- Aku memang telah salah.
Ini saatnya aku mengalah
Dan kini aku terlalu lelah
Apakah saatnya aku menyerah? -
- Alma -
*****
Tangis Maira merebak di luar ruang ICU. Sudah 2 jam Alma masih belum sadarkan diri. Detak jantungnya tidak stabil. Akhirnya dokter memutuskan untuk menempatkannya kembali ke ruang ICU.
Maira tidak bisa mengendalikan perasaan sedihnya. Tangisnya meledak di dalam pelukan suaminya. Razi pun mendekapnya erat sambil mencoba menenangkan istrinya, meskipun perasaan Razi sendiri diliputi kecemasan luar biasa.
Mereka berdua pun memutuskan untuk menginap di rumah sakit, setidaknya sampai dokter memberikan penjelasan lebih lanjut atas kondisi Alma.
"Mas, ini salahku."
"Sssttt...bukan, Sayang. Ini bukan salahmu."
"Tapi...kalo tadi aku tidak membiarkannya berbicara panjang, mungkin..." Maira kembali terisak. Rasa bersalah itu menyelimuti hatinya.
"Sudah, sudah. Kita sholat Isya dulu, yuk. Sudah jam sepuluh malam. Sambil kita mendo'akan yang terbaik untuk Al."
ajak Razi dengan lembut sambil mengusap-usap punggung istrinya.
Maira yang masih penuh dengan kucuran air mata menganggukkan kepalanya lemah.
Razi dan Maira melaksanakan sholat Isya bersama di masjid rumah sakit. Baru kali ini Maira memanjatkan do'anya dengan khusyuk dan sungguh-sungguh untuk orang lain. Dengan meneteskan air mata, Maira memohon pada Sang Asy-Syaafi, Yang Maha Penyembuh agar memberikan keajaiban-Nya bagi Alma.
Razi memperhatikan kesungguhan istrinya itu dalam meminta kepada Sang Khalik. Hati istrinya ternyata sungguh mulia. Razi yakin, perlahan ia dapat membimbing istrinya menjadi pribadi yang lebih baik, bahkan untuk menutup auratnya. Andai saja mereka berdua benar-benar bisa menjalani biduk rumah tangga yang sesungguhnya. Saat ini yang ada di pikiran Razi hanyalah bagaimana cara membatalkan kontrak pernikahan mereka.
"Mas, besok aku harus masuk kerja. Ada bahan presentasi yang harus aku selesaikan di kantor. Siangnya aku juga ada rapat dengan Kepala Direktorat. Kamu gimana? Bisa cuti?" tanya Maira sambil merapikan mukena dan sajadah milik Masjid. Lalu mereka berdua melangkah keluar dari Masjid.
"Sepertinya nggak bisa, Sayang. Aku harus ke lapangan, terus menyelesaikan gambar bagian Al juga." jawab Razi sambil memutar otaknya. Tugas jaga mereka harus digantikan oleh seseorang. Tidak mungkin dengan kondisi Alma yang kritis seperti saat ini, tidak ada seorangpun yang menjaganya.
Maira pun ikut memutar otaknya. Beberapa detik kemudian, ia melebarkan matanya sambil tersenyum. Sebuah nama terlintas di pikirannya, "mas, gimana kalo minta tolong...Ruri aja? Dia juga 'kan sudah kenal dengan Al. Dia juga kerjanya nggak sibuk-sibuk amat kok. Kayaknya bisa kalo cuti."
"Bukannya sahabat kamu itu sedang hamil muda?" Razi mengingatkan.
"Iya siiih...tapi coba aku tanya dulu deh." Maira langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia membuka aplikasi whatsapp lalu mengetik pesan untuk Ruri. Tak berapa lama, Ruri membalas ketikannya. Untung saja sahabatnya itu belum tidur malam ini.
"Gimana?" tanya Razi penasaran setelah beberapa menit menatap istrinya sedang serius berbalas ketikan sambil berjalan.
"Yah...nggak bisa, Mas. Katanya nggak kuat. Lagi mual muntah terus. Emangnya kalo lagi hamil 'tuh lemes gitu ya bawaannya?" tanya Maira dengan polosnya.
"Aku 'kan nggak pernah hamil, Sayang. Kok nanyanya sama aku?" Razi tergelak tawa.
"Yeee, kali aja tau. Pantyliner aja kamu tau." cibir Maira dengan menjulurkan lidahnya.
"Sekali lagi kamu ngejulurin lidah, aku cium lho!" tantang Razi.
"Iish, dasar mas-mas mesum!" seru Maira sembari mencubit sebelah pipi Razi.
"Aduh! 'Tuh kan, udah berani pegang-pegang. Nantangin nih!" goda Razi lagi sambil memicingkan matanya.
