Kirana kembali sibuk dengan pekerjaannya, dia memilih menghabiskan waktunya di kantor untuk bekerja agar dia melupakan semua gejolak pikiran dan hati nya, dan itu berhasil , hingga waktu makan siang nya pun dia lupakan.
"Win,, makan siang bareng yukk" ajak Lidya ke Winda salah satu staff promosi di Divisi Kirana. "lohh biasa nya loe bareng manager, kok tumben?" tanya Winda, "yahhh gitu dehh, kaya nggak tau mba Kirana aja, tapi aku kasian dehh , akhir akhir ini dia terlihat makin kejam sama diri nya sendiri," cerita Lidya ,, "pusing kali dia mikirin mana yang harus dia pilih , secara banyak banget antrian cowok yang menanti nya" sahut Winda "aku yakin bukan itu permasalahan nya, mba Kirana nggak akan pernah mempedulikan cowok cowok itu apalagi sampai jadi beban nya, aku yakin ada sesuatu yang membuat nya seperti ini" curhat Lidya, Winda pun hanya meangguk angguk paham mendengar ucapan Lidya. "eheeemmmm" suara deheman menghentikan Obrolan mereka "ehh, selamat siang Pak Evan" "siang Pak" , sapa Lidya dan Winda bergantian mereka sangat kaget dan terkejut melihat Bos besar nya ada di Divisi mereka. Namun ternyata Raihan ada bersama Evan saat itu dan mendengar semua nya. Raihan memang berada di kantor Evan untuk masalah pekerjaan. Evan berhenti sejenak karena mendengar obrolan mereka yang menyangkut Kirana, dan Raihan dalam diam nya dan ekspresi tak terbaca nya juga tentu tertarik. Namun ternyata setelah beedehem, Evan dan Raihan hanya berlalu begitu saja. "wahh apa itu tadi Raihan dari Group Kaviandra?" tanya Winda menatap kepergian Evan dan Raihan. "iyaaa, seperti nya itu" sahut Lidya tak kalah kagum. "wahhhh, mereka benar benar seperti dewa Apollo yaa , sungguh luar biasa" sahut Winda tak berkedip memandang kedua orang itu.
"eheemmm" lagi lagi suaran deheman mengagetkan kedua nya. "yaa ampunn mba" sahut Lidya menyadari siapa yang berdehem. "mba Kirana ngagetin kami aja" timpal Winda. "ya kalian ngapain bengong dengan mulut kebuka gitu" sahut Kirana acuh. "kami habis mandangin 2 jelmaan dewa Apollo mba" sahut Winda sambil nyengir. Kirana pun tersenyum menanggapi lelucon ke-dua bawahannya itu. "kalau gitu anggap aja sekarang kalian lagi ngelihat Dewi Afrodit ya" sahut nya dengan tersenyum manis menanggapi lelucon Lidya dan Winda. Keduanya tertegun melihat senyum Kirana yang jarang terlihat itu , 'sangat cantik dan benar benar bersinar' batin Winda, "sudah lupakan tentang lelucon dewa kalian, aku mau keluar Melihat langsung persiapan pihak marketing untuk promosi produk dengan pihak Pemerintah dan satu lagi, konsep konsep minggu ini sudah selsai, setelah makan siang tolong kau bereskan yaa Lidya, kemungkinan dari Gedung Graha aku akan langsung pulang" ucap Kirana yang kini sudah kembali dingin dan tegas. Lidya dan Winda masih bengong, "aku pergi dulu" lanjut Kirana dan meninggalkan keduanya.
"dia benar , dia Dewi Afrodit" sahut Winda menatap kepergian Kirana. "kau benar dia Dewi Afrodit, yang mampu membuat semua mata yang melihat nya langsung jatuh Cinta, tapi dia bahkan menutup pintu sebelum cinta itu masuk" sahut Lidya. "sudah lah ayo makan" lanjut Lidya.
-------------:_:--------
"Pak ini semua Konsep dari Divisi Promosi untuk klien , yang harus nya dead line nya Minggu depan juga sudah terselesaikan semua" jelas Hana ke Evan. Raihan yang berada bersama Evan saat itu mengangkat satu alisnya ntah apa yang dipikirkan oleh Raihan, ekspresi tak bisa terbaca sama sekali 'amazing' batinnya. Evan melihat dan membaca satu persatu konsep yang di bawa Hana, "perfect" hanya itu kata yang keluar dari mulut Evan , "tapi kita masih menunggu hasil review dari pihak ke-3 apakah ada yang kurang atau tidak." jelas Hana. "selama ini bagaimana,?" ucap Evan, "hasilnya selalu memuaskan pak" sahut Hana. "Mba Kirana memang hebat pak dia menyelesaikan ini sendiri , tapi sedikit gila karena hanya dalam waktu setengah hari bahkan dia melewatkan makan siang nya" jelas Hana. Mendengar ucapan Hana ekspresi Raihan kembali suram, mata nya yang sedang menatap dokumen2 terlihat semakin gelap. 'Kirana, orang yang disiplin dalam waktu, melupakan makan siang nya bukan lah diri nya, Kirana gadis ceria tapi terkahir kali mereka bertemu Raihan menangkap kesan dingin dari Wanita itu ketika berbicara dengan lawan jenisnya, Raihan mengingat kembali ucapan Denny, dan obrolan sekretaris Kirana tadi , dan yang paling jelas adalah sikap Kirana ke diri nya sendiri, bisa bisanya Kirana menghindari nya, Kirana orang yang ceria dan cerewet menjadi angkuh, dingin, dan 'kejam',, Raihan bergumul dengan batinnya. "ada apa dengan mu Kirana" gumam Raihan tak sadar , Evan yang berada di meja kerjanya mendengar tak jelas ucapan Raihan, tetapi, Hana yang berada didekat sofa mendengar nya jelas namun ragu untuk berbicara. "apa kau mengatakan sesuatu Han" ucap Evan dan menyadarkan Raihan, "ohh tidak,," sahut Raihan cepat , menayadari kesalahan nya.
Evan mengabaikan Raihan karena memang tak mendengar ucapan Raihan.
"panggil Kirana kemari" lanjut Evan beralih ke Hana. "maaf pak, mba Kirana sedang keluar, dia ke Gedung Graha pemerintahan untuk meninjau langsung persiapan promosi produk kita yang bekerja sama dengan Pihak pemerintah" sahut Lidya. "baik lah kau boleh keluar" . sahut Evan.
Sebelum Hana keluar dia Melihat sekilas ke arah Raihan, 'wajah yang sangat tampan, tapi dingin dan angkuh' batin Hana.
"okee Van,, aku rasa sudah tidak ada masalah untuk kerja sama kita, tinggal penandatanganan kontrak saja, jadi aku akan pergi sekarang" ucap Raihan dan beranjak meninggalkan Ruangan Evan.
"okee, sampai jumpa" balas Evan.
Raihan melewati meja Hana seperti biasa, dingin dan dan cuek , Hana berdiri dan menunduk kan kepala memberikan hormat. Saat Raihan sudah menjauh, Hana pun bergumam sendiri.
"apa apaan itu tadi, dia bergumam bahkan menyebut nama Kirana, aku tidak salah dengar itu jelas, namun dia berkata tidak, aneh" gerutu Hana dengan kebingungan nya, di mejanya mengingat ekspresi Raihan.