Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 41 - Bertemu Prof. Wizly

Chapter 41 - Bertemu Prof. Wizly

Tepat pukul 6 sore, 1 jam sebelum Dr. Ben bertemu Max, penjaga disana mengeluarkan Dr. Ben dari penjara. Dr. Ben sebelumnya bingung, kenapa dia dikeluarkan dari penjara itu.

" Dr. Ben! Mari ikut saya!", perintah penjaga itu setelah membuka pintu dari penjara itu.

Dr. Ben berdiri, mendekat ke pintu yang terbuka itu, dan kemudian bertanya kebingungan, " Ada apa ini?".

" Pak Max meminta kamu untuk bersiap-siap. Dia ingin bertemu denganmu", ucap penjaga itu.

Dr. Ben keluar dari sel itu. Diiringi seorang penjaga yang membawanya ke salah satu ruangan di lantai itu.

" Cepat bersihkan dirimu!", bentak penjaga itu sambil membukakan pintu dari ruangan itu. Dr. Ben masuk ke dalam ruangan itu. Perlahan ia melangkahkan kakinya. Baru beberapa langkah saja...

Bruk..

Pintu ruangan itu tertutup. Sontak saja Dr. Ben terkejut dan membalikkan badannya ke arah pintu itu. Tanpa rasa takut ia kembali meneruskan untuk semakin masuk ke ruangan itu. Hanya sedikit pencahayaan di ruang itu. Langkahnya terhenti saat didepannya berjejer deretan pintu. Ia bingung harus masuk ke dalam pintu mana. Tapi ia yakin, kalau tidak salah ruangan ini dibuat untuk membersihkan diri saja dan semua isinya sama. Semacam kamar mandi gitu.

Masuklah Dr. Ben ke dalam pintu yang kini terpampang di depannya.

Cklek...

Sepertinya pintu ini jarang digunakan. Bunyinya saja agak menyeramkan. Tanpa membuang waktu lagi, Dr. Ben masuk ke dalamnya perlahan. Tertutup sendiri pintu itu tak tertahan. Dr. Ben terkejut langsung berbalik badan. Tapi tak pernah ia hiraukan. Ia tetap berlanjut masuk ke ruangan.

"SELAMAT DATANG, DR. BEN". Ucapan itulah yang yang pertama kali didengar Dr. Ben saat masuk ke ruangan dan itu membuatnya terkejut. Terlebih itu adalah suara wanita.

'Apa ada cctv disini?', gumamnya.

"SILAHKAN MAJU KE AREA LINGKARAN MERAH. DAN KAMI AKAN MEMBERSIHKAN DIRIMU", suara wanita yang kembali terdengar menggema di ruangan kosong.

Dr. Ben pun maju ke area lingkaran merah. Tepat di tengah-tengah lingkaran itu. Tiba-tiba sebuah tabung kaca turun dari bagian atas secara perlahan. Kemudian menutup diri Dr. Ben yang sudah ada di lingkaran merah itu.

" Apa ini?", sontak saja Dr. Ben terkejut, ia takut terjadi apa-apa pada dirinya.

" KAMI AKAN MEMBERSIHKAN TUBUHMU", Ucap suara itu lagi. Dr. Ben mulai panik, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa, ia terkurung di dalam tabung kaca.

"HARAP TENANG! HARAP TENANG!", perintah yang keluar entah dari mana yang pasti itu selalu menggema.

Dr. Ben mencoba memukul-mukul benda yang terbuat dari kaca itu. Tapi apalah daya, benda kaca itu cukup kuat.

Tiba-tiba, udara hangat berhembus dirasakan Dr. Ben, asalnya dari bagian atas tabung itu. 'Apa lagi ini?', gerutunya. Lama kelamaan, tubuh Dr. Ben semakin tak berdaya dan tak sadarkan diri, tapi masih tetap tegak berdiri. Seluruh pakaian yang menempel di badannya terlepas seolah ada yang menariknya keluar. Tubuh Dr. Ben disterilkan oleh benda kaca itu. Pakaiannya diganti dengan yang baru.

Beberapa menit kemudian, Dr. Ben tersadar, dengan pakaian baru menempel di tubuhnya. Ia terkejut, " Siapa yang mengganti pakaianku?", teriaknya.

Pengisi suara sistem itu kembali berkata, " KAMI".

Tanpa menunggu lama, tabung kaca yang mengurung Dr. Ben terbuka. Dr. Ben segera keluar dari sana, dari ruangan itu. Kembali bertemu penjaga yang sedari tadi berdiri di depan ruangan itu.

" Ayo, ikuti aku", tegas penjaga itu sambil berjalan berdampingan dengan Dr. Ben.

Mereka berjalan menuju salah satu ruangan tepat satu lantai diatas penjara. Mereka masuk ke dalam lift, dan naik satu lantai ke atas. Dan... Tring!! Pintu lift terbuka. Mereka berdampingan keluar dari lift. Saat tiba disana, banyak partisi dan pintu terbuat dari kaca, semuanya tranparan. Dinding putih yang begitu bersih. Dan orang-orang disana terlihat rapi. Hampir semua orang disana mengenakan jas putih layaknya dokter dan memang dokter. Inilah Laboratorium Max. Tempat para peneliti meneliti, menelaah, memeriksa, menciptakan sesuatu. Mulai dari ramuan manusia abnormal buatan mereka hingga manusia pembunuh, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dr. Ben tahu tempat ini, dulu ia yang juga merancangnya. Tapi tempat tadi ia membersihkan diri, Dr. Ben tidak tahu. Sepertinya saat dia keluar dari bunker itu Max baru menciptakannya.

