Chereads / DEAD ZONE Zombie Crisis / Chapter 10 - Wolf Hunter

Chapter 10 - Wolf Hunter

DEAD ZONE

Zombie Crisis

Puluhan zombie telah berhasil di tumbangkan oleh Helen dan rekannya, namun bukan berarti masalah terselesaikan usai mereka menghabisi semua lawannya.

Kini aku harus berhadapan dengan salah seorang pria berkumis tebal yang bernamakan George, salah satu dari anggota Mercenery Ops.

Dengan menunjukan ekspresi kesalnya, ia beranggapan bahwa aku adalah salah satu dari anggota Wolf Hunter.

Wolf Hunter ialah salah satu organisasi sukarelawan yang secara sengaja di pimpin oleh seorang gadis yang bernamakan Jessie Walker, terciptanya Wolf Hunter ialah karena sebuah insiden penembakan yang pernah terjadi pada salah seorang wakil pemimpin pada Mercenery Ops. Insiden penembakan tersebut telah menggegerkan hampir dari seluruh anggota Mercenery. Bagaimana tidak, Helen sang ketua telah di tuduh oleh Jessie sebagai pelaku utama dari peristiwa tersebut. Pro contra mulai terjadi, permusuhan pun kian menyelimuti mereka hingga pada akhirnya Jessie merekrut beberapa anggota Mercenery untuk memberontak kepada Helen Sparingga dan menciptakan organisasi baru yang bernama Wolf Hunter.

Meski Jessie Walker telah tiada, bukan berarti permusuhan antara Mercenery dan Wolf telah berakhir.

Sama halnya dengan insiden penembakan yang telah terjadi pada Jack, mereka juga telah menghadang bala bantuan yang hendak menolong Helen,

"Kau pasti ada hubungannya dengan Jessie Walker! Cuih!" Tidak hanya berkata kasar, namun George juga meludah ke lantai yang dipenuhi oleh genangan darah zombie.

"Michael adalah seorang perwira dari kepolisian Dunhill AS, Tentu saja ia tidak mengerti apapun tentang peristiwa yang telah terjadi kepada kita. Tujuannya ke New Castile adalah untuk mengevakuasi korban yang selamat dari serangan zombie. Lagi pula, waktu kita tidak akan banyak karena sebentar lagi kota ini akan di ledakan oleh nuklir." ujar Helen yang berusaha untuk membelaku.

George terdiam sejenak, seakan ia menyesali semua ucapannya. Namun tiba-tiba ia mengambil sebuah pistol berjeniskan Desert Eagle dari pinggangnya. Aku sempat beransumsi bahwa ia akan segera mengacungkan senjatanya ke arahku, Namun tidak. Anggapanku salah.

Ia segera menyodorkan pistolnya kepadaku sambil berkata,

"Ambil senjata ini dan fungsikan sebaik mungkin. Nyawamu tergantung dari bagaimana kau menggunakannya."

"Selama dua hari kedepan, kita harus segera pergi meninggalkan New Castile dengan rombongan yang cukup besar. Atau, kita akan dihancurkan oleh sekumpulan bom atom milik AS." ucapku seraya mengambil sebuah pistol dari genggaman tangannya.

"Baiklah, dan sekarang kita tidak hanya memiliki satu musuh,  melainkan dua."

"Jessie Walker telah tewas." sahut Helen memotong percakapan.

"Meskipun demikian, beberapa anggotanya yang masih tersisa tetaplah mengawasi di setiap langkah kaki kita. Maka dari itu kita harus tetap waspada." ucapku.

George memalingkan pandangannya ke arah seorang gadis yang tengah berdiri di sampinya,

"Alice, letakan peta pada meja."

"Aku mengerti."

Pada sebuah meja bundar yang terdapat di sebuah gedung bar, disinilah kami yang tengah berkumpul untuk melihat isi peta dari ibukota yang bernama New Castile. Tak hanya itu, Alice mencoba untuk menunjukan berapa titik rawan bagi kami dan bagaimana cara tepat untuk melewatinya.

"Kita harus mengambil jalan yang berbeda agar lolos dari incaran Wolf Hunter, tentunya kita akan membagi menjadi dua team." kata Alice memberikan pengarahan pada kami semua.

"Kenapa harus berpencar? Bukannya kita akan semakin kuat apabila tetap bersama?" jawab George.

"Tidak! Meskipun berpencar, kita tidak bisa berjalan melalui titik lokasi terjadinya penembakan. Terutama pada kawasan gereja Santa Maria dan perempatan GreenField. Aku akan bersama orang baru ini, dan George dengan Helen. "

"Ingat! Satu letusan peluru saja akan berakibat fatal, dikarenakan pemicu datangnya pihak lawan adalah desingan peluru pada senjata kita. Maka dari itu pergunakan senjata api menggunakan peredam suara." ucap Alice sekali lagi.

"Machine gun tidak bisa diberi peredam, lagi pula kita sama sekali tidak memilikinya." sahut Helen.

"Pertanyaan bagus, kau dan George akan pergi ke sebelah timur dan mencari senjata beserta amunisi di kantor polisi yang terletak di jalan Downtown. Sementara aku akan mengawasi orang ini dan pergi ke barat, dimana aku yang akan mencari perlengkapan armor anti-peluru dan obat-obatan di apotik terdekat."

"Kau akan pergi ke arah barat? Itu adalah kawasan Wolf Hunter." ucap George tampak serius pada saat berbicara.

"Aku akan mengambil resikonya, waktu kita terbatas dan harus kembali sebelum fajar." ucap Alice dengan pandangan mata yang kian menyebar mengamati raut wajah kami yang tampak serius pada saat melihat peta dan dena lokasi yang ia tunjukan.

"Aku mengerti, mari kita tinggalkan lokasi sebelum Wolf Hunter mengetahui keberadaan kita." ajak George yang mulai hawatir akan keadaan sekitar.

"Ingat, kita harus berkumpul di pertigaan Wonderland sebelum fajar." Alice mengingatkan Helen dan George.

"Baik!" ucap kami serentak.

-Bersambung-