Malam kian kelabu, Faeyza merasa sangat lelah hingga memutuskan untuk tidur setelah melakukan sholat sunah dua rakaat serta berdizikir. Sekali lagi seorang pria hadir dalam mimpinya, dan membuatnya semakin kebingungan serta tidak mengerti.
Terlihat dua orang berbaju putih meributkan sesuatu, lalu datang ketiga dan ikut ribut. Dalam mimpi itu Faeyza sangat ketakutan, karena ketiga pria tersebut merebutkan dirinya. Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seorang pria menggunakan kemeja putih juga celana putih, tak lupa di tangan pria tersebut terdapat sebuah tasbih putih melingkar di sela jemarinya.
"Kenapa kamu menarikku?" tanya Faeyza tidak mengerti.
"Kenapa kamu harus berada di tengah ketiganya?" balas pria itu bertanya balik. Gadis itu tidak mengerti hingga mereka berhenti di sebuah tempat kosong mirip gurun namun tidak panas.
"Kamu siapa? Kenapa kamu selalu hadir dalam mimpi ku?" tanya Faeyza.
"Maulana, kamu adalah Istriku. Bukankah memang sudah seharunya aku datang untuk melindungi mu?" balas pria berbaju putih. Seketika Faeyza tersentak dari tidurnya, dia terjaga dan melihat jam di ponselnya. Waktu menunjukkan pukul dua malam, alisnya berkerut melihat betapa banyak pesan masuk dalam ponsel vtersebut. Gadis itu membuka isi pesan tersebut, nomer yang tidak dikenal.
Za, apakah kamu marah pada ku? Aku sungguh tidak tahu kalau ternyata Kak Zein itu tidak bersama ku. Tapi kamu tenang saja, aku sudah menemukannya, dan sekarang dia sudah pulang. Za … kenapa si kamu harus menyukai Kak Zein? Bukankah aku juga tidak kalah tampan?
Syehan Tanvir Mizan …
Jengkel tapi juga penasaran keadaan pria yang selalu mengganggu pikirannya, Faeyza langsung menghubungi nomer tersebut.
Zein baru saja akan melakukan sholat tajahut ketika ponsel miliknya berdering, ia pun mengambil ponsel tersebut lalu menjawab panggilannya."Assalamualaikum."
Jantung gadis itu mulai berdetak yang berbeda hanya mendengar suara pria pujaan hatinya."Walaikumussalam, mas Zein. Maaf, bukankah tadi Tanvir mengirim pesan pada ku menggunakan nomer ini? Jadi aku pikir ini adalah nomer ini adalah nomernya Tanvir," jelasnya salah tingkah.
Zein tersenyum maklum."Benar, tadi Tanvir menggunakan ponsel ku untuk menghubungi Nona Faeyza. Sepertinya dia perduli pada perasaan Nona."
"Anu, mas. Jangan panggil Nona, bagaimana kalau panggil anu …" Faeyza ingin mencari nama yang manis untuk panggilan khusus tapi wajahnya sudah merah sendiri.
"Bagaimana kalau Iza pikirkan dulu? Aku mau sholat tajahut, nanti Iza katakan saja," kata Zein.
"Baik." Faeyza sangat gembira, setelah itu ia menutup panggilan telponnya. Bibirnya tersenyum bahagia."Aku yakin kalau suatu hari nanti mas Zein akan menyukai ku, hah. Ya Allah, sesungguhnya hambamu ini merasa tidak berdaya menghadapi perasaan ini. Bantulah hamba menghadapi perasaan hamba terhadap mas Zein," batinnya brdoa. Setelah itu ia segera turun dari tenpat tidur dan pergi mengambil air wudhu untuk sholat malam.
Mansion Mizuruky …
Tanvir baru saja selesai sholat malam, ia ingat kalau telah menggunakan ponsel milik Zein, karena itu setelah sholat malam langsung pergi ke kamar Kakaknya. Tapi malah bertemu dengan Maulana di koridor, pria enam puluh tahun itu pasti akan ceramah agama lagi.
"Tanvir, malam-malam begini kamu mau kemana?" tanya Maulana memperhatikan buah hatinya tersebut.
"A… aku ingin ke kamar kak Zein, Ayah. Kebetulan ada yang belum ku pahami soal wanita, jadi aku mau bertanya pada Kakak. Karena … aku pikir Kak Zein sangat ahli," jelas Zein membuat Maulana mengerutkan kening.