"Iih, apaan sih! Jangan macam-macam di tempat umum! Entar aku teriak, lho!" ancam Maira dengan bercanda.
"Berarti, kalau macam-macamnya di rumah nggak apa-apa?" pancing Razi lagi sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
"We'll see!" jawab Maira singkat dengan mengedipkan matanya lalu segera berjalan cepat meninggalkan Razi yang menyeringai senyuman.
------------------
Tatapan Maira sejak tadi tertuju ke seberang ruangannya, yaitu ruangan Kondo-san. Pasalnya, sejak atasannya itu datang pagi ini, hingga mendekati jam pulang kerja sekarang ini, tidak sekalipun Kondo-san bertandang ke ruangannya atau bahkan menyapanya. Saat pagi tiba di kantor, ia hanya mengucap "ohayou¹" dengan sikap acuh lalu segera masuk ke ruangannya. Saat akan menghadiri rapat tadi siang pun, Kondo-san keluar dari kantor seorang diri, tidak mengajaknya seperti biasa. Alhasil, Maira datang ke ruang rapat itu seorang diri juga. Jika Maira mengajukan pertanyaan pun, ia hanya menjawab singkat, tidak seperti biasanya.
Sikap Kondo-san yang seperti ini hanya terjadi jika ia sedang sangat kesal pada seseorang. Apakah berarti Kondo-san sedang sangat kesal dengannya? Maira bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Ia melihat layar ponselnya di atas meja menyala. Ada keterangan 20 pesan baru dari Whatsapp muncul di notifikasinya. Maira pun membuka aplikasi tersebut. Ternyata grup kantornya yang sedang ramai. Biasanya ada yang mereka gosipkan jika sedang ramai seperti ini.
Din_Din : Sumpe yeee itu si Kondo hari ini dingin beudh. Gw nyampein pesennya bos gw aja gw malah dipelototin 🙄
Tasya_Ragil : Iyaaaa gw jg nyapa dia dicuekin. Yaaah ga dpt jatah senyumnya deh hari ini 😭
Ninuuux : Coba tanya ke ceweknya tuh si mae! Maaaeeeeee
Mang_kukus : Wahai para wanita sholehah, sesungguhnya kalian dilarang berghibah
Keicha : Lha mang, kita mah sdg mencari fakta
F_Maira : Lhaaa gw aja ga tau. Hari ini gw jg dicuekin abis. Td mo rapat aja gw ditinggalin, ga diajak barengan.
Ninuuux : Lo ada bikin salah gak mae ke doi? 🤔
May : 🤷♀️
Din_Din : Apa jgn2 dia akhirnya ngajakin lo ngedate tp lo tolak???
F_Maira : Sbnrnya siiiih kmrn dia emg ngajakin gw ke apartemennya buat bantu bikin presentasi final
Keicha : Hah?? Sumpe lo bakmoi???
Ninuuux : Shut the front door!! 😱
Tasya_Ragil : Trus trus lo mau?
F_Maira : B aja kaleee buibu 😒
Ninuuux : Eh kita penasaran cuy. Trus lo iyain ngga tuh ajakannya?
Mang_Kukus : Kamu iyain may?
Tasya_Ragil : Yeee mang kus td blg dilarang ghibah. Eh skrg malah nimbrung 🤦♀️
Mang_Kukus : Kan td kata neng kei sdg mencari kebenaran. Saya ikutan atuhlah kalo gitu 🤭
Keicha : 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Ninuuux : Ah kalian sih rame dewekan. Si mae jd kabur tuh
Djayadi : Woooy kerja kerja kerja!!! Gabut aja maunya
Tasya_Ragil : Isssshhh lo kale yg gabut ga punya kerjaan! Mentang2 bos lo lg ke papua, kongkow2 deh lo. Tau gw, lg nongkrong di cafe kan lo???
Maira tergelak geli membaca ketikan teman-teman kantornya. Sempat terpikirkan untuk mengerjai teman-temannya itu, namun keinginannya itu ia anulir saat melihat Kondo-san yang keluar dari ruangannya dengan membawa tas kerja dan juga jasnya.
Tatapan tajam Kondo-san tertuju padanya, lalu dengan dingin ia mengucap, "otsukaresama desu²."
Maira sontak berdiri dan setengah membungkuk lalu menjawab, "domo arigatou³."
Bola mata Maira mengikuti langkah Kondo-san yang berjalan keluar ruangan. Maira pun bernapas lega saat atasannya itu benar-benar menghilang dari pandangannya.
Ia pun kembali menatap layar ponselnya. Teman-teman di grupnya itu masih menunggu jawaban darinya. Maira mulai menutul ponselnya.
F_Maira : Soriii, kondo-san baru pulang. Gw tolaklaaah. Ga etis bgt gw main ke rmhnya si bos. Apalah gw cuma remahan cheese cake 🍰
Tasya_Ragil : Whaaaatttt?!! Serius lo may??
