Maya menatap sedih saat kedua jasad orang yang paling dicintainya masuk kedalam liang lahat.
Ia menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak menetes, mengapa semua ia terjadi padanya.
Kini ia hanya sendirian jika tanpa Marve berada disisinya maka ia akan benar-benar sendiri.
Mengapa?
Apa salahku dimasa lalu hingga semua orang yang aku sayangi pergi meninggalkanku seperti ini?
Marve hanya dapat menggenggam tangan Maya saat perlahan batu nisan telah tertancapkan diatas kuburan Mina dan Arya.
Maya telah kehilangan separuh jiwanya, mengapa semua ini harus dialami olehnya.
Saat hati dan pikirannya melayang jauh tidak dapat menerima kenyataan yang terjadi saat ini, Maya pun terjatuh pingsan.
"Maya.."
....
"Aku ingin jadi dokter kak.. Aku ingin berbuat baik sepanjang hidupku.."
"Suatu saat kita akan memiliki toko kue kita sendiri, nanti saat kamu menikah dan memiliki anak, bibi akan membuatkan kue ulang tahu istimewa untuknya."
Semua kalimat manis yang terngiang ditelinga Maya, menguap bersama air matanya yang terus menetes tanpa henti.
Kebakaran yang terjadi saat ini masih diselidiki, agak sulit menemukan penyebab kebakaran karena tidak ada cctv disekitar tempat tinggal Mina dan Arya.
Ada bekas tetesan bensin didekat tempat kejadian kebakaran, tapi polisi belum dapat menyimpulkan apa kebakaran itu terjadi karena perbuatan manusia atau karena hal lain.
Maya meyakini, tidak mungkin ada bensin tanpa ada yang membawanya, Arya dan Mina tidak memiliki kendaraan bermotor jadi semua itu mustahil jika tidak ada yang sengaja membakar rumah mereka.
Lantas ulah siapa semua ini?
Mengapa ada orang yang tega melakukan semua itu pada keluarganya? Mina mungkin cerewet tapi dia sangat ramah dan Arya juga pemuda yang sopan, lalu kenapa semua ini terjadi?
Pikiran Maya dipenuhi oleh banyak pertanyaan, rasa sedihnya tidak berkurang sedikitpun apalagi karena ia masih belum mendapatkan jawaban atas semua kejadian ini.
Polisi sudah datang untuk meminta keterangan padanya dan setelah itu mengurung diri di kamarnya.
Langit yang cerah bahkan terlihat menjadi kelabu. Angin yang berhembus seolah menyerukan jika ia kesepian sekarang.
Maya tidak pernah membayangkan hidup tanpa adik dan bibinya.
Marve kemudian datang dengan di bantu oleh seorang pelayan.
Setelah membantu Marve duduk disebelah Maya, pelayanpun pergi meninggalkan mereka berdua.
"Mas, katakan padaku jika semua ini hanya mimpi, seperti dirimu yang menghilang mereka pasti akan kembali padaku kan?" Maya bertanya dengan menahan air matanya sekuat tenaga.
Marve tidak dapat menjawab, ia hanya dapat membawa Maya kedalam dekapannya dan membiarkanya perlahan menangis.
"Ini hanya mimpi kan mas.. Arya dan bibi masih hidup bukan? Mereka tidak mungkin meninggalkan aku sendirian kan mas.." Maya menangis kembali, ia memukul pelan dada Marve yang juga merasakan kesedihan hati Maya.
"Maya.. aku bersamamu.. kamu tidaklah sendirian." Ucap Marve menenangkan.
Maya hanya dapat menangis meratapi kenyataan yang menimpanya.
Sementara itu, Agung yang baru saja sampai di Beijing segera kembali ke Indonesia tanpa menemui saudara laki-laki Rahayu lebih dulu setelah mendengar kabar kematian Mina dan Arya.
Hatinya hancur berkeping, mengapa semua ini terjadi pada mereka disaat mereka belum mendapatkan kebahagian mereka kembali.
Dengan perasaan lemas, Agung melangkah mendekati kuburan Mina dan Arya yang masih basah.
"Mina.." Agung menangis sambil memeluk batu nisan yang bertuliskan nama Mina.
"Kamu berjanji bukan, kita akan mendapatkan kembali hak Maya dan Arya mengapa kamu malah pergi." Agung menangis tidak kuasa menahan kesedian dihatinya yang sangat terpukul.
"Ayah..." Andre menyentuh lembut bahu Agung, akhirnya Agung mempercayai ucapannya tapi mengapa semuanya telah terlambat.
"Sekarang hanya tinggal Maya sendiri..." Ucap Andre, ia menahan kesedihan dihatinya sambil merangkul tubuh Agung.
Agung hanya dapat menangis lebih sedih lagi kenyataan jika memang hanya tinggal tersisa Maya membuat hatinya tersayat.
Harusnya ia mempercayai ucapan Maya saat itu maka Maya tidak akan merasa sendiri saat ini.
