Chereads / DEAD ZONE Zombie Crisis / Chapter 7 - Penghianatan

Chapter 7 - Penghianatan

DEAD ZONE

Zombie Crisis

™Helen POV™

Beberapa jendela yang telah pecah tidak hanya memantulkan sinar rembulan, namun juga memberikan kesejukan alami pada kesunyian malam yang bertabur gemerlap cahaya bintang.

Aku kembali menelan ludah, mendapati kedua tanganku yang kian gemetar tak beraturan pada saat aku hendak membuka pintu pada ruangan tersebut.

Perlahan kucoba untuk membuka sebuah pintu bernuasa klasik pada sebuah ruangan yang redup akan penerangan dari cahaya bola lampu yang menyinari ruangan tersebut.

Suara redap langkah kaki kembali terdengar pada lantai bernuasa klasik hingga aku tak mampu untuk memberanikan diri memeriksa situasi dari ruangan yang telah temui.

Sesosok gadis berambut pirang sebahu dengan balutan jas merah pada tubuhnya tampak terlihat pada kala ia tengah berjalan menghampiriku dengan acungan senjata api pada genggaman tangannya.

"Pemburuan telah berakhir nona Helen, kini saatnya engkau harus mengakhiri hidupmu sebagai seorang pahlawan kesiangan." sembarinya kepadaku dengan acungan pistol berjeniskan revorver dengan type 50.SW-Colt Anaconda.

Lebih tepatnya, ujung barel dari pistolnya hampir saja menyentuh dahiku hingga aku tak berkutik dibuatnya.

"Dasar penghianat!" geramku kesal dengan sorot mata yang tajam, menatapnya penuh dendam.

Gadis itu bernama Jessie, salah seorang anggota Mercenery yang telah bergabung sejak awal terjadinya insiden penyebaran virus di kota New Castile. Aku sama sekali tidak menyangkah bahwa diriku dapat bertemu dengannya di tempat seperti ini.

Aku menyesal telah merekrutnya, seharusnya aku tidak menolongnya pada saat ia tengah berada didalam kepungan para zombie yang kelaparan pada kala itu.

"Ada satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu mengenai bala bantuan yang telah kau kirim untuk menolongmu, mereka telah menemui ajalnya, sama halnya yang dilakukan oleh mereka terhadap Jack," sembarinya kepadaku dengan acungan pistol yang tengah ia arahkan kepadaku.

"Dan sekarang, kau akan segera menyusul anggotamu di neraka."

sekali lagi ucapan itu terdengar kasar pada saat terdengar oleh gendang telingaku, namun aku tidak boleh bertindak gegabah di saat yang genting seperti ini, atau nyawaku yang menjadi taruhannya.

Aku hanya mampu untuk berharap agar seseorang dapat menolongku. Naas, tiada seorang pun yang dapat kutemui, terkecuali manusia terkutuk yang tengah berdiri tegak di hadapanku. Ia adalah seorang penghianat yang bernama Jessie Walker,

Ia tampak terlihat senang dengan senyuman manis yang menghias pada bibir tipisnya.

Jari telunjuknya yang kini berada di depan pelatuk, seakan menggambarkan detik-detik kematianku.

Secepat mungkin kucoba untuk segera menepis sebelah tangannya dengan sekuat tenaga pada jendela berlapis kaca. Sebuah benturan keras membuat kaca menjadi pecah, hingga tanpa disengaja Jessie pun menjatuhkan pistolnya keluar jendela.

Pecahan kaca telah menyayatkan kulitnya, membuat sebuah luka pada jemari tangannya. Sedikit demi sedikit darah pun tampak terlihat bercucuran pada tangan kanannya.

"Terkuruk kau Helen!" seru Jessie kepadaku.

Entah bagaimana caraku melakukannya, namun yang jelas adalah, pertarungan yang sebenarnya akan segera kumulai untuk mengakhiri hidupnya.

Dengan cepat ia segera melompat ke udara diikuti oleh tendangan memutar pada kaki kanannya yang kian melesat kencang hingga mendarat pada pelipis kananku.

*BRUUAK!

Tendangannya yang keras tak dapat kuhindarkan hingga tubuhku pun terbanting ke dasar lantai yang terdapat pada koridor.

Aku berusaha untuk bangkit, namun Jessie kembali menyerangku dengan injakan yang cukup kuat pada perutku.

*BRAACK!

"Argk!" ringikku kesakitan pada saat spatu hacknya mendarat pada perutku.

Sorot matanya yang dingin memantulkan sinar rembulan, seakan ia berkeinginan untuk mengakhiri hidupku secepatnya.

