...Laura POV...
"Sebenarnya kedatangan kami ke sini untuk melamarmu, Laura..."
Aku dapat melihatnya, dari sorot mata itu aku dapat melihatnya jika Dimas sedang hancur sekarang. Aku memang merencanakan kedatangan Dita dan Pratama melalui Rini tapi bukan untuk tujuan seperti ini. Awalnya aku hanya ingin pamer kepada Dimas jika kami bertemu lagi nanti tapi siapa yang menyangka jika dewi keberuntungan sedang bersahabat dengan ku hingga secara tidak sengaja aku bertemu dengan Dimas dan semua terjadi seperti ini, kenyataan yang jauh lebih baik daripada rencana yang aku buat. Ini semua jelas diatas eksprektasi yang aku bayangkan, tapi kenapa aku tidak merasa bahagia?
Tujuanku membuatnya hancur tapi kenapa aku masih juga ikut terluka karena melihatnya terjebak dalam rasa sakit?