Setelah pertemuan nya dengan Raihan tadi tak mungkin untuk Kirana kembali ke kantor dengan keadaan nya sekarang, tohh pekerjaan nya Sudah selesai. Kirana ingin menangis , Kirana ingin menenangkan dirinya. Dia pun memutuskan untuk pulang kerumahnya.
"haloo Lidya, saya merasa tidak enak badan , jadi saya memutuskan untuk pulang, tolong handle pekerja yang lain yaa" Kirana menelpon Lidya untuk memberi tahu keberadaan nya.
Begitu tiba di rumah dia melihat Raka sedang bermain bersama Yusuf .
"mama pulang" ucap Raka riang,
melihat Raka Kirana tak bisa menahan air matanya lagi, dengan air mata yang mulai mengalir dia merespon Raka, "sayang, mama lelah sekali , Raka main sama om Yusuf aja ya" ucap Kirana dengan suara yang hampir terisak, Raka hanya meangguk bingung melihat mama nya itu, sedang kan Kirana dengan cepat masuk kedalam kamar nya. Yusuf melihat kakak nya, dia tahu kakak nya sedang menangis "om mama menangis ya ?" ucap Raka polos "ohhh, nggak sayang , mama kan tadi bilang mama lelah, kitaa main lagi ajaa yookk" ucap Yusuf menenangkan keponakannya itu.
~~~~~~~_~~~~~~
Didalam kamar Kirana menangis sejadi jadinya, dia tak bisa menahan perasaan nya lagi, sakit, perasaan sakit lah yang kembali Kirana rasakan.
"kenapa Rai, kenapa kamu begitu egoiss, kenapa kamu hanya memikir kan diri mu sendiri, hanya memikirkan rasa sakit mu saja, tidak kah kamu bisa melihat betapa sakit nya aku , tidak kah kamu bisa melihat betapa menderitanya aku, tahu kah kamu bahkan sakit yang kurasakan berkali kali lipat dari yang kamu rasakan" gumam Kirana. Kirana membutuhkan sahabat nya Resty namun sayang Resty masih di Jakarta karena harus mendampingi Suaminya yang lagi berkompetisi. Saat ini Kirana hanya bisa menangis seorang diri. terus menangis cukup lama, sadar tentu tidak.
Kirana menghentikan tangisnya ketika kamar nya di ketuk..
'tookkkk'tookkkk' "Kii, kamu kok nggak keluar makan malam" itu suara ibu nya. Kirana melihat kearah jam dinding "astagaaa jam 8 malam" ntah berapa lama dia menangis, dia pun bangkit dari tempat tidur nya, bercermin , 'astaga Kirana kacau nya dirimu' ,, merasa tak dapat jawaban ibu nya kembali berteriak "Kii, kamu tidur?" ucap ibunya. Kirana bingung dia harus beraalasan apa ke ibu nya dengan kondisi mata yang sangat bengkak bahkan dia belum mengganti pakaian kerjanya. Masih dalam kebingungannya Kirana mendengar suara Yusuf "Bu, biarain deh kakak istirahat, tadi kelihatan lelah banget, kali aja dia juga sudah makan kan di luar," ucap Yusuf ke ibu nya. Diam beberapa saat Kirana memastikan ibu nya tidak bersuara lagi,, Kirana pun merasa lega karena tak perlu membuka pintu.
~~~~~~~:_:~~~~~~~
"Jadi dia Manger di perusahaan Evan sahabat semasa kuliah mu?" itu Suara Denny sahabat Raihan dari SMA kedekatan nya sama seperti Kirana dan Resty, "hmmm" ucap Raihan singkat seraya mengambil minuman dari dalam kulkas.
"terus, apa kalian sudah bicara?" tanya Denny
bukan nya menjawab pertanyaan Denny Raihan malah berbalik bertanya "ehh ,, apa kau tau dia sudah bercerai?" tanya Raihan, "ohh tentu, karena aku satu kampus dengan nya" Jawab Denny santai 'bugghhhh' ',, "auuu, sakit Han" pekik Denny karena Raihan meninju perut nya "kenapa kau tak memberi tahu ku" sahut Raihan cepat. "setiap kali kita berkomunikasi lewat telpon saat kau kuliah di London aku selalu ingin memberi tahu mu, tapi kau selalu menolak bahkan kadang langsung memutuskan telpon mu, jadi menurut mu apa aku bisa berbicara saat itu" jelas Denny. Ya saat itu Raihan masih sangat marah dengan Kirana. "tapi dia masuk di tahun ke-2 setelah kelulusan SMA nya, dan dia sudah bercerai saat itu , pernikahan nya tak sampai setahun , tapi anehnya mereka memiliki seorang Putra, yaa walaupun bayi nya lahir prematur tapi tetap saja aneh menurut ku" jelas Denny, "apa alasan mereka bercerai?" tanya Raihan cepat "Suami nya mabuk saat itu dan tidur dengan Wanita lain, dan parah nya Kirana memergoki nya sendiri, sebenarnya kata anak anak suami nya Baik banget lohh, sayang banget sama Kirana, nahh, saat mabuk kemungkinan dia di jebak gitu" ucap Denny berapi api. akhir nya Denny terus bercerita tentang Kirana saat kuliah, "dia termasuk populer karena memang kecantikan nya yang natural, serta body nya yang tak berubah meski sudah memiliki anak, dan tentu masih sepintar waktu SMA. tapi itu, sikap nya sangat dingin, dan dia cenderung menyendiri tak seperti saat SMA yang ceria, cerewet dan humble, sekarang dia benar benar dingin dan tak segan menolak bahkan sebelum cowok itu memulai usahanya. Dia berubah drastis" jelas Denny.
Raihan terpaku mendengar cerita Denny, dia ingin mencerna Semuanya, dia pun memilih masuk kedalam kamar nya. "eitsss main pergi aja, aku tidur disini yaa" teriak Denny, Raihan hanya mengangkat tangannya 'arti nya terserah'.
"punya apartemen segede gini tinggal sendiri, cari bini loe" teriak Denny lagi, namun Raihan sudah masuk kedalam kamar nya.
Didalam kamar nya Raihan membuka sebuah buku, dan ternyata didalamnya ada foto Kirana, Foto saat Kirana memasak di dapur rumahnya tentu bersama mami nya Raihan. namun Raihan hanya meng-candid Kirana. Dia memandangi foto itu tajam "senyum yang indah" gumamnya seraya tersenyum memandang foto itu. Dia kembali mengingat semua kejadian di kantor , dan mengingat pertemuan nya dengan Kirana tadi siang , serta cerita Denny. akhirnya Raihan menarik satu garis, Kirana memang sudah berubah, dia bukan Kirana yang hangat seperti saat bersama nya dulu, dan alasan paling logis saat ini adalah itu karena perceraian nya. Namun Raihan merasa ada sesuatu yang masih mengganjal tentang Kirana, merasa bahwa Kirana memiliki beban lebih dari itu. Dan ada yang Kirana sembunyi kan dari nya , bukan bahkan dari dunia. Ya Raihan tau dan sadar perasaan nya ke Kirana tak berubah dan mungkin tak akan berubah. Namun kali ini dia masih bimbang 'apakah akan membuat Kirana kembali padanya ?' terlebih mendapatkan sifat Kirana yang kini berubah dingin dan Evan, ya sahabat nya itu telah memberi tahukan nya bahwa wanita yang dia cintai adalah Kirana. Namun satu hal yang pasti ada sesuatu di diri Kirana yang ingin Raihan ketahui ntah itu apa, Raihan hanya merasa harus mencari tahu tentang Kirana yang sekarang.