Cklek ...
Fira sangat tidak sabar bertemu dengan putra pertamanya hingga membuka pintu kamar sang buah hati tanpa mengetuk pintu.
" Aaah..."
Zein terkejut mendengar suara teriakan Ibunya, ia pun mengurungkan niat membuka bajunya karena tak ingin mengejutkan wanita yang telah melahirkan dirinya tersebut.
" Ibu, maaf." Dia berjalan menghampiri Fira lalu memeluk tubuh ringkih tersebut, rindu kian menggebu hampir 2 tahun mereka tidak bertemu, rasanya sangat bahagia saat berjumpa.
Fira membalas pelukan buah hatinya tersebut." Zein, Ibu sangat merindukan mu. Kenapa kamu baru kembali, apa kamu tahu? Adikmu kasihan harus menjalankan dua perusahaan sekaligus. Ayah mu juga membantunya, mereka selalu saja ribut."
" Iya, Ibu. Zein minta maaf, Zein kembali. Zein tidak akan membuat Ibu sedih lagi." Zein Ekky Maulana melepaskan pelukannya, ia menatap paras cantik sekalipun sudah berumur.
" Iya, Zein. Ibu berharap kamu tidak akan pernah meninggalkan kita semua lagi, tapi ... Tadi kamu mau apa?" Tanya Fira penasaran, padahal jelas-jelas buah hatinya itu ingin ganti baju tapi masih saja bertanya.
" Aku ingin melepaskan pakaian, karena ingin menggantinya dengan yang lain. Sebenarnya tidak masalah kalau Ibu masuk, tidak ada dosa juga kalau aku berganti baju di depan Ibu ku sendiri bukan?" Balas Zein lembut.
" Pasti tadi pikiran Ibu sudah liar, Ibu mikir itu adalah saat Ayah masih muda," sahut Tanvir yang kebetulan lewat situ.
Fira mendelik galak, ia menarik tangan putra keduanya tersebut lalu mencubit pinggangnya.
" Adaw ..."
Tanvir mengaduh kesakitan." Ibu, sakit."
" Mangkanya jangan sembarang bicara! Tadi itu Ibu pikir kalau Zein itu adalah orang lain, Ibu kaget pas mau buka lihat orang mau membuka baju," omel Fira.
" Ya, Ibu. Ini itu kamar Kakak Zein, kenapa Ibu ingin membukanya tanpa mengetuk pintu? Lagipula anak-anak Ibu itu bukan anak usia 7 tahun, jadi jangan main bukak lah," balas Tanvir tidak kalah galak.
" Kamu sudah berani ya berkata galak sama Ibu, Ibu akan bilang pada Ayahmu." Fira ngambek lalu membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan buah hatinya tersebut.
Zein dan Tanvir menggelengkan kepala, wanita satu itu sangat mudah tersinggung hanya Ayahnya yang mampu m mengatasi sikap manja sang Ibu.
" Lihatlah, Ibu semakin sensitif. Orang mana yang akan tahan dengan sikap Ibu," gerutu Tanvir.
" Jangan seperti itu, Ibu adalah orang yang telah berjuang melahirkan kita. Membesarkan kita, menangis bila kita terluka. Aku yakin Ibu hanya tidak ingin kita bersikap kasar padanya, kamu harus lebih sabar," kata Zein memberi nasehat.
" Aku tahu, tapi kalau Ibu sudah mengadu pada Ayah. Ayah akan berceramah, menurut Kakak kenapa aku bisa hafal? Itu karena Ayah yang sangat suka ceramah," balas Tanvir frustasi membayangkan Maulana datang dan mulai berceramah.
Zein tersenyum maklum, dirinya pun juga diperintahkan menghafal serta melakukannya saat masih kecil tapi juga tidak mengeluh." Baiklah, bagaimana kabar mu dengan Faeyza?"
" Kak Zein serius tidak pernah bermimpi bertemu dengan Faeyza?" Tanya Tanvir memastikan.
" Aku juga tidak ingat kalau aku pernah bermimpi, sudahlah kalau kamu memiliki rasa terhadapnya, maka kamu harus mendekatinya dengan cara yang baik. Kalau perlu minta Ayah dan Ibu melamarnya," jawab Zein.