Ninuuux : OEmJiiii! Pantesan aja doi pundung gitu.
Keicha : Bakmoi ga peka nih. Doi tuh dah lama suka tauuuu sama bakmoi
F_Maira : Ya kalopun dia suka sama gw, ga mungkinlaaah gw sama dia jg 🙄
Din_Din : Knp ga mungkin? Hari gini byk loooh atasan kewong sama bawahan
F_Maira : Krn gw udah punya suami, para diajeng a.k.a udah no more available 👫
Tasya_Ragil : 😱😱😱
Keicha : Kapaaaannnnn bakmoi?? Kok no invitation??
Ninuuux : Serius lo??? Kok ga blg2?
Mang_Kukus : Teh May ngga becanda kan? Jgn blg nikah diem2 krn udah MBA. Ya Allah, dosa teh 😭
DJayadi : Maira MBA? Master of Business Administration? Lo kan S.Hut may, kok nyasar? Kok MBA dosa, Mang?
Keicha : 🤦♀️🤦♀️🤦♀️ Mas djaya jaka sembung
Ninuuux : Mae, si kondominium tau gak kalo lo udah nikah?
F_Maira : Malah dia yg tau duluan drpd lo semua 😏😏
Tasya_Ragil : Whattt?! Koq lbh update dia sih? Tau darimana dia? 😱
F_Maira : Dari dida kyknya sih
Keicha : Ya amplooop, apa kbr mas dida ya? Patah hati bingit ituuuh pastinya 💔
F_Maira : Udah ah mo cabut!
Djayadi : Maaay, lo udah nikah beneran? Unbreak my heaaaarrrtt😭😭😭💔💔💔
Din_Din : Lebaaaayyy! 😒
Ninuuux : Maaaeeee, mau dwooong dikenalin sama misternya 😋
F_Maira : Skrg jg bisa. Yg mau ktmu laki gw ke lobi ya. Bhaaayyy 👋
Selesai mengetik, Maira memasukkan ponselnya ke saku celananya sembari senyam-senyum sendiri.
Sebelum mengetik kalimat terakhir, ia membaca pesan dari suaminya yang sudah tiba di lobi. Sepertinya sekarang saatnya mengenalkan suaminya kepada teman-teman kantornya. Padahal awalnya Maira memang berniat menyembunyikan status nikahnya dari teman-teman kantornya, mengingat pada akhirnya kemungkinan besar mereka akan bercerai. Namun sekarang, untuk memikirkan jika ia benar-benar pergi ke Jepang dan meninggalkan suaminya saja terlalu berat bagi Maira. Apakah Maira benar-benar sudah melupakan cita-citanya demi seorang Razi, pria dari masa lalu yang berhasil membolak-balik hatinya?
Sesampainya di lobi, Maira melihat suaminya yang sedang duduk sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
Satu ide terlintas di pikiran Maira. Diam-diam Maira mendekatinya dari belakang, lalu mengejutkan suaminya. Tapi di luar dugaan Maira, Razi tidak terkejut sama sekali, malah responnya terlihat biasa saja. Saat Razi menoleh, Maira memasang wajah kecewanya.
"Kok nggak kaget sih?" tanya Maira dengan wajah cemberut.
"Kayak gitu kamu bilang ngagetin? Ckckck...mengecewakan." cibir Razi dengan memajukan bibirnya.
"Iiih, rese' deh! Pura-pura kaget juga nggak papa kaliii! Nyenengin istri gitu." balas Maira dengan seringai. Lalu tiba-tiba bibirnya mengembang senyuman lebar.
"Hmmm...ada apa nih senyam-senyum?" tanya Razi dengan curiga.
"Heee...nggak papa." jawab Maira dengan cengiran nakal.
"Maaaaeeee!" tiba-tiba datang empat orang perempuan menghampiri Maira dari belakang dengan tergopoh-gopoh dan napas tersengal-sengal. Sepertinya mereka berempat baru saja berlari dari ruangan masing-masing.
Razi melihat mereka dengan pandangan heran. Sedangkan Maira menyambut kedatangan teman-temannya itu dengan gelak tawa.
"Ya ampuuun, ngapain juga pada lari-lari. Gue tungguin kok."
"Ehem ehem, May!" sindir seseorang diantara mereka dengan sorotan mata memicing.
"Eh iya, kenalin. Ini Mas Razi, laki gue. Mas, kenalin ini Ninuk, Mbak Dindi, Mbak Tasya, dan Keisya." Maira memperkenalkan mereka satu persatu kepada Razi.
Saat mereka ingin menjabat tangan Razi, ia menolak dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Sontak sikap Razi itu membuat mereka terperangah.
"Lo nikah sama ustadz, May?" bisik Dindi kepada Maira.
