Gemerlap malam kota Batam, tak segemerlapnya Singapore. Ibarat anting anting, bagian atas adalah Singapore, bagian bawahnya Batam.
Anggi perempuan cantik, lesung pipit, dengan bodynya yang aduhainya baru tiba di Hang Nadim Batam.
Tak ada yang mengantarnya dari Manado. Karena kalau nganter sudah pasti ongkosnya lebih. Tidak sesuai prinsip hemat pangkal miskin. Iyalah kalau pelit khan pangkal miskin. Miskin dalam arti sebenarnya. Karena yang kaya itu yang suka memberi.
Lantas kenapa ia pilih Batam, tidak kuliah di Manado saja, rupanya ada Tua David, pamannya di Batam yang menjamin kehidupan Anggi.
Tua David seorang yang kaya raya, ia hendak mengkuliahkan Anggi. Namun sayangnya selang sebulan Tua David meninggal karena kecelakaan. Anggi kalang kabut, mana Tua David baru ngasih uang pendaftaran belum kostannya. Bagaimanapun kuliahnya harus tetap dilanjutkan.
Anggi berpikir keras, balik ke Manado gak mungkin, karena uangpun tak ada.
Minta gift ke pembaca juga belom ada yang ngasih. Bagaimana tidak, bikin novel seabrek abrek aja tidak ada yang ngasih gift. Hidup karya karya. Teruslah berkarya dan silakan baca, gratis kok hee.
Meminta keluarga Tua David juga gak mungkin, walau kaya raya, ada anak anak dan istrinya. Yang tentunya harus dibiayai.
Anggi kesana kemari, kerja di resturant gak mungkin, ia paginya harus kuliah sementara kerja malam satu satunya paling jadi waitress.
"Jadi kamu mau jadi waitress, ladys escourt atau apalah apalah?" ujar Neno
Pemuda tampan teman kuliahnya. Body atletis. Mungkin cocok sebagai teman kencannya.
"Ya bagaimana lagi, aku menggantungkan sama siapa" Anggi memberikan kode agar Neno masuk dalam jebakannya.
Neno gak terjebak. Sama halnya dengan pembaca yang gak mau terjebak. Kalau bisa dapet gratisan ngapain capek capek bayar hee. Gitu prinsipnya. Sementara author terus mengetik dan mengetik hee, sambil nungguin anaknya yang butuh susu. Authorpun menjebak pembacanya. Tapi pembaca gak terjebak. Kalau bisa dapet gratisan ngapain capek capek bayar hee. Gitu prinsipnya. (callback)
"Ya udah kalau memang itu keputusan kamu" ujar Neno yang gak mau ribet.
"Hemmm capek deh gak peka" ujar Anggi dalam hati. Tapi Anggi mandiri gak mau ketergantungan. Ia bisa cari duit sendiri.
Sore hari ia interview di club ternama di Batam. Berinisial Planet Discoutique & KTV Planet Holiday Batam (itu bukan inisial thor, lengkap banget)
"Sebelumnya kamu pernah jadi Ladies Court?" jawab sang Manager
"Belum" jawab Anggi
"Yang terpenting disini kamu harus supel, ramah sama pengunjung, murah senyum, bisa menambah laku penjualan minuman, nanti kamu dapet fee dari setiap penjualan minuman, dan jangan sampai terjadi keonaran ya, apapun yang terjadi, hubungan yang berlanjut dan lainnya itu diluar tanggung jawab management, jadi silakan kamu konsultasi sama LC lain" ujar Manager
"Iya pak" Anggi menyimaknya
Tiba malamnya. LC LC berdatangan. Siap dengan sajiannya (memangnya makanan).
Penampilan mereka sensual. Dengan balutan rok mini dan pakaian serba ketat menggoda.
Sebutannya wanita pemandu lagu alias PL. Sering juga disebut purel atau kadang Lady Escort, atau Ladies Court alias LC. Tapi semua nama itu artinya sama saja. Tugas wanita-wanita ini menemani tamu berkaraoke ria dan menyuguhkan minum.
Untuk menarik tamu, para wanita muda ini berpakaian seksi. PL adalah daya tarik utama sebuah tempat karaoke. Selain cantik, PL yang ramah dan pandai menyanyi disukai para tamu karaoke. PL juga sering diplesetkan sebagai Pemandu Lolo. Kalau mereka melanjutkan ke hubungan intim.
Tak terkecuali Anggi, penampilannya super sexy mengalahkan kesexyan LC LC yang lain. Tapi ia masih canggung karena baru. Ada LC yang merasa akan terancam kedudukannya sebagai LC terfavourite. Karena sudah jelas Anggi lebih sexy, semok, lebih putih. Dan masih ting ting. Sesemok itu masih ting ting.
Tapi karena management pandai mengatur LC LC jadi tidak berebut. Semua sudah diatur dan diantisipasi.