" Kakak benar, baiklah malam ini Kakak ikut dengan ku ke rumahnya. Aku akan membawa cincin." Tanvir tersenyum penuh kebahagiaan, setelah itu ia melangkahkan kakinya memasuki kamar.
Zein tersenyum tipis, ia kembali masuk ke dalam kamarnya.
***
Allahu Akbar ....
Allahu Akbar....
Suara adzan magrib berkumandang menggema dari setiap masjid, waktunya untuk pergi ke masjid melakukan kewajiban sebagai umat Islam.
Faeyza berjalan menuju masjid sambil membawa kitab suci Al-Qur'an di tangannya.
" Za, bagaimana? Apakah sudah bertemu dengan sosok pria dalam mimpimu itu?" Tanya Fifa, dia adalah teman sekampung Faeyza. Mereka memang akrab dan gadis itu selalu diajak bercerita tentang sosok pria dalam mimpi.
" Bagaimana ya, Fa. Sebenarnya si sudah, tapi Zein sama sekali tidak ingat kalau pernah bertemu dengan ku dalam mimpi," jawab Faeyza murung, ia padahal telah berharap dan sangat senang.
" Zein? Jadi namanya Zein, apa jangan-jangan sebenarnya pria itu adalah Jin?" Balas Fifa, dia merasa aneh saja. Bertemu dengan seorang pria dalam mimpi tapi saat bertemu ternyata orang itu justru tidak merasa kenal.
" Bukan koo, sudahlah lebih baik kita sholat dulu," kata Faeyza tidak ingin lagi membahas soal pria dalam mimpi.
***
"Nabi Muhammad mengelompokkan jenis mimpi menjadi tiga bagian. Hal ini berdasarkan dalam salah satu hadits, beliau bersabda:
وَالرُّؤْيَا ثَلَاثٌ، الحَسَنَةُ بُشْرَى مِنَ اللَّهِ، وَالرُّؤْيَا يُحَدِّثُ الرَّجُلُ بِهَا نَفْسَهُ، وَالرُّؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ
Artinya: "Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapapun, berdirilah dan shalatlah!." (HR Muslim). Seperti yang sudah dialami oleh teman mu itu, Tanvir. Sebelum menafsirkan mimpinya, kamu harus tahu dulu apa yang dilakukan sebelum dia tidur. Misalnya ... Apakah dia sedang nonton apa hingga terbawa dalam mimpi, atau saat dia sedang berdzikir tiba-tiba tertidur hingga mimpi seperti itu. Karena mimpi teman mu itu sangat aneh hingga tidak mudah untuk disimpulkan." Maulana menjelaskan sesuai permintaan putra keduanya.
Zein melirik Adiknya, pria itu terlihat mengerutkan kedua alisnya." Mungkin sekarang Tanvir berpikir kalau gadis itu sedang memimpikan calon suaminya," batinnya.
" Ayah, menurut Ayah, apakah Ayah akan percaya kalau misalnya ada seseorang yang bertemu dengan seorang pria dalam mimpi?" Tanya Tanvir.
" Kenapa? Jika memang mimpinya itu benar, Ayah akan percaya. Seperti mimpi Ibu mu yang sedang menjadikan"adik" Ayah pegangan saat tidur," jawab Maulana melirik Istrinya.
Fira melotot tajam, pria satu itu selalu saja jahil. Jelas-jelas itu karena tidak sengaja, mana mungkin dirinya akan sengaja menyentuh barang seorang pria saat tidak.
" Jangan percaya! Ayahmu itu tukang fitnah, Ibu bukan wanita murahan yang selalu menggoda pria," sewotnya.
Tanvir dan Zain menahan senyum melihat keromantisan kedua orang tuanya tersebut, meski sudah berumur tapi mereka tetap mesrah. Bahkan Ayahnya itu selalu punya waktu untuk menjahili Ibunya.
" Mana ada aku tukang fitnah, Sayang. Bukankah semalam karena jari mungilmu itu aku sampai tidak bisa pergi ke toilet?" Maulana kembali meneruskan ucapannya, padahal yang dimaksud karena semalam Fira ketakutan akibat mimpi buruk hingga terus menggenggam tangan miliknya saat dia ingin pergi ke toilet.
" Apa? Jadi semalaman"anunya" Ayah terus berada di tangan Ibu?" Wajah Tanvir berubah merah membayangkan saat benda miliknya mendapatkan sentuhan dari seorang wanita.