Chereads / Kebencian Yang Penuh Cinta / Chapter 73 - 'Raihan, Kirana'

Chapter 73 - 'Raihan, Kirana'

Kini Kirana tepat berdiri di hadapan Raihan yang hanya ada meja sebagai pembatas nya.

"Kii, ini kenalin, kamu tau kan Kaviandra Group, Perusahaan terbesar di Indonesia, dan ini pemilik nya Raihan Al Kaviandra" ucap Evan Profesional. "dan Han, ini Kirana Manager Promosi terbaik kami dan tentu terbaik di Surabaya" lanjut Evan bangga.

Raihan mengulurkan tangannya "Raihan" ucap nya, jujur saat itu hati Kirana seperti di remas remas Raihan seolah tak mengenalnya , atau apakah benar Raihan tak mengenali nya, apakah Raihan benar benar sudah melupakan nya, hati Kirana benar benar menangis, tapi dia tak mengeluarkan air mata nya. "Kirana" ucap nya dingin, Kirana selalu bisa mengontrol pikiran dan hatinya , seketika ekspresi nya dapat berubah menjadi dingin.

Setelah perkenalan yang singkat itu, ke-tiga nya sudah larut dalam profesionalitas, walau Kirana merasa sangat canggung dan aneh, tapi Kirana dapat mengendalikan nya, begitu pun Raihan, meski dengan ekspresi dingin dan datar kadang Raihan mencuri pandang untuk melirik ke arah Kirana tanpa sepengetahuan Evan.

"okee, Han, jelas yaa, gimana gambaran yang diberi kan oleh Kirana?" ucap Evan diakhir pembicaraan, "sangat bagus, tapi saya ingin detail nya" sahut Raihan, "baik akan segera kami kirim lewat email" sahut Kirana, "tidak, maksud saya, saya ingin print out nya langsung, dan anda,, saya kasih waktu anda 2 hari untuk menyelesaikan nya, setelah itu, saya tunggu di kantor saya langsung" ucap Raihan dingin dan tegas. 'haaaahhh' Kirana teriak dalam hatinya, namun ekspresi nya dengan mata yang melebar, seolah tak percaya omongan Raihan, 'dikantor nya, bagaiamana bisa dia kekantor Raihan sendiri' , "baik pak Raihan, dalam Waktu dua hari anda akan dapat print out nya, dan Pak Evan yang akan mengantarnya langsung" Jawab Kirana. "Kenapa Evan, yang buat konsep kan anda, jadi saya mau anda yang mengantarkan nya langsung" jawab Raihan ringan. Kirana bingung dan terus berpikir kenapa harus dia, dan biasa nya klien nya selama ini hanya akan terima permohonan awal lewat email saja, belum lagi Kirana selesai dengan pikirannya, Evan pun bersuara dengan.santainya, "tenang aj bro , 2 hari bakalan dapat konsep nya dan Kirana kamu akan ke sana langsung, karena jika saya yang kesana, gimana saya negejelasi nya kan yang buat kamu" ucap Evan. "baik pak" sahut Kirana berat. Karena hanya sibuk dengan pikiran dan hatinya , Kirana mengabaikan sikap dan omongan Evan dan Raihan satu sama lain yang begitu akrab tanpa embel embel kata 'Pak', Kirana belum menyadari tentang persahabatan ke-dua nya.

"okeee pekerjaan beress, yuk makan siang" ajak Evan ke Kirana dan Raihan. Kirana kaget dan hanya bisa diam , dan tentu dia enggan untuk ikut. "maaf pak, saya ada janji sama Lidya dan Winda, lain kali saja yaa pak,,, permisi" Ucap Kirana dingin dan bergegas meninggalkan ruang meeting.

Saat Kirana melangkah keluar dari ruangan meeting Raihan sama sekali tak melepaskan pandangannya dari Kirana, "sangat anggun, dan angkuh", ucap Raihan tanpa sadar, dan naasnya Evan mendengar itu. "iyapp, penilaian mu tepat sekali" sahut Evan dan menyadari Raihan "emangnya aku bilang apa?" sahut Raihan, meyakinkan apa yang sudah didengar Evan. "dia memang wanita yang angkuh, dingin dan Kejam," sahut Evan tak bersemangat, mengingat sikap Kirana yang kejam terhadapnya dan kejam terhadap diri nya sendiri. Raihan melihat ekspresi sahabat nya yang begitu dalam, "eheemmmm, apa dia wanita yang kau maksud itu?" ucap Raihan hati hati , dengan melihat ekspresi Evan dia dapat melihat bahwa Evan memandang Kirana dengan cara berbeda. "hmmmm" sahut Evan seraya menangguk kan kepalanya. "tapii, bukan kah dia sudah menikah?" tanya Raihan spontan, dia sendiri terkejut Kenapa bisa bertanya seperti itu. Evan diam beberapa saat 'semoga dia tak menyadari kesalahan ku' batin Raihan dengan tetap menatap Evan dengan ekspresi datarnya. "dia sudah bercerai" sahut Evan ringan. "hmmmm" sahut Raihan kali ini dengan nada yang di buat sedatar mungkin untuk menutupi pikirannya yang kemana mana mendengar ucapan Evan.