Chereads / Pulau yang Hilang / Chapter 39 - Bedah Merpati

Chapter 39 - Bedah Merpati

" Max tugas kita udah selesai. Kita mau ke kamar dulu ya, capek banget sumpah", pamit Andre.

" Ya udah kalian istirahat aja dulu", ucap Max.

Andre dan Beno kembali ke kamar mereka. Tapi tetap saja Max meminta burung itu mengikuti mereka. " Ikuti mereka!", perintahnya. Dan langsung saja burung itu meluncur menuju kamar Beno dan Andre.

Andre dan Beno memang tampak kelelahan telah melewati keseruan hari ini. Meski dibuntuti merpati pengawas. Tetap saja mereka menikmatinya.

Masuklah mereka ke dalam kamar. Merebah. Dan akhirnya terlelap. Beno tak peduli jika merpati itu ada di kamarnya. Ia hanya ingin istirahat kali ini.

Saat menjelang maghrib, Beno terbangun. Ia lupa ia belum membersihkan dirinya setelah seharian ini pergi ke club. Ditubuhnya tercium bau minuman beralkohol. Memang banyak orang mabuk disana. Tapi Andre dan Beno tak sama sekali tergiur. Karena tujuan mereka ke sana buka untuk itu.

Sejuknya air mengalir di tubuhnya. Terasa semua bebannya ikut mengalir juga disana. Melupakan sejenak semua masalahnya. Melarutkan kerinduan pada orang tuanya. Menjeda apa yang menjadi rencananya. Kesendirian membuatnya lebih tenang.

Trak..trek..

'Hah? suara apa itu?', tanya batin Beno. Dengan segera, ia menyudahi kegiatan di kamar mandinya itu. Kemudian bergegas keluar setelah mengenakan handuk sebatas pinggang.

Setelah keluar dari kamar mandi, ia mendapati Andre sedang ada di depan cermin. Tapi Andre tak hanya diam, ia kelihatan seperti sedang mencoba membuka pintu yang sulit terbuka.

" Dre! Kamu ngapain?", tanya Beno sambil menatapnya heran.

Andre terus mencoba membuka cermin layaknya pintu. " Aku lagi buka ini, Ben. Aku mimpi tadi", jelasnya sambil terus berusaha membukanya.

" Mimpi apa?", tanya Beno lagi. 'Yaelah, kan cuma mimpi', gerutu hatinya.

" Aku lihat ada orang masuk sini", jelasnya lagi. " Dia buka cermin ini kayak masuk ke pintu", lanjutnya.

Beno mencoba meyakinkan Andre kalau itu mungkin cuma mimpi biasa. " Palingan cuma mimpi kali, Dre", remehnya.

Cklek...

Cermin itu terbuka, layaknya pintu berengsel. Beno yang tadinya tak percaya, ia takjub, matanya membulat, dengan mulut menganga.

" Kan aku bilang apa", ucap Andre dengan lagak sombongnya sambil menaruh lengannya di atas dada kekarnya.

Mata Beno mulai kembali seperti semula. Mulut nganganya sudah tertutup dan berkata saat melihat benda semacam tangga didalamnya, "Apa itu Dre?".

Andre yang juga melihatnya, ia mendekat masuk ke dalam cermin itu. Menatap atas dan bawahnya. Tangga itu memanjang vertikal. Panjang ke atas. Mungkin karena kamar ini ada di lantai paling bawah. Penampakan ini pernah Andre lihat waktu ia masuk ke lubang ventilasi dari kamar Max.

"Ini tangga, Ben. Aku pernah melihat ini. Lubang ventilasi. Ya lubang ventilasi waktu aku ngintip kamu di penjara", jelas Andre.

" Eh..Dre merpati itu disini, gak?", tanya Beno yang kemudian teringat tentang merpati itu. Takutnya, merpati itu mengawasi mereka saat Andre membuka cermin itu. Bisa-bisa Max tahu dan curiga pada mereka.

"Aku gak liat dia dari tadi", jawab Andre.

