Chereads / Tanpa Pacaran / Chapter 4 - Awal Dari Niat Terselubung

Chapter 4 - Awal Dari Niat Terselubung

Di parkiran motor yang terletak tidak jauh dari bangunan ruang para guru, disitu zea tengah berdiri di samping seseorang yang dari penampilannya maka orang manapun akan menyebutnya sebagai pak ustadz. seseorang yang terlihat berumur 50an keatas dan berjanggut lumayan lebat itu memakai sarung corak hijau keputihan, baju batik lengan panjang serta sorban yang menutup bahu hingga setengah punggungnya dan peci model bulat warna putih dikepalanya.

" lalu, alasan sebenarnya apa? " tanya orang tua itu.

" hmm, aku hanya kesal dengan orang yang sombong karena pacaran " jawab zea serius.

" oke, kalau begitu mantap " ucap orang tua itu sambil memberi acungan jempol dan nyengir kuda.

zea dan orang tua itu lantas akur tertawa renyah.

" pak'eeee, toleee " ucap seorang ibu tua berpakaian gamis warna ungu yang berada dibelakang zea dan orang tua tadi dengan nada seperti hantu yang sedang menakuti mangsanya.

" hii " kompak zea dan orang tua tadi bergidik ngeri lalu segera membalik badan.

" wah, mak'e hari ini kelihatan cantik tenan ya pak'e " ucap zea sok melucu.

" walah le,le... mak'e sih cantik disetiap hari lah, gimana sih " balas orang tua yang ternyata bapaknnya zea dan biasa dipanggil pak'e.

" anak, bapak, sama aja, gak sadar diri " bentak mak'e.

" tole! " seru mak'e

" siap#$^#$ "

" opo janjine karo mak'e mu iki "

" kulo janjine arep dadi.. dad.. ah ribet.. jadi anak baik, anak sholeh, berbakti sama orang tua, negara dan agama, gak ngerokok lagi, gak cabut sekolah lagi, gak membu... " ucap zea terhenti dengan wajah yang murung.

" wes, wes, gak enak kalo kedengaran orang nanti, yang penting kamu inget le, lah tapi kenapa baru mulai pindah elah dalah wes kelai to le,le " ucap mak'e sambil nepuk-nepuk pahanya di akhir ucapannya.

" ya maaf mak'e.. bukan maksudku mau ngelanggar janji, kesulut mak'e, mau gimana lagi " jawab zea menyesal. zea gak tega liat mamaknya kelihatan sedih begitu. zea saja sudah tidak enak hati karena melibatkan orangtuanya dalam urusannya lagi, apalagi harus menyita waktu bapaknya di masjid hanya untuk urusan yang membuat malu nama baik bapaknya. muhammad baidi nama bapak zea, dikalangan para pendakwah nama itu pasti banyak yang tahu dan diantara guru-guru MAN jelas ada diantara mereka yang tahu dengan sosoknya. apa jadinya jika sampai mereka melihat pak'e masuk ruang BP, yang ada hanyalah tercemar nama baiknya.

" yo mbok sabar jadi orang le, gak ada untunge ribut le, rugikan sekarang, lah bonyok koyo kui wajahmu "

" iya mak'e, tole bener-bener nyesel, tole gak bakal kelahi lagi deh " zea menanggapi dengan penyesalan yang sesungguhnya.

" mau orang mukul kamu jangan bales mukul, janji "

" ya ora iso ngono to mak'e " sela pak'e tampak tidak setuju.

" pak'e ojo ngerusuh " ucap mak'e sambil mendelik.

pak'e langsung diam gak berani ngelawan. zea mah udah maklum dengan pemandangan seperti itu, mau pak'e bener atau salah kalau mak'e udah mendelik ya pak'e pasrah. mau ketawa zea takut pula, jadi zea berusaha menahannya setengah mati.

" piye le " tanya mak'e tegas.

" iya mak'e, tole janji "

mak'e manggut-manggut tanda puas.

" anu, maaf mengganggu "

mak'e, pak'e dan zea serentak menoleh. ah, dia lagi, mau apa lagi sih ni cewek, batin zea gak habis fikir. rea lagi, rea lagi.

" lah, kamu anaknya pak azwar kan? " tanya mak'e setelah mengamati dengan begitu seksama.

" eh, ibu marti ya ternyata, iya bu, ini rea " jawab rea seraya menunduk lalu mengambil tangan kanan mak'e lantas menaruhnya dikeningya. mak'e langsung merangkul rea hangat.

eit dah, takdir macam apa ini, zea melongo gak percaya " tunggu,tunggu, tungguuu, sejak kapan mak'e kenal rea "

" ya sudah lama lah le, lah bapaknya dia-kan temen akrab bapakmu " jawab mak'e.

