"Ma, Kita perlu membawa psikiater untuk Mirella" perkataan sang suami membuatnya mematung.
Mama Mirella masih tak percaya dengan perkataan sang suami dia berharap kalau dirinya salah mendengar. "papa bilang apa?" tanyanya meyakinkan pendengarannya. "ma....ini memang berat tapi inilah yang harus Kita lakukan" ucap sang suami gusar. "mama tanya, papa bilang apa tadi, mama kurang dengar?" kata sang mama dengan nada sedikit lebih tinggi.
"pa,...Mira tidak gila, dia hanya beluk bisa terima keadaannya saja" ucap Mirna mengikuti pembicaraan orang tuanya.
"iya, papa ini apa - apaan sih, kakak Mira itu hanya sakit kakinya, bukan mentalnya, ya kan kak Na" ucap sang bungsu Malvin ikut membantu sang kakak bicara. "papa tau, tapi Kita tidak bisa membiarkan Mira seperti itu terus, Kita harus membantunya" ucap sang papa lagi." papa memang tega sama Mira, papa jahat sama dia, apa papa tidak kasihan melihat dia, lihat pa...."ucap sang mama sambil menangis. Bayangan tangisan Mirella masih membuat hati sang mama menjadi sangat - sangat sedih, namun justru sang suami mengatakan Hal yang akan semakin melukai hati sang putri.
"tau ah ma,, papa emang tak punya hati" ucap Malvin yang memang selalu ceplas ceplos saat bicara.
"mama, Mirna, Alvin ,papa bilang gitu karena papa mikirin Mira juga" ucap sang papa frustasi pasalnya semua anggota keluarganya justru menyudutkannya. Andai mereka tahu hatinya juga sama terlukanya seperti yang lain, sedihnya juga seperti sedihnya yang lain. Mereka semua tidak tahu, bagaimana dulu dia selalu berkunjung ke asrama Mirella setiap Hari, hanya untuk melihat Mirella baik - baik saja, tanpa sekalipun menemui Mirella.
Istrinya bahkan tidak tahu kalau dia setiap hari selalu menitipkan makanan untuk Mirella dengan nama istrinya. Mereka semua tidak tahu bagaimana sayangnya dia kepada putri keduanya itu. Disetiap prestasi yang Mirella ukir, dia juga sellau mengabadikan moment itu. Namun dirinya takut sang putri tidak ingin bertemu dengan dirinya.
Jadi bagaimana mungkin dia tidak memikirkan sang putri Mirella,Dia hanya ingin yang terbaik untuk putra Dan putrinya ,Mirna ,Mira juga Malvin. Dia tidak masalah Mira selalu menganggap dia Tak perhatian, juga Tak sayang, tidak masalah asalkan dia bisa melihat Mira bahagia dan baik - baik saja, namun kini melihat Mira menerimanya lagi seperti dulu, namun melihat kondisinya seperti itu, hatinya terasa sangat sangat sakit sekali.
"papa Tak pernah menganggap Mira gila, tapi papa hanya ingin dia baik - baik saja, papa bawa Mira ke psikiater bukan karena papa anggap dia gila, papa hanya ingin Mira Tak mennaggung beban yang begitu berat lagi ma" ucap Mario frustasi.
Semuanya terdiam mendengar ucapan sang papa, mereka mulai menyadari bahwa sang papa melakukan segalanya untuk Mira.
" tapi tetap saja mama tidak setuju pa, Mira anak mama tidak perlu psikiater, dia hanya perlu teman, Dan tidak masalah mama akan tinggal sama Mira Dan menemani Mira terus" ucap sang mama berlalu.