Chereads / Kebencian Yang Penuh Cinta / Chapter 112 - Karena Hati tak Bisa berbohong.

Chapter 112 - Karena Hati tak Bisa berbohong.

Kirana memilih meninggalkan Raihan saat itu juga dia tidak ingin menjawab ucapan Raihan yang terakhir.

"mbaa, urusan dengan pak Raihan udah?" tanya Lidya melihat Kirana sudah kembali. "sudah" sahut Kirana datar. Wajah nya masih kesal bercampur gugup saat menghadapi Raihan tadi. Lidya dan Winda dapat menangkap secara jelas. "mba Baik baik aja?" sahut Winda. "iyaa, ayoo kita ikuti mereka, agar pekerjaan ini segera selesai" sahut Kirana dan berdiri dari meja tempat Lidya dan Winda menunggu nya.

Selama proses awal peninjauan lokasi apartemen Kirana terlihat serius, dia benar benar larut dalam pekerjaan nya. Lidya bisa melihat jika Kirana seperti ini itu artinya kondisi nya benar benar tertekan sehingga bekerjalah menjadi pelampiasan nya. Tak terasa jam menunjukkan pukul 5 sore, untuk hari ini pun selesai dan akan di lanjutkan besok.

"ibu Kirana benar benar hebat, konsep nya dalam sehari sudah hampir rampung, besok hanya tinggal finishing saja seperti nya ini" ucap Kepala tim. "itu sudah tanggung jawab saya Pak" sahut Kirana merendah. "baiklah kami duluan pak" jawab Kirana dan meninggalkan lokasi apartemen tersebut.

