Chereads / DEAD ZONE Zombie Crisis / Chapter 6 - Escape Run

Chapter 6 - Escape Run

Sebelumnya akan saya jelaskan terlebih dahulu. Helen POV, atau yang biasa disebut sebagai sudut pandang kedua dari MC, berguna untuk melengkapi alur cerita yang kurang. Dengan menggunakan metode POV 1 yang di bagi menjadi sudut pandang yang berbeda, anda akan semakin memahami ke ahlian dari masing-masing Character beserta ambisinya.

Michael Christopher - Heroine.

Helen Sparingga - Master Character.

DEAD ZONE

Zombie Crisis

-Chapter II-

™Helen POV™

Desingan peluru itu kembali terdengar, namun kini semakin parah. Beberapa orang dengan balutan rompi anti-peluru lengkap dengan topengnya, hendaklah keluar dari dalam salah satu gedung dengan membawa senapan serbu.

Mereka tidak hanya menembaki zombie yang tengah berkeliaran di malam purnama, melainkan seperti sedang mencari sesuatu di setiap langkah kakinya. Dan yang menjadi target pencarian tak lain adalah kami.

Tak puas dengan penembakan yang telah mereka lakukan terhadap Jack, kini mereka yang beranggotakan lima orang hendaklah mengevakuasi keadaan sekitar, dan memastikan bahwa kami masih berada di dalam lokasi terjadinya kecelakaan.

Michael mengintip, mendapati salah seorang personil yang tengah memeriksa isi dari mobil yang telah kami tumpangi.

"Lapor Kapten, satu target telah berhasil di lumpuhkan, dan dua orang masih dalam target pencarian," ucap salah seorang personil penembakan yang tengah mengamati jenazah Jack pada mobil van.

"Cari keberadaan mereka dan bunuh jika ada perlawanan," jawab seorang pemimpin pasukan yang tengah mengamati keadaan.

"Siap Kapten!"

Salah seorang personil mencoba untuk bergerak maju dengan acungan senapan serbu miliknya, berharap ia dapat segera menemukan titik target pencarian.

Yakni kami yang tengah bersembunyi tak jauh dari lokasi terjadinya kecelakaan.

Disetiap menit, aku terus menerus menghelahkan nafas, berharap mereka tidak berjalan semakin mendekat.

Michael yang yang tengah berada di sampingku hendaklah mengamati keadaan sekitar untuk memastikan langkah musuh yang semakin mendekati tempat persembunyian kami. Yakni pada salah satu gang sempit yang di apit oleh pertokoan.

Tiada senjata api, pisau atau pun sesuatu yang dapat dipergunakan untuk melawan mereka. Menunggu datangnya bala bantuan sama halnya dengan mengundang kematian pada rekan jika mereka datang untuk melawan. Apa yang harus aku lakukan? Entahlah, mungkin ini adalah suatu ujian bagi kami berdua.

Gelapnya malan seakan menjadi sebuah penghalang bagi mereka yang tengah melakukan penyusuran pada lokasi kejadian, namun nasib baik tak berpihak pada kami yang tengah menunggu datangnya bala bantuan, hingga pada akhirnya seekor kucing menjatuhkan sebuah kaleng kosong yang terdapat pada tong sampah, dimana kami yang tengah bersembunyi untuk menghindari penyergapan.

*KLONTANG, KLONTANG!

Terjatuhnya kaleng kosong kian terdengar nyaring hingga memicu datangnya para personil musuh yang berada di daerah sekitar.

Suara redap langkah kaki tampak terdengar gaduh pada kesunyian malam yang mencekam.

Tak menunggu lama, kami pun segera berbalik arah dan segera berlari sekuat tenaga pada gang sempit yang gelap akan adanya cahaya cahaya lampu.

Suara tembakan pada senapan serbu berulang kali terdengar menyayatkan gendang telinga untuk menguji andrenalin kami dalam berpacu dengan waktu pada saat melintasi gang sempit. Alhasil kami pun mulai keluar dengan selamat dari sempitnya jalan yang gelap nan lembab.

Tak ingin kehilangan jejak, mereka pun segera berlari mengikuti langkah kami dalam melakukan misi pemburuan.

Aku dan Michael terus berlari tanpa henti, hingga tak perduli dengan adanya beberapa zombie yang tampak terlihat kelaparan pada beberapa reruntuhan gedung di daerah sekitar.

Kini aku telah berada di sebuah gedung bekas bar yang bernamakan Savoy Club. Meski aku tahu bahwa diriku mampu terlepas dari pengejaran musuh yang tengah melakukan misi pemburuan terhadapku, namun aku ragu jika di dalam gedung yang tengah aku singgahi terbebas dari adanya zombie.

Beberapa kursi dan meja tampak terjajar rapi dengan beraneka botol minuman berakohol yang tampak terpajang pada rak layaknya didalam sebuah bar. Ya! Tempat ini memang adalah sebuah bar yang memiliki dua lantai dengan nama gedung yang sangat unik. Yakni Savoy Club.

"Sebaiknya kau tetap tenang dan awasi keadaan dari balik jendela, aku akan pergi ke lantai atas untuk memeriksa keadaan dan memastikan bahwa gedung ini aman," ujarku memberikan sebuah perintah kepadanya. Michael segera mengangguk seraya ia berkata,

"Terserah kau saja."

Suasana ruangan yang sepi nan sunyi seakan menjadi saksi akan keberadaan kami pada saat ini. Tiada hal yang tampak mencurigakan yang dapat kutemui, terkecuali beberapa poster rock'n roll yang tampak terlihat menghiasi dinding ruang tersebut beserta isinya.

Sesaat setelah aku berhasil melewati anak tangga dan berada pada lantai dua, terdengarlah suara yang mampu menciutkan nyaliku. Sebuah suara dimana aku yang tengah terusik akan keberadaannya. Suara itu bukanlah nada biola yang berbunyi merdu pada saat terdengarkan oleh kedua telingaku, bukan juga suara desingan peluru yang terdengar nyaring menyayatkan indra pendengaranku. Melainkan suara redap langkah kaki pada lantai bernuasa kasik pada saat aku tengah menghentikan langkahku.

*Dap! Dap! Dap!

Suara itu tampak berasal pada salah satu ruangan yang berada tepat di depanku. Entah ada apa dibalik pintu pada ruangan tersebut.

"Ada orang disana?" ucapku lirih dengan langkah kaki yang mulai melambat. Perasaan was-was takut akan adanya zombie di kota ini seakan menghantui disetiap titik pengelihatan mataku.

Tiada jawaban, bahkan aku sama sekali tak mendengarkan apapun pada saat diriku tengah berjalan melewati koridor, terkecuali hembusan angin dingin yang bertiup kencang pada gelapnya malam yang mencekam.

Berada di depan sebuah ruangan dengan kondisi pintu yang masih dalam keadaan tertutup rapat membuatku enggan untuk membuka pintu dan memeriksa keadaan di dalamnya.

*Deg, deg! Deg, deg!

Detak jantungku kian berpacu begitu kencang bagaikan genderang perang. Namun disisi lain aku tampak penasaran untuk memeriksa keadaan sekitar dan memastikan bahwa keberadaan kami tetap aman dari segala ancaman.

Perlahan kuletakan sebelah tanganku pada engsel pintu, dengan harapan tidak ada apapun pada ruangan yang berada di hadapanku.

-Bersambung-