik.

baru seperempat mulut zea terbuka, eh rea udah duluin menjawab " aaah, kebetulan kami ketemu di cafe, eh entah gimana ceritanya, aku malah salah tafsir, mungkin aku lagi linglung semalam " rea lalu tertawa garing.

cami tampak ragu " beneran zea " tanya cami memastikan.

" heem " zea melirik kerea yang saat itu memasang wajah memelas. zea sih gak mau kebanyakan bohong, cafe? seumur-umur zea belum pernah masuk cafe, tempat nongkrong zea biasanya di kedai minuman emperan jalan. tapi entah kenapa zea gak tega ngeliat rea saat itu.

" i,iya " jawab zea seraya memalingkan muka.

rea tampak senang, cami yang segera melihat tampang rea langsung bersuara " hmm "

rea reflek membuang mukanya juga sambil bersenandung.

" ya deh, ngomong-ngomong zea, boleh gak aku main kerumahmu pulang sekolah nanti "

" eh " zea dan rea kompak melihat cami kembali.

" a..ah " zea berfikir cepat, cukuplah rea jadi momok tersendiri yang mengganggu ketenangan hidupnya saat dirumah.

" aaah, aku abis pulang sekolah ada perlu ketoko buku, jadi maaf ya " ucap zea beralasan

" how, kalau gitu aku boleh ya ikut ketoko bukunya ntar, kebetulan aku juga mau beli buku resep makanan yang judulnya goreng terus sampai matang " ucap cami tengil.

mampus aku, batin zea kalang kabut. " anu, jangan deh, aku ntar di jemput teman bandku soalnya, ntar kamu digodain pula, temanku soalnya rese "

" gak masalah, udah biasa digodain " jawab cami agak sombong.

busyet,sial, mau alasan apalagi coba, keluh zea membatin. " ya,.. y,ya kalau gitu, okelah " ucap zea pasrah.

rea langsung panik lantas bangkit " aku juga ikut! " seru rea semangat 45.

zea menjawab lemah sambil menenggelamkan wajahnya diantara lengannya yang merangkul kedua kakinya.

" suka-suka kamulah "

" puh " cami menahan tawa.

" he..em " rea makin semangat sedangkan zea dengan malas berdiri dan " nguuiiiiing " pas pula bell masuk kelas berbunyi.