"Sudah kukatakan berapa kali jika aku akan segera melenyapkanmu dari muka bumi ini, HELENA!"

Ia semakin menekan hack sepatunya pada perutku hingga aku semakin meringik kesakitan. Namun ia tetap berambisi untuk membunuhku.

Tak sangka bahwa suara gaduh yang di timbulkan pada koridor telah mampu untuk mengundang kedatangan Michael yang tengah berjaga di lantai dasar.

Sesaat setelah Michael berhasil melewati anak tangga untuk memeriksa keadaan di lantai dua, kini ia tampak di dikejutkan oleh penyiksaan yang tengah Jessie lakukan terhadapku.

"Apa yang kaulakukan, lepaskan!" bentaknya kasar dengan jari telunjuk yang mengarah pada Jessie.

"Huh! Aku pasti juga akan mengakhiri hidupmu dasar pecundang."

"Lepaskan dia, karena musuhmu yang sebenarnya tengah berdiri di hadapanmu." ucap Michael yang berusaha untuk mengalihkan perhatian Jessie kepadanya.

"Dasar sombong! Kubunuh kau!"

Tanpa banyak bicara ia pun segera berjalan mendekati Michael yang juga melangkah maju untuk menghampirinya.

Tanpa banyak bicara, Michael segera melesatkan sebuah hantaman yang mengarah pada wajah Jessie yang tengah berdiri tegak di hadapannya. Dengan cepat Jessie segera menepis serangan Michael dan membalasnya dengan upercut.

Michael mundur selangkah dan menahan rasa sakit pada dagunya. Tak ingin kehilangan kesempatan, Jessie pun kembali menyerang Michael dengan tendangan yang mengarah pada dada Michael,

*BRACK!

Michael terjatuh dengan posisi terbaring pada lantai bernuasa klasik. Serentak Jessie segera menginjakan sepatu Baiknya pada dada Michael, namun sayang, Michael yang mengetahui pergerakan Jessie segera berguling sehingga injakan itu pun meleset dan mengenai tubuh Michael,

Jessie memberikan kesempatan pada Michael untuk bangkit dan kembali menyerangnya. Naas, usaha kedua Michael untuk mengalahkan Jessie pun tampak sia-sia karena aku tahu bahwa tidak muda untuk mengalahkannya.

Aku mulai teringat pada Jack yang pernah berkata kepadaku bahwa Jessie adalah pemenang lomba Karate semasa SMA-nya.

Beberapa luka lebam tampak terlihat menghias pada wajah Michael, namun ia masih bersikeras untuk tetap melawan Jessie yang berada di depannya.

Berulang kali Michael berusaha untuk melawan. Naas, ia pun sama sekali tak mampu untuk mengalahkan lawannya, hingga pada akhirnya Jessie pun mulai meletakan tangannya pada dagu dan dahi Michael dalam rangkah mematahkan leher lawannya.

Michael merontah, namun Jessie dengan cepat memberikan sebuah pukulan keras pada pelipis sebelah kanan Michael,

Pandangan mataku kian terbelalak pada saat Jessie hendak mengakhiri hidup Michael, hingga pada akhirnya aku pun segera mengambil pecahan kaca dan segera kutancapkan pada leher sebelah kirinya dari balik tubuhnya.

*JLEEB!

Dikala aku yang tengah berhasil menancapkan serpihan kaca lancip yang berukuran 6cm pada lehernya, pada saat itulah ia yang mencoba untuk meronta.

Tak menunggu waktu lama, aku pun semakin mendorong serpihan kaca tersebut agar mampu menembus lehernya lebih dalam. Alhasil kini ia mulai tumbang dengan luka tusuk pada lehernya.

Darah segar berbau amis tampak terlihat deras keluar dari lehernya. Jessie yang kini tengah terbaring pada lantai, ia tampak terlihat sekarat dengan sedikit kejang pada kedua tangannya. Meski ia masih hidup, sudah kupastikan bahwa ia takkan mampu lagi untuk bangkit dan menyerang kami berdua.

Sedangkan Michael, kini ia tengah terbaring lemas dengan kondisi tak sadarkan diri akibat beberapa pukulan yang telah Jessie lakukan terhadapnya.

"Pertarungan ini telah berakhir, namun yang menjadi suatu pertanyaan bagiku ialah, siapakah dia sebenarnya dan apa tujuannya... Entahlah, mungkin suatu saat nanti aku akan mengerti dengan sendirinya." ucapku lega dengan nafas yang masih terengah-engah.

- Bersambung-