"Dia bukan ustadz, Mbak. Dia nggak mau sentuhan karena kalian-kalian ini bukan mahromnya dia." jelas Maira.
"Heh? Apaan tuh? Muhrim kali maksud lo." Tasya berusaha mengoreksi.
"Mahrom yang benar. Masyarakat kita memang sudah awam dengan sebutan muhrim. Padahal dalam bahasa Arab, muhrim artinya orang yang mengenakan ihram untuk berhaji." jawab Razi membantu istrinya untuk menjelaskan.
Tasya dan Dindi saling pandang lalu tersenyum aneh.
"Ehem, salam kenal ya Mas Razi. Kita-kita ini teman kantornya Maira, tapi beda divisi." tutur Ninuk yang sesaat sempat terpukau dengan ketampanan Razi.
"Bakmoi, good choice! Lebih ganteng kemana-mana dari kondominium. Dia mah lewaaat!" bisik Keisya di telinga kiri Maira sembari mengacungkan jempolnya.
Maira mengangkat sebelah sudut mulutnya lalu membalas, "ya iyalah. Lo aja yang bilang Kondo-san ganteng. Ya ganteng siiih, tapi bukan selera gue."
"Maira-san?" panggil Kondo-san yang tiba-tiba muncul dari arah coffee-shop dengan membawa satu cup espresso.
"Eh, Kondo-san?"
Dan semua pasang mata tertuju pada Kondo-san yang berjalan menghampiri mereka semua. Tasya, Ninuk, Dindi, dan Keisya merasa penasaran akan seperti apa reaksi atasan Maira itu saat mengetahui sosok suami Maira.
"Konnichiwa. Hajime mashite. Watashi wa Razi desu. Douzo yoroshiku onegai shimashu⁴." Razi berinisiatif memperkenalkan diri kepada Kondo-san yang sudah diketahuinya sebagai atasan Maira.
"Hajimemashite, watashi wa Kondo desu. Douzo yoroshiku⁵." balas Kondo-san dengan menjabat tangan Razi yang sudah terjulur di hadapannya.
"Em, Kondo-san...kochira wa Razi-san desu. Kore ga shujin desu.⁶" Maira menjelaskan jika Razi adalah suaminya.
"Sou nan desu ka⁷." Kondo-san memanggut-manggut pelan.
Lalu Kondo-san mengeluarkan selembar kartu namanya dari dalam dompet dan memberikannya kepada Razi, "kore wa watashi no meishidesu. Dare ga shitte iru anata wa sore o hitsuyou to shimasu⁸."
"Hai, arigatou gozaimasu⁹." Razi menerimanya dengan sopan lalu mengucap terima kasih.
"Jya, mata ashita. Shitsurei itashimashu¹⁰." Kondo-san tidak mau berlama-lama, ia pun langsung berpamitan.
"Mata ashita." jawab Maira dan teman-temannya.
Setelah Kondo-san melangkah keluar lobi, mereka semua kecuali Razi, bernapas lega.
"Ya ampuuun, untung nggak terjadi baku hantam." ceplos Keisya yang langsung tersadar menutup mulutnya. Alhasil ia mendapat sikutan dari Tasya dan Ninuk.
"Baku hantam?" tanya Razi dengan mengernyitkan dahinya.
"Eh, ya udah yuk buruan. Kasihan Ummi ngurus Sarah cuma sendirian. Asha juga kasihan dari Subuh sudah di rumah sakit." Maira cepat-cepat mengalihkan pembicaraan dan mengajak suaminya untuk segera beranjak keluar dari gedung itu.
Razi menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan istrinya.
"Ladies, gue duluan yaaa."
*****
Terjemahan:
1. Ohayou = Selamat Pagi
2. Otsukaresama desu = terima kasih atas kerjasamanya
3. Domo arigatou = terima kasih banyak
4. Konnichiwa. Hajime mashite. Watashi wa Razi desu. Douzo yoroshiku onegai shimashu = Selamat sore. Halo, nama saya Razi. Senang berkenalan dengan anda.
5. Hajimemashite, watashi wa Kondo desu. Douzo yoroshiku = Halo juga, nama saya Kondo. Senang berkenalan dengan anda juga.
6. Kochira wa Razi-san desu. Kore ga shujin desu = Perkenalkan ini Razi. Dia suami saya
7. Sou nan desu ka = Begitu rupanya
8. Kore wa watashi no meishidesu. Dare ga shitte iru anata wa sore o hitsuyou to shimasu = Ini kartu nama saya. Barangkali suatu saat kamu akan memerlukannya
9. Hai, arigatou gozaimasu = Baik, terima kasih
10. Jya, mata ashita. Shitsurei itashimashu = Kalau begitu, sampai ketemu besok. Maaf, saya pamit dulu