Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 54 - Rencana 1 berhasil

Chapter 54 - Rencana 1 berhasil

Ia menunjuk ke arah tiang kolom itu, disana ada tempelan secarik kertas yang bertuliskan " Waspada!! Penjahat tengah beredar di sekitar kita". Ditambah lagi dibawah tulisan itu terpampang foto Beno dan Dr. Ben.

Pikiran Beno kembali teringat pada Leah. Tadi kan Leah membawa secarik kertas, jangan-jangan...

Tadi dia mau menemui Beno dan memberitahukan hal itu? Lalu bagaimana dengan rencana pulang kampungnya?

"Dre? Kapan jadwal pemberangkatan para karyawan yang mau pulang kampung?", tanya Beno pada Andre. Andre memang ditugaskan di bagian surat-menyurat, jadwal-menjadwal, dan dialah yang mengkepalai bagian itu.

"Pukul 4 sore", singkat Andre.

"Apa ada pembagian waktu untuk pemberangkatan itu?", tanya Beno lagi setelah ia melihat jam tangannya yang kala itu menunjukkan pukul setengah 5 sore.

Kepala Andre menggeleng pelan mewakili kata 'tidak' sebagai jawaban untuk pertanyaan Beno tadi.

"Mereka diangkut oleh mobil penjaga menuju bandara terdekat, karena jumlah mereka sedikit, jadi mereka diangkut oleh 2 mobil penjaga saja. Pemberangkatannya sudah dari jam 4 tadi", lanjut Andre.

"Kalau seperti itu....", ucapan Beno terhenti, dan ia segera menuju lift untuk mencari dan menyusul Leah.

"Kenapa si Beno?", tanya Andre keheranan melihat tingkah Beno.

Beno menerka jika Leah pasti ada di lab Dr. Ben. Ia segera menuju kesana dengan lift yang ia pijaki.

'Kalau mobil itu sudah pergi, bagaimana dengan Leah? Dia kan sangat ingin pulang dari sini', gerutunya.

Tring..

Pintu lift terbuka, dan Beno langsung berlari menuju lab Dr. Ben.

Dibukalah pintu lab itu tanpa mengetuk atau memberi salam terlebih dulu.

Cklek..

"Leah? Leah?", teriaknya saat masuk ke dalam Lab itu sambil melirik kesana kemari mencari wanita yang berhasil membuatnya jatuh cinta itu.

Dr. Ben yang sedang meracik kembali penawar di dalam Lab itu, terkejut mendapati Beno tiba-tiba masuk dan berteriak mencari Leah.

"Leah tidak ada disini. Tadi dia kemari mencarimu, dan kubilang kau sedang pergi ke ruangan Andre. Dan.. Sepertinya ia menuju ruangan Andre", jelas Dr. Ben tanpa ditanya oleh Beno terlebih dahulu.

Beno segera pergi keluar dari lab itu begitu saja, tanpa menjawab penjelasan dari Dr. Ben.

Masuk lagi ke dalam lift dan menuju ruangan Andre.

Saat lift terhenti, Beno sudah bisa melihat jelas Leah yang sedang berbincang dengan Andre.

Dan... Saat pintu lift terbuka, Beno segera berlari ke arah Leah sambil berteriak,"Leah!! Leah!!".

Leah pun melirik ke arah suara itu berasal. Ia mengangkat alisnya dan melebarkan senyum manisnya. Saat jarak mereka sudah dekat, Beno berkata, "Leah kenapa kamu belum pergi?".

"Aku ingin memberitahumu ini, aku tak peduli aku ditinggal oleh mobil itu, aku khawatir padamu. Sekarang, ayo kita bersembunyi", jelas Leah sambil menarik lengan Beno.

"Sebentar Leah! Aku mau memberitahu Andre dulu", ucap Beno.

Beno berjalan kembali menuju meja Andre dan berkata, "Dre! Kita berhasil menemukan penawar itu".

Mendengar ucapan itu, raut wajah Andre tampak senang. Ia mengacungkan jempolnya ke arah Beno yang semakin berjauh jarak darinya.

Beno berjalan menjauh dari Andre. Lalu menuju lift bersama Leah.

Mereka masuk ke dalam lift.

"Leah? Aku minta maaf, gara-gara aku, kamu tak jadi pulang", ucap Beno yang mencairkan suasana.

"Hmm.. Tak apa. Kalau pulang pun aku tak tahu harus kemana. Sejak aku disini aku sudah tak bisa menghubungi ayahku lagi. Aku tak tahu dimana dia berada", jawab Leah, ia berusaha menahan bendungan air mata di kelopak matanya.

Tring...