" aha ha, kok aku gak tau sih "

" memangnya sejak kapan kamu tau temen-temennya bapakmu ini, kamu aja jarang tau saudara-saudara kita, makanya kalau lebaran jangan asik sama gerombolanmu itu, ikut mamak bapak silahturahmi " beber pak'e.

zea mengambil waktu sekedar berfikir seperlunya layaknya seorang detektif yang memegangi dagunya " hmm iya juga sih " ucap zea lalu tertawa garing lagi.

" terus tadi kamu mau apa cah ayu " tanya mak'e kepada rea.

rea tidak lekas menjawab, ia tampak ragu dengan memainkan kedua jari telunjuknya yang dipertemukan lalu dipisahkan.

" begini bu... saya hanya merasa ikut bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa anak ibu, jadi saya mau meminta maaf sekaligus berharap ibu tidak terlalu menyalahkan anak ibu " ucap rea akhirnya.

" owh jadi kamu toh ceweknya, kok bisa sih, lah setau ibu, bapakmu keras soal pacaran, kok bisa kamu pacaran, apalagi sama anak begun... "

" mek'e " sela pak'e yang ditanggapi mak'e dengan menutup mulutnya. pak'e emang selalu pasrah kalau soal berdebat tapi kalau soal ADAB pak'e gak kenal ngalah, zea yang mahfum dengan itu tersenyum simpul dibuatnya.

" ah maksud ibu, kok bisa kamu pacaran sama anak itu, apa bapakmu tau? " sambung mak'e

rea yang sudah menundukkan wajahnya sejak mak'e bertanya tadi hanya menggeleng pelan.

" ya sudahlah, itu urusanmu cah ayu, kalau soal masalah anak ibu kamu gak usah ambil pusing, gak ada yang mesti bertanggung jawab, yang sudah terjadi ya diambil hikmahnya saja " terang mak'e bijak sambil mengelus sisi kanan punggung rea.

" tapi bu, rea merasa gak enak hati, setidaknya rea ingin menebus dengan melakukan sesuatu untuk ibu atau bapak " ucap rea seraya memandang bergiliran mak'e dan pak'e.

" untuk aku kok gak sih " celetuk zea cuma dalam hati sambil merengut.

" wah, wah, sifat ini pasti turunan bapakmu ya, gimana bu, ibu tau sendirikan sama sifat keras kepalanya pak azwar, ini anak bakal ngehantuin ibu mulu loh ntar " ungkap pak'e lalu terkekeh. mak'e tampak kurang senang yang lalu mencubit pinggang pak'e. rintihan pelan pak'e perdengarkan dan terdengar gak banget. zea aja sampe ilfeel.

" hmm, gimana ya... " mak'e tampak berfikir keras.

" ah gini saja deh, mak'e minta kamu jadi pengawas zea saat disekolah, detailnya nanti ibu jelaskan dirumah kamu, soalnya udah jam segini, kalian juga sebentar lagi waktunya pulangkan " beber mak'e sambil melihat jam warna keemasannya yang menunjukkan pukul 13:59.

" baiklah bu, saya pasti sanggupi kemauan ibu, insya Allah " jawab rea tampak senang.

disisi lain zea bertanya-tanya, pengawas? rea? bagaimana ceritanya, dia itu sumber masalah anakmu ini mak'e, yang ada nanti malah bukan diawasi malah dipanas-panasi, gimana mau sabar mak'e. zea jelas mau protes tapi waktu tidak mengizinkan karena bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi. mak'e pun sudah bergoncengan dengan pak'e di motor vespa biru tua kebanggaan pak'e.

" le, pulang sekolah langsung pulang, jangan keluyuran, ngerti " pesen mak'e saat pak'e bersiap mau mengegas motornya.

itu mah gampang dimengerti mak'e, yang anakmu gak ngerti kenapa dia jadi pengawas ane, bisa stres ntar anakmu ini, jerit tangis pilu zea dalam hati. dengan lemas zea mengangguk pelan.

pak'e pun ngegas vespanya pelan, sangat pelan, zea menatapi kepergian orang tuanya dengan lesu.

" zea, kamu baik-baik saja " tanya rea perhatian.

" coba tebak deh sendiri " jawab zea malas.

" kok gitu sih jawabnya, kamu marah ya sama aku "

marah sih gak, cuma jujur saja zea gak mau lagi berurusan dengan rea. karena zea gak bisa menjamin seratus persen bisa sabar menghadapi orang macam amarna, apalagi ada embel-embel PACARAN dengan rea.

" ngapain juga marah sama kamu, ngabisin energi saja, ya sudahlah, kamu buruan gih temuin PACAR kamu itu, ntar dia salah paham pula lagi " jawab zea lalu melangkah pergi menuju ke kelasnya.

" maaf ya zea, zeaaaa... aku minta maaaaaf " jerit rea gak perduli pandangan beberapa murid yang hendak menuju keluar dari sekolah.

zea tidak bergeming, ia tetap melangkah maju. rea tampak sedih dibuatnya tapi hanya sebentar saja. entah apa yang menjadi dasar fikirannya, dengan semangat ia menggumam " lihat saja ntar "