Beno segera meninggalkan Andre yang masih menatapi cermin itu. Ia segera memakai pakaian yang tersimpan rapi di lemari. Sambil memakai baju, matanya terus melirik sana-sini mencari keberadaan merpati.

Tampak bayangan seekor merpati dibalik tirai penghalang jendela kaca. Setelah ia selesai memakai baju, ia mengendap-ngendap menuju tirai itu.

Shhtt..isyaratnya pada Andre sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulut. Terus melangkah, pelan tapi pasti. Dan..

Hhaaapp..merpati itu ditangkap Beno. Dari balik tirai Beno berhasil menangkapnya. Dengan erat ia memegangnya. Segera ia keluarkan merpati itu dari balik tirai. Kesal sekali ia pada merpati itu.

Dari tekstur bulunya saja berbeda dari merpati biasanya. Tubuhnya juga berbeda. Terasa kaku dan agak keras. Tatapan matanya berbeda. Sengaja ia memegangnya di dua bagian, kepala dan tubuhnya. Ia memegang kepalanya agar merpati itu tak bisa melihat apa yang dilihat matanya kala itu. Dan kabel penghubung di kepalanya terhambat. Sehingga bisa terhambat saat mengirim sinyal pada Max.

Beno mengerti dengan cara kerja merpati ini. Layaknya merpati biasa. Dulu ia juga punya banyak merpati waktu kecil. Jadi sudah tak asing lagi bagian-bagian tubuh merpati baginya. Di bagian dalam kepalanya, terdapat penghubung nirkabel, yang tersambung langsung pada laptop Max. Semacam cctv. Penglihatan di matanya, pendengaran di bagian samping kepalanya.

Klleekk..bagian leher merpati itu dipelintir oleh Beno. Sampai putus sepertinya. Lalu Beno terduduk di depan meja yang ada di ruangan itu. Dinyalakannya lampu belajar minimalis bergagang besi. Merpati tak berdaya itu ditaruh di meja. Sorotan lampu di atas merpati itu. Beno menyiapkan peralatan yang ia punya di laci meja itu. Mulai dari pisau cutter hingga obeng.

Ia mengangkat bagian sayapnya, didapati angka '3204' yang dulu pernah ia lihat. "Dre, liat ini!", seru Beno.

Andre segera menghampiri Beno. Pintu cermin dibiarkannya terbuka. Kemudian, ia melangkah menuju Beno, melihat apa yang ingin Beno perlihatkan padanya. " Angka ini? Pasti Max mengirimnya. Ini sudah terputus kan", tanya Andre.

Beno menganggukkan kepalanya perlahan. Lalu kembali mengotak-atik burung yang merupakan robot itu. Ya merpati itu adalah robot, entah siapa yang membuatnya, yang pasti itu sangatlah mirip dengan merpati. 'Max tak mungkin bisa membuat ini, apa dia membelinya dari orang lain?', tanya Beno dalam hatinya.

Beno semakin suka akan teori yang diterapkan di merpati ini. Hampir sama dengan perintah yang ia buat di mesin perintah Max yang ia buat. Tapi burung ini lebih canggih lagi. Ia bisa berkicau layaknya burung. Tingkah polahnya juga seperti burung biasanya. Karena ia tak mau membuat Max curiga, ia mencoba memperbaiki burung itu. Tapi Beno tidak bodoh, ia memanipulasi bagian dalamnya. Ia buat merpati itu tak bisa mendengar perintah Max tapi mendengar perintahnya. Ia ambil semua data di memorinya, ia pindahkan itu semua ke dalam laptop pribadi miliknya. Max masih bisa menggunakan burung itu, tapi tidak jika merpati itu menghadap Andre atau Beno.

"Siap!!", singkat Beno sesaat setelah menyelesaikan pembedahan merpati itu. Merpati itu telah hidup kembali kemudian terbang menjauh dari Beno. Beno segera memberi tahu Andre tentang hal itu.

"Dre?", sapanya sambil mengemas kembali perkakasnya kemudian ia masukkan ke dalam laci lagi. "Kamu dimana? Andre?", panggil Beno sambil menatap sekeliling, tak ia temukan Andre dimana pun di ruangan itu. Kemanakah Andre?