Ayunan langkah kaki mereka terhenti di salah satu meja yang diatasnya bertuliskan nama Prof. Wizly.

" Prof!", sapa penjaga yang mengiring Dr. Ben pada wanita muda nan cantik berkacamata yang tengah menyiapkan sesuatu di atas mejanya itu.

" Silahkan berbaring, dan buat diri anda nyaman", peeintah wanita berkulit putih itu tanpa basa-basi.

Dr. Ben berbaring di kursi yang disediakan. Bukan kursi, tapi itu...

Dental chair.

Ranjang yang biasanya ada di dokter gigi. Untuk apa? Apa yang akan dilakukan Prof. Wizly?

Sementara Prof. Wizly menyiapkan alat-alat yang nantinya akan ia gunakan, Dr. Ben melirik kesana kemari. Ruangan itu memang tertata sangat rapi. Banyak tabung kaca berisikan manusia-manusia yang sepertinya dijadikan kelinci percobaan kemudian diawetkan. Menyeramkan sekali.

Saat Prof. Wizly telah siap dengan sebuah alat yang dipegangnya, jarum suntik. Sudah tak asing lagi benda itu bagi Dr. Ben. Dan cairan didalamnya, ia tahu itu semacam pembius. Ia sudah hafal betul tentang dunia kedokteran. Tapi agak sedikit berbeda dengan cairan pembius yang dipegang Prof. Wizly. Sedikit berwarna kekuningan. Sontak saja, Dr. Ben menanyakan perihal cairan yang terkandung didalamnya.

" Apa ini?", tanya Dr. Ben.

Dengan tenang, Prof. Wizly menjawab, " Ini hanya obat bius, agar kau tak merasakan sakit saat tes nanti".

'Tes? Tes apa?', takutnya. Oh iya dia baru ingat, Max pernah menceritakan rencananya sebelum Dr. Ben pergi, kalau semua tahanan yang hendak dibebaskan, pasti akan dibersihkan dahulu kemudian diberi tanda. Dan pasti juga kalau Prof. Wizly akan menandainya sekarang agar mudah dilacak jika kabur.

Ia tak boleh diam saja. Saat jarum itu hendak mendarat di lengannya, Dr. Ben segera terbangun dan loncat dari dental chair itu.

" Hei!! Mau kemana kau?", teriak Prof. Wizly yang kemudian mengikuti langkah Dr. Ben yang berlari menjauh.

Dr. Ben berlari melewati penjaga yang tadi menggiringnya kemari. Ia segera membuka pintu kaca dan pergi meninggalkan mereka. Penjaga itu tak habya diam, ia membantu Prof. Wizly yang juga sama-sama mengejar Dr. Ben. Tapi belum juga ia mengejar Prof. Wizly dan Dr. Ben, ponsel di sakunya berdering.

"Halo?".

" Iya siap, Pak!", tegasnya sambil menutup ponsel lipatnya.

Ia kemudian mengejar Dr. Ben dan Prof. Wizly yang terus berputar mengitari setiap ruangan di lantai itu.

" Hei!! Berhenti!!", teriaknya.

Prof. Wizly yang saat itu tengah mengejar Dr. Ben menjadi terhenti langkahnya setelah mendengar teriakan penjaga. " Kenapa?", tanya Prof. Wizly.

" Dr. Ben! Ayo ikut saya! Kita diminta menemui Pak Max sekarang juga", ucap penjaga itu.

Dr. Ben yang tadi tengah berlarian kesana kemari bergegas menuju lift melewati Prof. Wizly yang tengah berdiri dengan jarum suntik ditangannya.

"Aaaaa!!!!", jerit Dr. Ben saat Prof. Wizly tiba-tiba menyuntikkan jarum yang sedari tadi dipengangnya.

Penjaga yang telah berdiri di ambang lift mendekat ke arah mereka. " Hei!! Berhenti!", teriaknya sambil berjalan mendekat.

Dr. Ben yang masih kuat berjalan meski agak sempoyongan, mencoba menjauh dari Prof. Wizly. Ia dipapah oleh penjaga yang tadi bersamanya. Sedangkan Prof. Wizly kembali masuk ke dalam labnya.

" Sial!!", gerutu Prof. Wizly pada dirinya sendiri.

Dr. Ben dan penjaga itu akhirnya tiba di tempat Max berada. " Pak? Ini Dr. Ben", ucap penjaga itu.

" Hai! Dr. Ben! Apa kabar?", sapa Max.

Dr. Ben menjawabnya malas, tak biasanya Max ramah seperti ini, pikirnya. " Aku baik", jawabnya.

Tiba-tiba saja, pusing dirasakan kepalanya. Berat terasa bagi dirinya. Denging berngiang di telinganya. Berkunang-kunang matanya. Dan.... Brukkk... Dia terjatuh ke lantai di hadapan Max.

Max panik dan juga heran. " Kenapa dia? Cepat bantu dia!", kata Max. Penjaga itu pun membawanya lalu ditidurkanlah di sofa terdekat.

" Panggil siapapun yang bisa menolongnya!!", perintah Max.

Penjaga itu segera menelpon Prof. Wizly dan memintanya untuk segera ke tempat Dr. Ben tak sadarkan. Setelah mendapat perintah itu, Prof. Wizly bergegas menuju lantai paling atas dimana Max, Dr. Ben dan penjaga itu berada.

" Kalau bukan karena ada Max disana, aku tak pernah mau bertemu Dokter itu lagi", gerutunya saat hendak menuju ke tempat Max. Tiba-tiba akal busuk melintas dalam benaknya. Senyum jahat terpancar dari bibirnya.

Kira-kira apa yang ada dalam benak Prof. Wizly?