"saya akan kembali ke kantor , kalian pulang saja," ucap Kirana ketika tiba diparkiran mobil. "mba, beneran mau lembur, rasanya nggak ada pekerjaan yang tertunda mba?" sahut Lidya mencoba mencegah Kirana. "saya akan menyelesaikan dan mematangkan konsep ini jadi besok tinggal finishing dan kita tak perlu lagi kesini" sahut Kirana dingin. "Baa, baik mba" sahut Lidya mengerti.

~~~~~~~```~~~~~~

Akhirnya Kirana kembali ke kantor nya. Kantor tentu sudah kosong, memang masih ada beberapa divisi yang tinggal, tapi bisa dihitung pakai jari, dan ini pertama kali nya Kirana lembur.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, dan Kirana masih didepan komputer nya. "selesai, besok tinggal pengaplikasian dan urusan dengan Kaviandra pun berkahir" gumamnya. Bersamaan dengan itu handphone nya berdering.

"Farhan Pratama Calling....."

Kirana mengerjitkan dahi nya Bingung, 'tumben dia berani menelpon ku' batin Kirana.

"assalamualaikum" ucap Kirana menjawab telepon nya.

"waalaikum Salaam Kii" Farhan

"kamu masih dikantor yaa?" lanjutnya dari sebrang telpon.

"iyaa, ada apa?" sahut Kirana

"ibu menelpon ku karena dia khawatir pada mu, tidak biasa nya kamu lembur" ucap Farhan sebenarnya dia lah yang khawatir.

"aku bukan anak kecil, jadi aku bisa menjaga diri ku, apa ada lagi"

"jam berapa kamu akan pulang?"

"belum tahu"

"kalau kemalaman, telpon aku, aku akan mengantarmu"

"tidak perlu terima kasih"

"baik lah , hati hati"

"..."

"assalamualaikum"

"waalaikum Salaam" dan telpon pun terputus.

"hufffftttt" Kirana mengeluarkan nafas panjang nya. "terima kasih Farhan" gumam nya seraya menatap kearah handphone nya.

Jam menunjukkan pukul 8 malam saat Kirana meninggal kan ruangan nya, ketika diparkiran mobil dia dikejutkan dengan cahaya lampu yang menyinari tepat dihadapan nya.

Dia silau dengan cahaya itu sehingga tak bisa melihat siapa yang sengaja melakukan nya, dia hanya melihat sosok laki laki berjas dan tinggi berjalan ke arah nya.

"Raihan" pekik nya kaget melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.

"kenapa kamu bisa ada disini" ucap Kirana lagi

"karena kamu disini" sahut Raihan ringan.

"cukup Rai, aku dan kamu tidak memiliki hubungan apapun lagi" ucap Kirana tegas

"maka dari itu aku mau kita kembali seperti dulu" sahut Raihan tegas.

"maaf Rai, aku tidak bisa" ucap Kirana menurunkan nada suaranya. "kenapa Kii?" sahut Raihan tak terima dengan ucapan Kirana, dia pun menarik lengan Kirana dan Semakin dekat nya.

"Rai, lepas, ini Kantor ku bagaiamana jika ada yang melihat," ucap Kirana berusaha melepas tangan nya dari genggaman Raihan. Raihan tentu tak bergeming. "Rai lepas" ucap Kirana lagi. Raihan masih enggan melepas tangan Kirana. Sampai sebuah suara dari belakang Kirana mengagetkan mereka.

"lepaskan"

Tentu saja Kirana mengenal suara itu, dengan cepat dia menoleh kebelakang. "Farhan" gumam nya keget, 'itu benar benar Farhan' batin Kirana.

"kamu, ini bukan urusan kamu" sahut Raihan dingin yang juga kenal jelas dengan Farhan.

"kamu menyakiti nya" ucap Farhan seraya melepaskan genggaman Raihan dan menarik Kirana kebelakang nya, memberikan nya perlindungan. Kirana kaget melihat sikap Farhan, namun ntah mengapa hati nya begitu Bahagia dengan kehadiran Farhan.

"aku memiliki urusan dengan Kirana, jadi sebaiknya anda jangan ikut campur" ucap Raihan dingin.

"saya tidak akan ikut campur jika anda tidak memaksanya" sahut Farhan tenang. Iya Farhan sehabis menelpon Kirana memang langsung menuju kekantor Kirana, untuk menunggu nya, dia khwatir pada Kirana dan ingin memastikan Kirana kembali kerumah dengan selamat sehingga dia dapat menyaksikan apa yang terjadi sedari tadi, awal nya dia ingin meninggalkan Kirana ketika melihat Raihan, namun melihat Kirana dalam kondisi terdesak Farhan pun turun dari mobil dan menghentikan Raihan.

"Kirana kita harus bicara" ucap Raihan ke Kirana.

"tidak ada lagi yang harus kita bicarakan , kamu sudah tau Jawabannya" sahut Kirana dari balik badan Farhan.

"baik, jawab satu pertanyaan ku," ucap Raihan tegas. "apa?" sahut Kirana cepat. "apa kamu mencintai nya?" pertanyaan Raihan akhirnya keluar tepat dihadapan Farhan, Raihan ingin tahu alasan Kirana menolak nya padahal jelas jelas ada Raka di antara mereka, tapi kenapa Kirana tak mau kembali padanya, akhirnya dia menyadari setelah melihat kehadiran Farhan disini. "jawaban mu akan menentukan sikap ku Kirana" lanjut Raihan menuntut jawaban Kirana. Mendengar pertanyaan Raihan, hati Farhan berdetak tak karuan , dia kaget mendengar pertanyaannya itu, bagaiamana bisa Raihan bertanya, begitu jelas Kirana selama ini hanya mencintai Raihan, ya setidaknya itu lah yang dipikirkan Farhan selama ini. Kirana lebih kaget lagi dengan pertanyaan itu, dia tak pernah berpikir Raihan akan mengeluarkan pertanyaan seperti itu, jika saja pertanyaan 'apa kamu masih mencintai ku' maka Kirana akan menjawab dengan tegas 'tidak', tapi mengapa mendengar pertanyaannya Raihan ini seharusnya Kirana pun tidak akan sulit menjawab nya 'tidak' harusnya itu lah jawabannya , tapi kenapa seolah hati nya menolak jawaban itu. Lidah nya membeku tak mampu bersuara. Kirana diam membatu dia bergumul dengan pikiran dan batin nya.

"yaa, aku mencintai nya" .....