Lalu mereka keluar di lantai dimana lab Dr. Ben berada. Mereka berjalan menuju lab Dr. Ben. Disana, Dr. Ben masih tengah sibuk meracik sebuah cairan yang akan ia sebarkan kepada para warga desa.

Rencananya, ia akan mengubah cairan itu menjadi gas lagi. Setelah diteliti, Cairan itu memang lebih cepat bereaksi bila dijadikan gas. Karena memang akan lebih cepat terhirup. Bila ia sebarkan dalam keadaan cair, akan agak lama baginya membuat warga manusia abnormal berubah. Karena bila disuntikkan satu persatu itu akan butuh waktu lama.

Benda seukuran kaleng minuman jadi pilihannya untuk menyebar penawar itu. Benda itu yang sebelumnya tertutup rapat, akan mengembang dan terbuka bila dijatuhkan. Dan saat itu pula, gas penawar akan tersebar.

Itulah rencana Dr. Ben dengan penawarnya.

Beno dan Leah juga membantu Dr. Ben mengemasi penawar itu ke dalam benda berbentuk kaleng yang sudah disiapkan Dr. Ben. Benda itu memang sudah jadi benda persediannya sejak dari dulu. Ia banyak menyetoknya dan disimpan di ruangan penyimpanan di sebelah ruangan penyimpan para makhluk.

"Siap!! Semuanya sudah siap", tegas Dr. Ben sesaat setelah membereskan tugas menyiapkan penawarnya itu.

Beno yang mendengar tegasan Dr. Ben, segera ia beritahu Andre lewat pesan Whatsapp. Setelah itu, mereka memutuskan untuk tidur di lab. Karena jika menuju kamar pun, cukup berbahaya. Penjaga banyak berjaga disana pada malam hari. Belum lagi, harus melewati lift yang transparan. Bisa-bisa mereka tertangkap dan ditahan, kemudian jika ditahan , bisa-bisa mereka gagal lagi.

Sedangkan manusia abnormal yang jadi bahan percobaan tadi, tetap diharuskan tidur di dalam dinding kaca oleh Dr. Ben.

"Kamu belum sehat betul", ucap Dr. Ben pada manusia itu hanya untuk membuatnya tenang disana.

Tinggal menghitung hari dengan jari, pernikahan Max dan Elia akan digelar. Persiapan-persiapan yang disiapkan Max hampir selesai. Dan... Lusa lah pernikahan itu akan digelar.

Andre tetap berusaha tak terlihat mencurigakan, ia juga sibuk membantu menyiapkan pernikahan itu. Dan disaat yang sama ia juga tengah merencanakan sesuatu.

Ia terus berkirim pesan dengan Kepala desa mengenai rencananya. Dan dengan harapan, Kepala desa bisa membantunya juga.

Tiba-tiba notifikasi pesan muncul di layar handphone selebar 6 inch berwarna hitam itu.

[Dre!! Penawarnya sudah siap]

Itulah sepenggal pesan yang dikirim Beno tadi. Pesan itu membuat Andre senang lagi. Pasalnya, rencana mereka hampir menuju kejayaan.

Andre yang tadinya tengah sibuk mengatur-ngatur dekorasi ruangan, kini berhenti sejenak dari kesibukannya. Ia hanya memandang ponselnya sambil tersenyum. Lalu mengetikkan beberapa kalimat disana.

[Bagus!! Rencana 1 berhasil! Semangat!! Masih ada rencana besar didepan]

Setelah pesan itu terkirim, ia kembali melanjutkan mendekor ruangan yang akan dijadikan resepsi pernikahan Max dan Elia. Ia menyulap ruang makan yang super luas menjadi ruangan pesta megah nan mewah.

Tanpa terasa, malam hampir berlalu. Lelah penat tubuhnya yang membuatnya sadar kalau ini sudah kelewat malam untuk tidur. Jam di tangannya sudah menujukkan pukul 5 pagi. Namun, tetap saja, ia memutuskan untuk beristirahat. Ia pun menuju kamar.

Lift yang ditumpanginya berlalu melewati lantai demi lantai. Dan tring....

Saat pintu lift terbuka, matanya yang tadi sayup terkulai berubah menjadi bulat segar. Ia melihat banyak penjaga di lantai itu.

"Kenapa kalian disini?", tanya Andre pada salah satu penjaga disana.

"Kami diminta Tuan Max untuk berjaga disini. Hanya untuk keamanan saja", jelasnya.

Huruf 'O' nampak jelas terbentuk di bibir Andre. Namun, dalam hatinya, ia menggerutu, " Pasti untuk mengawasiku dari Beno. Aku harus hati-hati",

Tanpa banyak bertanya ataupun melakukan hal lainnya. Andre pun segera masuk ke kamarnya. Ia mengunci kamarnya setelah ia masuk.