DEAD ZONE
Zombie Crisis
™Helen POV™
Suasana sepi nan sunyi seakan menyayatkan hati, dimana aku yang kini harus bertahan dari kepungan para zombie.
Di dalam sebuah gedung bar yang tengah kami pijaki, yakni pada sebuah gedung berlantai dua yang memiliki nama Savoy Club, disinilah aku yang harus berpacu dengan waktu demi kelangsungan hidupku.
Tangan-tangan kelaparan itu berusaha untuk menghantam jendela berlapis kaca, membuat serpihan kaca masuk kedalam ruangan pada lantai dasar.
Sebuah tangan berborok bercampur nana tampak terlihat menjulur dengan jemari yang berusaha untuk menggapai udara.
Aku mengambil sebuah botol vodka dan segera dilemparkan pada jendela tersebut. Alhasil lemparanku mendarat tepat pada wajah zombie yang tengah berusaha untuk menjangkauku dari balik jendela yang telah pecah.
*BRACK! BRACK! BRACK! BRUAK!
Beberapa di antara dari mereka-zombie berusaha untuk mendobrak pintu utama yang terletak di lantai dasar. Sementara itu Michael tengah berjuang dengan cara menahan pintu dengan balok kayu, lemari dan kursi untuk menahan mereka lebih lama.
"Helen! Jumlah mereka terlalu banyak, aku tidak bisa menahan mereka terlalu lama!" seru Michael dengan pandangan mata yang terpaku pada pintu utama.
"Aku akan mencari sesuatu yang dapat dipergunakan untuk bertahan." sahutku.
"Maksudmu menyerang mereka dengan senjata seadanya? Kau gila!"
"Kita telah terdesak Mich, dan jumlah mereka terlalu banyak."
"Aku punya ide, kita lempar mayat Jessie keluar gedung untuk menarik perhatian mereka, sementara kita pergi ke atap sambil menunggu bantuan datang." ujarnya kepadaku.
"Setuju!"
Kami pun segera bergegas menuju lantai dua, dimana kami yang kini tengah mendapati sesosok gadis yang tengah terbaring pada koridor dengan kondisi tak bernyawa.
Dengan kekuatan yang bertumpuh pada kedua tangannya, Michael mencoba untuk menggendong jasad Jessie dan segera di lemparkan melalui jendela berlapis kaca yang terletak pada lantai dua.
Jasad Jessie kini tengah terkapar pada sebuah trotoar yang tak jauh dari gedung bar. Bau amis pada darah yang berceceran telah mengundang hampir dari seluruh zombie untuk berdatangan dan melahap tubuh Jessie yang malang. Tidak hanya menggigit, mereka juga dan mencabik tubuh Jessie hingga ususnya pun keluar dan tercecer pada tanah beraspal.
Kejadian brutal yang telah dilakukan oleh sekumpulan para zombie terhadap Jessie memuat perutku terasa mual.
Bagaimana tidak? Mereka yang berjumlahkan puluhan hendaklah menarik tangan dan kaki dari korbannya hingga putus. Sungguh, ini adalah sebuah kejadian yang tidak sewajarnya aku perlihatkan pada diriku sendiri.
Rasa lapar dan haus akan darah seakan menyelimuti disetiap sudut pandang mereka yang tiada hentinya menggerogoti tubuh Jessie,
*BRACK, BRACK, BRACK!
Suara dobrakan itu pun mulai terdengar kembali, malah lebih parah, mereka-zombie kini telah berhasil memasuki sebuah ruangan pada lantai dasar.
Kepanikan itu pun mulai terulang kembali, dimana aku dan Michael yang harus bergegas untuk berlari meninggalkan koridor dan beranjak pergi untuk memanjat atap gedung bar. Alhasil rencana kami pun tidaklah sia-sia karena kami segera bergegas untuk meninggalkan lokasi sebelum mendapati kedatangan zombie pada koridor yang terletak di lantai dua.
Seseorang yang tengah berada jauh disana hendaklah mengawasi posisi kami berdua, dimana ia yang kini tengah berusaha untuk menghubungiku melalui HandyTalking pada genggaman tangannya.
'RedOne masuk, RedOne!'
Zzzt!
Panggilan itu terdengar melalui kontak HandyTalking yang terselip pada pinggang kananku.
'Disini RedOne, ganti.'
ucapku membalas panggilan seraya menekan salah satu tombol pada HandyTalking milikku.
Sedetik berlalu, tanpa disadari tiba-tiba sesosok zombie dengan sebelah mata yang tercongkel hendaklah menaiki atap gedung yang diikuti oleh beberapa zombie lainnya.
Mereka yang telah berhasil menaiki atap gedung hendaklah melangkah maju tatapan mata yang menggambarkan rasa lapar tak terhingga kepada kami berdua.
Dikala aku tengah melangkah mundur dalam rangkah menghindari gigitan para zombie yang hendak memburuku, Secara tidak sengaja langkahku terhentikan setelah sebelah kakiku terperosok dari ketinggian gedung yang memiliki dua lantai tersebut.
Mengetahui akan hal itu Michael segera meraih sebelah tanganku tanpa harus memperdulikan beberapa zombie berdatangan menghampiri kami berdua.
"Bertahanlah!" ucap Michael seraya menggenggam erat pergelangan tanganku.
Sesosok zombie berusaha untuk meraih pundak Michael disaat ia tengah mendorongku yang hampir terjatuh dari tingginya gedung berlantai dua. Aku segera memberikan sebuah peringatan terhadap Michael akan marabahaya yang menjemputnya,
"Michael! Di belakangmu!!" seruku lentang.
Michael tersenyum tanpa menunjukan ekspresi ketakutannya meski ia tahu bahwa salah seorang zombie bisa saja menggigit lehernya hanya dalam hitungan detik.
Michael bersikeras untuk menarik lenganku dengan harapan agar aku tidak terjatuh dari atap gedung tersebut. Hing sesosok zombie membuka mulutnya yang penuh lendir dan hampir saja menggigit leher Michael.
Dari balik hamparan udara terdengarlah suara nyaring yang mampu menyayatkan gendang telinga. Suara itu bukanlah sirene ambulan, bukan juga terompet pemadam kebakaran, melainkan suara desingan peluru yang dihasilkan oleh sebuah senjata api berjeniskan Sniper-lah yang mampu membangunkan seorang bayi dari tidur panjangnya.
*DUUAARK!
Sebuah peluru melesat kencang membela udara pada dinginnya malam yang mencekam, hingga pada akhirnya mendarat pada suatu titik pembidikan dari sang penembak yang telah menekan pelatuk snipernya.
Hanya dalam sekejap mata, sesosok zombie yang hampir menggigit leher Michael harus tertembus peluru pada rongga mulutnya.
Seorang pria misterius dengan sebuah senjata api laras panjang bersendikan sniper Dragon-SVD tampak terlihat fokus dalam membidik diantara zombie yang tengah menghampiri Michael pada atap salah satu gedung bar yang bernamakan Savoy Club.
"Enemy down! Alice, sekarang kau ambil yang kanan dan aku akan ambil yang kiri. Pastikan Helen dan rekan barunya selamat dari infeksi gigitan zombie," perintahnya pada seorang rekan yang tengah membidik targetnya dari balik jendela yang telah pecah.
"Roger that sir!" sahut seorang gadis seraya membidikan snipernya ke atap bar untuk melindungi Michael dan Helen.
-Bersambung-