Semua terkesan profesional.
Tiba giliran Anggi.
Dapet tamu yang cukup bonafid. Sebut saja koh Chandra. Kalau disebut nama aslinya akan pecah dunia persilatan.
"Selamat malam om" sapa Anggi
"Kamu baru ya, om gak pernah lihat" ujar Koh Chandra
"Iya om, om tamu pertama Nindy" Begitu nama samaran Anggi
"Oh ya, cantik kamu" rayu koh Chandra
"Mau minum apa om?" Anggi nawarin. Pelayan udah stand by tinggal nunggu dipanggil Anggi.
"Kamu maunya apa?" koh Chandra balik nanya.
"Terserah om saja" jawab Anggi
Anggi tak mau membebani atau memang itu salah satu triknya. Karena tak jarang LC LC seenaknya pesan minuman yang membuat berat kantong pengunjung. Kalau Anggi berprinsip kepuasan pelanggan nomor satu, mungkin nanti dia di boking lagi.
Rata-rata untuk satu room atau ruangan karaoke bisa menampung enam orang bertarif Rp 100.000-150.000 per jam. Minimal booking untuk 3 jam lebih hemat. Ini hanya ruangan, tanpa minum dan pemandu lagu.
Satu botol bir umumnya dijual Rp 50.000. Sebotol minuman ringan bersoda Rp 20.000. Minuman alkohol per gelas berkisar antara Rp 90.000 sampai Rp 200.000. Sedangkan paket satu botol Jack Daniels atau Chivas Regal, Rp 1,7 juta hingga Rp 2,5 juta. Itu termasuk room untuk tiga jam dan dua wanita pemandu lagu.
Lebih enak ambil paket. Udah semua biaya masuk, kalau tips untuk pemandu lagu di luar itu ya.
"Kamu belum terbiasa minum ya" ujar Koh Chandra
"Iya om maaf om" Ujar Anggi yang baru minum sedikit udah sempoyongan tatkala bernyanyi dan berdansa dengan Chandra.
"Ya udah duduk aja gak apa apa" Koh Chandra kalem. Gak protes. Biasanya ada tamu kalau gak suka sama PL nya langsung minta ganti. Dan Anggi belum memakai trik PL, yang biasanya minum sesendok minyak kelapa atau minyak zaitun biar gak mabuk sebelum minum. Atau makan roti dan salad sebelumnya.
"Om mau lagu apa?" tanya Anggi
"Lagu mandarin ada?" Koh Chandra balik nanya.
"Ada koh" Anggi mulai mencari lagu mandarin. Diputernya lagu Yue Liang Dai Biao Wo De Xin yang dinyanyikan Teresa Teng
Lagu legendaris yang keren. Mungkin hampir semua pernah mendengarnya
"Ni wen wo ai ni you duo shen
Wo ai ni you ji fen
Wo di qing ye zhen, wo di ai ue zhen
Yue liang dai biao wo de xin
Ni wen wo ai ni you duo shen
Wo ai ni you ji fen
Wo di qing bu yi,
Wo de ai bu bian
Yue liang dai biao wo de xin"
(Anda bertanya kepada saya seberapa dalam cintaku padamu, Betapa aku sangat mencintaimu ... Kasih sayang saya nyata. Cintaku nyata. Bulan melambangkan hatiku.
Anda bertanya kepada saya seberapa dalam cintaku padamu, Betapa aku sangat mencintaimu ... Kasih sayang saya tidak goyah, Cintaku tidak akan berubah. Bulan melambangkan hatiku)
Dibalas dengan Koh Chandra
"Qing qing de yi ge wen
Yi jing da dong wo de xin
Shen shen de yi duan qing
Jiao wo si niandao ru jin"
(Hanya satu ciuman lembut sudah cukup untuk menggerakkan hati saya. Suatu masa ketika kasih sayang kita dalam, Telah membuatku merindukanmu sampai sekarang)
Dilanjutkan lagi oleh Anggi
ni wen wo ai ni you duo shen
wo ai ni you ji fen
Kamu bertanya seberapa dalam cintaku padamu, Betapa aku sangat mencintaimu.
Dibalas lagi oleh Koh Chandra
ni qu xiang yi xiang
ni qu kan yi kan
yue liang dai biao wo de xin
(Pergi memikirkannya. Pergi dan lihat [di bulan], Bulan melambangkan hatiku)
Sungguh romantis.
Koh Chandra memeluk Anggi. Dan mencium pipi Anggi.
Anggi yang sama gebetan kampusnyapun, Neno, belum sempat dijamah. Ini malah koh Chandra sudah mencium pipinya. Koh Chandra hendak mencium bibirnya namun Anggi masih malu malu.
Koh Chandra memakluminya mungkin karena ia baru. Tapi suatu saat mungkin ia bisa mendapatkannya.