'Tidak adakah yang ingin kau sampaikan kepada ku?' pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Raihan, dia menuntut sebuah penjelasan dari Kirana. Wanita yang menghancurkan hatinya, menghancurkan harapannya, wanita yang membuat nya menjadi seperti ini, Raihan membenci Kirana, namun sebesar apapun kebencian nya, tak akan pernah mengalahkan rasa cintanya pada wanita ini, wanita yang dia pikir telah mengkhianati nya, menyerahkan keperawanannya pada diri nya namun. meninggalkan nya begitu saja. Itu lah pikiran Raihan selama ini.
Kirana enggan berpikir bahwa pertanyaan Raihan adalah sebuah hal di luar pekerjaan, maka dengan profesional Kirana membalik badannya dan mengahadap dengan sopan ke arah Raihan. "saya rasa mengenai pekerjaan sudah selesai pak, anda tidak mengajukan pertanyaan, jadi saya pun tidak ada hal lain lagi yang akan saya sampaikan" ucap nya dengan wajah dingin dan tegas. 'deghhhh' 'benarkah ini Kirana,', batin Raihan. Raihan dapat melihat ekspresi dingin Kirana di wajah cantiknya. Raihan diam dalam pikirannya sendiri. "Saya permisi pak" lanjut Kirana dan menuju ke pintu untuk keluar. Saat dia meraih Knoop Pintu , tangannya di tahan oleh sebuah tangan yang kekar, kini tangan itu berada diatas tangannya sedang memegang knop pintu, spontan Kirana mengalihkan pandangannya ke samping melihat tak percaya apa yang sedang di lakukan Raihan, tatapan mereka saling mengunci, namun dengan cepat Kirana menarik tangan dan pandangan nya. "maaf pak, apa ada masalah?" ucap Kirana seprofesional mungkin.
"mau sampai kapan kau terus berlari dari ku, di lobby kantor mu , di restoran dan di kafetaria" ucap Raihan dengan nada dingin. jlebbbbbb' 'apa apaan ini, apakah dia , dia mengenali ku selama ini'
Flash back Raihan*
Saat pertama kali Raihan akan menemui Evan di kantor nya, Evan yang bersama Kirana keluar dari lift , saat itu Kirana hanya menunduk dan tak melihat sekitar nya, dari jauh Raihan sudah mengenali Kirana, namun saat mendekat ternyata Kirana mengetahui kehadiran Raihan, dan berlari , kemudian saat di restoran, di hari yang sama Raihan ingin ke toilet matanya sekilas kembali melihat Kirana yang kembali menghindari nya, kemudian di kafetaria kantor saat berjanji bertemu dengan Evan, Raihan kembali mengetahui kehadiran Kirana yang lagi lagi menghindari nya, saat itu lah Raihan mengajukan kerja sama dengan Evan , tujuan sebenarnya adalah untuk bertemu dengan Kirana seperti ini.
Flash back End*
"kenapa diam,?" lanjut Raihan dengan nada yang dingin. Dia tak menyangka bahwa Kirana terus berlari dari nya dan bahkan saat sudah seperti ini Kirana malah berusaha kembali menghindari nya dan yang membuat dia tak percaya adalah, perubahan sikap Kirana. Kirana yang dia kenal wanita yang hangat, tapi wanita yang di hadapan nya sekarang sangat lah dingin.
"maaf pak, saya rasa urusan pekerjaan sudah selesai, tidak ada alasan untuk saya tetap berada disini" sahut Kirana mengalihkan pertanyaan Raihan. Raihan mendengar itu menjadi geram dan tak bisa menahan emosi nya lagi.
"tidak kah kau merasa bersalah pada ku Kirana?" ucap Raihan akhirnya.
Mendengar kata 'merasa bersalah' membuat hati Kirana yang tadinya sudah tak karuan kini menjadi mendidih 'iya aku memang bersalah, namun tau kah kamu bagaimana keadaan ku saat kau menghilang begitu saja, tahu kah kamu perasaan ku saat mendengar suara wanita lain menjawab telpon mu, tau kah kamu betapa berat nya aku menjalani kehamilan ku yang penuh rasa bersalah dan berdosa, tau kah kamu betapa sakit nya melihat anak ku yang selalu mendambakan sosok 'papa' nya, tau kah kamu sakitnya menyembunyikan jati diri anak mu sendiri, dan tau kah kamu betapa berat nya aku melalui semua ini ,,' tentu itu hanya batin Kirana yang berteriak dia tak mampu mengeluarkan nya. Kirana ingin menangis namun sungguh dia lagi lagi mampu mengendalikan nya.
Baik Kirana maupun Raihan memendam rasa sakit mereka masing masing, salah Paham, dan keegoisan keduanya ,akan kah ada jalan keduanya untuk meluruskan nya, 'sulit' itu lah Faktanya.