Chereads / Biarkan Mata Berbicara / Chapter 10 - Ijinkan Aku Pergi....

Chapter 10 - Ijinkan Aku Pergi....

Kesalahan itu ada didiriku...

Dia menuntunku menuju ruang makan.

Dimeja ujung makan kulihat sudah duduk seorang wanita anggun dan berparas cantik seperti artis, hampir mataku terbelalak, sesaat diriku mengira dia adalah artis Meriam Belina karena wajahnya begitu cantik dan mirip sekali.

" Pagi Ma...."

Dia menyapa sang mama dengan kecupan dipipi dan diapun mengambil tempat duduk tepat disamping mamanya.

" Anjani sini, duduk disebelahku..., Ma.. ini Anjani teman ku, dia semalam tidur disini, semalam aku mau bilang ke mama, tapi mama sudah tidur.....

Dengan perasaan datar dan tak bersalah dia berbicara kepada mamanya memperkenalkan diriku.

Entah apa yang dipikirkan mamanya tentang ku saat ini.

mata sang mama tajam tertuju kepadaku.

Badanku mulai terasa gemetar, kikuk dan takut mulai mendera, aku jadi bingung harus berbuat apa...

hanya bisa kutundukan kepalaku, tidak berani aku menatap wajah mereka.

" Nak Anjani.... apakah kamu ada masalah dirumahmu, sehingga kamu bisa bermalam dirumah ini..."

Kata kata itu... dan suara itu sangat pelan tapi tepat menghunus jantungku....

Aku merasakan napasku berhenti dan denyut nadi ini pun telah mati.

Tak bisa ku berkata kata, mata ini hanya bisa melihat kepalan tanganku yang berada dipangkuanku.

" Ma... jangan memulai masalah, akulah yang bersalah disini, aku yang memaksa Anjani untuk bermalam dan tidur dikamarku !

Tolong ma... jangan biarkan aku meninggalkan meja makan ini.

Dia berkata dengan nada keras kepada mamanya.

Akupun menjadi semakin salah tingkah dan berdosa , karena percekcokan ini masalah utamanya adalah diriku.

" Oooh..."

Kamu sudah semakin hebat sekarang ya...!

Sudah bisa membantah kamu ya....!

Kamu harus ingat , Aku adalah mamamu...

yang membesarkan mu dan merawat dirimu selama ini..!

Camkan itu dikepalamu..!

Nada amarah Sang mama semakin kencang kepadanya , sungguh sungguh membuatku ingin berlari dan pergi dari rumah ini.

" Tenang maa... Aku tidak pernah lupa akan hal itu..

Dan aku akan selalu ingat semua yang telah mama lakukan kepadaku..

sepertinya mama yang lupa...

Sudah waktunya aku harus memberitahumu..

Tidak ada hak kamu mengatur hidupku.. !

Apa yang ku mau adalah keinginanku.. !

Dan satu hal terpenting bagimu adalah..

Rumah ini...!

Adalah RUMAHKU !

Aku semakin tidak paham apa yang terjadi sebenarnya disini...

Mulanya aku berfikir ini semua karena diriku,

tetapi ada dendam yang tersembunyi diantara ibu dan anak ini.

Aku semakin bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa, suara mereka saling sahut menyahut dengan amarahnya masing masing.

Jantung ini berdetak sangat kencang dan akupun refleks berdiri dari duduk ku..

" Tan...tante.. ma..maaf kan aku ini semua salah ku .

Dengan nada terbata bata, aku memberanikan diri ini untuk memohon maaf kepada mereka.

" Tante... saya akan merapikan barang barang saya dan segera pergi dari sini.

sekali lagi terima kasih tante "

Akupun langsung beranjak pergi menuju kamar untuk membereskan semua barang barangku.

tetapi tangannya dengan cepat meraih tanganku , sehingga menghentikan langkahku.

" Anjani ,tunggu jangan pergi , ini rumahku..

Akulah yang membuat keputusan disini.

Harusnya bukan kamu yang pergi..

Tetapi dia yang pantas untuk pergi dari sini..!

Tangannya tanpa ragu menunjuk ke mamanya, dan ucapan amarah tanpa rasa bersalah mengusir mamanya.

" Tuhan.. ada apa sebenarnya semua ini !

Aku merasakan diriku tercebur kedalam lumpur yang berbau. Aku seperti kucing yang keluar dari kandang singa dan masuk kekandang buaya.

Benar benar semua kejadian ini membuat ku muak dan benci.

" Cukup...! Biarkan aku pergi dari sini , Tolong jangan halangi aku...

Aku ingin pergi dari sini, aku berterima kasih kepadamu karena dirimu telah membantuku.

Ku tepis tangannya yang memegang erat tanganku, sambil ku ucapkan rasa terima kasihku kepadanya.

lalu aku berlari menuju kamarnya.

Sedikitpun aku tak pernah menyangka akan terjadi seperti ini.

Awalnya aku mengira semua akan terasa indah bersamanya. tetapi kenyataannya semua membuat ku menjadi muak dan rasa kebencian semakin menyatu dalam jiwaku.

" Anjani... ku mohon jangan pergi, jangan tinggalkan aku, lihatlah aku Anjani...

tolong..lihat aku.. tatap mataku ini anjani "

Dia berusaha menghentikanku tanganku yang sedang merapikan koperku, dan dia merangkul tubuhku, dia memohon kepadaku agar aku melihatnya agar aku bisa mempercayainya.