"Apakah menurut mu Zein itu itu pakar cinta? Kalau mencari cinta Allah, Zein itu memang sangat suka, tapi kalau urusan wanita … Ayah rasa kamu jagonya," balas Maulana membuat pria tiga puluh tahun itu geram sendiri.
"Ayah, mana boleh Ayah bicara seperti itu. Ya, memang aku ini selalu mendapatkan perhatian para wanita, tapi Kak Zein juga tidak kalah dari ku. Ayah tahu bukan? Anak Ayah itu semua menjadi pusat perhatian karena tampan dan baik hati," balas Tanvir sedikit jengkel, rasanya ingin mencakar wajah rupawan pria berumur tersebut.
"Tanvir, Allah tidak pernah menilai seorang hamba dari bentuk rupa, melainkan karena iman dan taqwa kita. Sepertinya Ayah harus mengulang Ayat tentang hal itu," kata Maulana memberikan teguran halus pada putra keduanya.
"Tidak usah, Ayah. Aku mengerti kok, aku hanya ingin bertemu Kak Zein saja, kenapa Ayah terlihat tidak suk? Aku tahu aku telah melakukan kesalahan, aku tidak seharusnya melupakan Kak Zein. Tapi Ayah … apakah Kak Zein punya riwayat penyakit jantung?" tolak Tanvir sekaligus menjelaskan dan bertanya.
Maulana melangkah menuju ruang kerjanya, Tanvir tersenyum jengkel melihat sikap Ayahnya tersebut. Niat hati ingin bertemu dengan sang Kakak malah batal dan menuruti rasa penasarannya menemui Ayahnya.
Setelah sholat malam, Faeyza segera mengambil ponsel dan menghubungi Zein, ia sangat senang mendengar suara pria lembut tersebut.
"Assalamualaikum."
"Walaikumussalam, mas Zein. Mas, bisa tafsir mimpi tidak?" tanya Faeyza, ia merangkat ke atas tempat tidur lalu memeluk bantal seolah itu adalah pria yang disayanginya
"Mm, mas sebenarnya tidak terlalu yakin. Tapi … kalau Iza mau cerita, Insya Allah mas akan memberi pengertian menurut kemampuan mas," balas Zein, ia menyandarkan punggungnya di dipan menahan nyeri dan sesak dalam dadanya.
Faeyza tersenyum sendiri, ia sangat senang dan ingin selalu bicara dengan pria rupawan tersebut."Tadi aku bermimpi bertemu dengan pria itu lagi, mas. Perasaan dalam mimpi ku aku seperti berada dalam suatu tempat, di sana ada tiga orang berbaju putih mirip seragam SMA. Mereka seperti sedang meributkan sesuatu, tiba-tiba mas Zein datang dan menarik tangan ku. Mas bilang aku tidak perlu berada di tengah mereka."
"Aku?" ulang Zein, ia tidak merasa kalau telah pergi kemana pun. Mana mungkin dirinya bisa masuk ke dalam mimpi orang.
"Iya, aku sangat yakin kalau itu adalah mas Zein. Karena orang itu … memiliki rasa yang sama dalam hati ku," tegas Faeyza.
Uhuk …
Uhuk …
"Mas Zein sakit?" tanya Faeyza khawatir.
Zein menyerngit menahan nyeri dan sesak semakin tak tertahan."Tidak, aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, sudah berapa lama kamu mimpi seperti ini? Apakah kamu melihat dengan jelas kalau sosok dalam mimpi mu itu adalah aku?"
"Tidak begitu, karena dia tinggi. Aku hanya sebatas dada, sama seperti ketika aku berdiri di samping mas Zein. Tapi aku yakin kalau itu mas Zein, karena dia sendiri menyebut nama mas," jawab Faeyza penuh keyakinan.
"Iza, ada dua kemungkinan. Pertama, sosok yang ada dalam mimpimu itu adalah raja jin yang sengaja menyamar menjadi sosok pria rupawan sama seperti impian dalam hatimu. Yang kedua, mungkin saja sosok tersebut adalah petunjuk dari Allah bahwa nanti kamu akan menikah dengan seorang yang berhati mulia dan memang pria itu adalah jodohmu. Dulu … Kanjeng Nabi Muhammad, menikah dengan Siti Aisyah karena beliau sering memimpikannya. Yang terpenting sekarang kamu sering berdoa dan memohon ampunan serta petunjuk pada Allah dalam sholat istikhoroh," jelas Zein lembut dan penuh kesabaran, namun keringat sudah membanjiri keningnya saat rasa nyeri dan sesak terus menghajar jantungnya.