"Dengar ucapanku baik-baik, Andre. Jika kamu benar-benar mencintai Maya. Jangan mengusiknya. Jangan pernah mengusiknya dengan memaksakan perasanmu.. Bantulah dia tanpa mengharapkan apapun Andre." Ucap Agung.
Andre tidak menjawab, ia tidak menerima syarat yang diberikan Agung padanya.
Ia bisa membantu Maya tapi ia tidak bisa melepaskan perasaannya pada Maya.
"Jika kamu tidak bisa maka jangan pernah berpikir untuk mendekati Maya selama aku masih hidup." Ucap Agung.
Andre kembali menunduk sedih, bahkan disaat Maya terpuruk saat ini ia tidak dapat melakukan apapun.
....
Randy mengehentikan mobilnya tepat ditoko kue milik Mina, kali ini ia berniat meminta Mina baik-baik seperti saat enam tahun yang lalu, tapi kenapa tokonya sangat sepi jadi Randy memutuskan untuk turun dan bertanya pada pejalan kaki tapi jawaban yang diberikan oleh pejalan kaki itu membuatnya terkejut.
Ia mendadak lemas setelah mendengar bahwa Mina baru saja meninggal dunia bersama dengan keponakannya.
"Bagaimana bisa?" Randy memundurkan langkahnya lemas.
Ia kemudian dengan cepat kembali ke mobilnya dan melajukan mobilnya dengan cepat.
Kania menghianatinya, ia mengatakan jika tidak akan menyakiti Mina jika ia membantunya kembali menyingkirkan Maya dan Arya namun yang terjadi sekarang membuatnya sungguh marah.
Ia masih memiliki cinta untuk Mina dan Kania membunuhnya.
Kebakaran itu pasti bukanlah sebuah kebetulan tapi karena ada seseorang dibalik semuanya.
Randy sangat meyakini jika orang itu adalah Kania. Hanya dia yang mampu melakukan semua hal keji semacam itu.
"Kania.." Randy mendobrak pintu ruangan Kania begitu ia memasukinya.
Ia sudah tidak sabar untuk memaki Kania, namun yang terjadi Kania masih menangis dibalik mejanya.
"Jangan pura-pura menangis.." Randy segera menarik baju Kania hingga tubuhnya terangkat.
"Kamu kan yang melalukan semua ini? Kamu yang membunuh Mina bukan?" Sergah Randy, ia telah siap untuk menghabisi Kania saat ini juga.
Kania tidak menjawab, ia hanya menangis membuat Randy perlahan mengendurkan cengkramannya.
"Aku memang jahat, tapi bukan berarti aku tega membunuh kakak kandungku sendiri!" Teriak Kania, ia masih menangis terisak saat ini.
Mina memang kakak kandungnya, saat ia memilih untuk melanjutkan studinya bersama dengan Rahayu, Mina lebih memilih membantu ibunya dan akhirnya menggantikan posisi ibunya sebagai kepala pelayan di kediaman Rahayu.
Saat Mina mengetahui semua rahasia Kania bahkan saat Kania diam-diam menaruh racun pada makanan Arya dan Maya, Mina memergokinya dan Kania yang gelap mata saat itu meminta Mina pergi membawa Maya dan Arya segera setelah pemakaman kedua orangtuanya tapi Mina menolak dengan keras jika saja Maya yang tidak memintanya maka Mina akan tetap bertahan melindungi Maya dan Arya didalam rumah itu.
"Jangan mencoba menipuku.. hanya kamu yang mampu melakukan hal buruk!" Randy menatap lekat.
"Kamu lupa, kamu yang menabrak dua anak jalanan itu hingga meninggal!" Teriak Kania tidak terima, dua jasad yang menjadi korban kebakaran saat enam tahun laku adalah jasad kakak beradik dari anak jalanan yang tidak memiliki identitas, dan Kania menjadikan mereka seolah mereka adalah jasad Maya dan Arya membuat Randy terdiam.
"Aku bahkan mengetahui kabar kematiannya dari televisi.. aku sungguh tidak tahu apapun Randy.. Aku memang tidak menyukai Maya dan Arya tapi aku masih memiliki kasih sayang untuk kakak ku.." Jelas Kania tidak mau kalah.
Randy terdiam, ia tidak percaya sepenuhnya dengan ucapan Kania.
"Kamu boleh lihat sendiri, apakah aku menghubungi pembunuh bayaran melalui ponselku atau aku keluar rumah malam ini. Kamu boleh tanya tiffany aku semalaman berada dirumah." Lanjutnya membela diri, ia melemparkan ponselnya kearah Randy.
Randy kemudian melihat log panggilan di ponsel Kania dan panggilannya hanya tertuju padanya dan Tiffany.
"Aku akan tetap mengawasimu.. jika kamu yang membunuh Mina, aku yang akan menghabisimu dengan tanganku sendiri." Ancap Randy sebelum akhirnya melepaskan ponsel Kania dan berlalu pergi.
"Mba Mina.." Kania kembali menangis dibalik kursi besar yang menutupi tubuhnya.
..