Sesungguhnya lidah ini terasa kelu untuk berbicara kepadanya, entah perasaan apa yang berkecamuk dihatiku jika aku berada disampingnya.

Aku... Aku merasakan ingin selalu bersamanya.

secara jujur aku tidak mau berpisah darinya..

tapi.... aku tidak boleh seperti ini.

aku tidak mau diriku terjatuh dalam paitnya kebodohan tingkah laku remaja seusiaku.

" Anjani.. beri gue waktu, gue akan nikahin lo.

Ini seperti petir yang menyambarku , setelah kata kata sang mama menghunus jantungku.

dan Dia berkata seperti itu dihadapanku.

Aku merasa sudah masuk kedalam keluarga gila dan sinting.

Ada apa sesungguhnya dengan mereka.

Kenapa mereka ingin menjadikanku kambing hitam dimasalah ini.

" Kamu gila " !

ku tatap wajahnya dengan perasaan kesal dan marah.

" Kamu anggap apa aku ini... Aku ucapkan terima kasih kamu telah membantuku tapi maaf aku tidak mau masuk kedalam cerita sintingmu itu !

Ku dorong tubuhnya yang merangkulku, dan kuluapkan nada emosiku kepadanya.

" Anjani.. gue sudah ngikutin lo selama 3 tahun ini, apa lo ga pernah tau itu ?

dari awal kita OSPEK gue sudah naksir sama lo !

Seketika mata ini terasa ingin keluar menatap wajahnya , terduduk aku langsung mendengar kata kata itu...

Kalimat itulah yang kucari cari dan kutunggu selama ini....

karena rasa penasaran ku kepadanya, rasa keingintahuanku kepadanya kini terungkap sudah..

" Tolong ceritain ke gue, kenapa lo bisa suka ma gue...kenapaa ?

Lo kan ketua Osis banyak anak cewek yang ngejar ngejar lo....terus kenapa musti gue !

Mulut ini mulai refleks berbicara kepada nya.

Karena aku ingin tahu kejujurananya.

" Anjani, Lo beda dengan mereka "

Diapun menghampiriku, berdiri dihadapanku sambil memegang pipi kiri dan kananku, dia berusaha berbicara dan menginginkan aku fokus melihat wajahnya.

" Anjani tolong lihat gue dan dengerin gue, ini sudah lama mau gue ungkapin ke elo.

Dari awal gue ketemu sama lo , gue mulai cari cari data tentang lo... gue nyoba ngedeketin lo berkali kali, tapi tidak sedikitpun lo liat gue..

selama 3 tahun Anjani... gue coba dan terus nyoba.... selama gue tau lo ga punya pacar selama itu juga gue berusaha...

baru kemarin gue bisa menarik perhatian dari lo..

karena itu juga gue tanya sana dan sini, gimana caranya ambil hatilo...

Dia berkata dengan tatapan mata yang bersungguh sungguh.

Kini hatiku bertanya , apakah aku harus mempercayainya.. bagiku...

Dia hanyalah pemeran aktor yang lihai dan pintar.

" Hhhmmmm...."

kubergumam dalam ketidak percayaanku kepadanya.

" Gue mau tau..dari mana lo tau nama gue, no telpon gue, alamat rumah gue , dan kenapa lo kemarin malam ada untuk gue...?

jawab... jawaab !

air mata ini sesungguhnya ingin menetes tapi aku mencoba untuk menahannya dengan rasa angkuh dan kesombonganku.

aku berharap dia membenciku , tapi dihatiku aku bahagia dengan apa yang dia ucapakan kepadaku...

Ooh Tuhan, kenapa hidupku seperti ini.

" Anjani... gue tau namalo dari lo pertama kali bernyanyi di pentas siswa waktu kita Ospek, terus gue tau no telp lo dari si Oman, gue barter no telp lo dengan ijin magangnya di kantor bokap gue....

Ketika dia berkata Oman , napas ini rasanya memuncak sampe ke ubun ubun.

ingin rasanya ku tendang Oman dan kutonjok dia dengan sekeras kerasnya karena ternyata dia ada main kongkalikong dibelakangku dengan dia.

" Anjani, gue tau alamatlo itu karena gue ngikutin lo dari belakang kalo lo pulang sekolah.. lo ga pernah tau itu kaan....

dan masalah malam kemarin, itu hanya Tuhan yang tahu, gue ngga tau mo ngomong apa ama lo...

karena malam itu sesungguhnya memang gue lagi mikirin lo, gue mau telpon lo... tapi perasaan gue ga enak... makanya gue minum kopi di cafe itu, dan tiba tiba gue liat lo bawa bawa koper....

semua ini jawaban dari gue , sudah gue utarain dan gue jujur sama lo, gue ga pernah main main Anjani, karena gue ga mau di mainin, perasaan gue sudah milih lo, dari pertama kali gue liat lo dan tujuan hidup gue sekarang mikirin masa depan gue sama lo.

Sontak hati ini di buat kacau oleh pengakuannya, pikiranku menjadi bimbang dan kalut, aku tidak paham semua ini, apakah ini sanjungan buatku atau ejekan untuk diriku.

Kulihat wajahnya yang masih menatapku dengan penuh harap, seakan akan memintaku untuk percaya kepadanya.

Hhhhhmmmmm .... ku tarik napasku sambil ku bergumam. kulemparkan senyum manisku kepadanya. Kuyakinkan diri ini sekali lagi.

Aku adalah Anjani.

Lalu , kugiring koperku melangkah keluar dari kamar, kutinggalkan dia disana...

kutinggalkan semua kenanganku disana...

========== °°° =========