Aku dan Siska baru saja akan menuruni tangga saat mendengar Astro berteriak memanggil namaku dari depan kelasnya. Aku terkejut karena tak pernah mendengarnya berteriak di sekolah sebelumnya.
Astro berlari dan tersenyum lebar saat sampai di sisiku, "Pulang bareng."
"Ngagetin deh." aku melontarkan protes padanya sambil menuruni tangga.
"Hai, Astro." Siska menyapa.
"Hai, Sis."
"Kalian kenal?" aku bertanya.
"Kelas sepuluh kita sekelas. Dulu aku ga ngerti kenapa dia selalu ngejauhin cewek-cewek padahal banyak yang nembak. Ternyata punya kamu." ujar Siska yang tiba-tiba menjelaskan hal yang sama sekali tak ada hubungannya.
"Ga usah dibahas, Sis." ujar Astro.
Sebetulnya tanpa Astro menegurnya pun aku tak akan ambil pusing. Sepertinya aku sudah mulai terbiasa mendengar teman-temanku melontarkan kalimat semacam itu.
Menurutku andai Astro memang menyukaiku, dia akan mengatakannya sejak dulu mengingat dia memiliki sifat terbuka dan sangat mudah mengungkapkan apapun yang ingin dia katakan. Terlebih kami sudah bermain bersama selama lima tahun ini, yang berarti dia memiliki banyak sekali kesempatan untuk mengutarakan perasaan padaku jika memang dia memiliki perasaan itu.
"Kamu ga ada jadwal pertemuan robotik hari ini?" aku bertanya pada Astro.
"Pembimbingku tiba-tiba ngabarin ada urusan mendadak jadi pertemuannya diganti sabtu. Aku mau ngajak kamu ke rumah sekarang. Proyekku udah selesai."
Sepertinya aku mengerti apa yang dia maksudkan tentang proyeknya. Itu adalah tampilan website Lavender's Craft yang sedang dia ubah.
"Aku pikir kamu pending ngerjainnya karena ada persiapan lomba. Lagian aku kan ga minta kamu buru-buru ngerjain itu." ujarku, tapi kalimatku tak mendapat tanggapan dari Astro karena dia memasuki toilet untuk berganti pakaian. Aku menggeleng saat menyadari dia sedang mengabaikanku dan mengajak Siska berganti pakaian di toilet khusus perempuan dengan sebuah isyarat.
"Serius deh, Za, sebenernya aku seneng kamu sekolah di sini soalnya jadi ngurangin frekuensi cewek-cewek yang bikin pernyataan cinta ke Astro. Cuma berasa agak gimana gitu pas tau kalian ternyata ga jadian." terdengar suara Siska setelah kami masuk ke kubikal pilihan masing-masing untuk berganti pakaian.
"Emang kalau deket harus jadian?" aku bertanya untuk mencoba menanggapi, padahal aku malas sekali membahas hal ini.
"Ga sih, tapi kamu tau lah. Antara laki-laki sama perempuan tuh ga ada sebutan temen atau sahabat."
"Kata siapa?" aku bertanya sambil keluar dari kubikal. Aku mendapati teman Angel yang sama saat aku dan Astro berada di toko kain di Anjungan. Dia sedang mematut diri di cermin dan mengoleskan lip tint di bibir. Aku menyadari matanya melirik ke arahku sesaat sebelum dia beranjak pergi.
"Di drama korea sih katanya gitu." ujar Siska sambil keluar dari kubikal. Sepertinya dia masih berminat membahas tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Aku tak akan menanggapinya hanya karena drama korea yang sedang digandrungi semua orang gencar membahasnya. Kurasa persahabatanku dengan Astro sejauh ini baik-baik saja.
Kami keluar dan menemukan Astro sudah menunggu sambil menyandarkan punggung di dinding di seberang toilet. Dia memakai celana panjang berwarna hitam, dengan kaos berwarna kuning dan topi maroon di kepalanya yang adalah pakaiannya yang tadi pagi saat kami berangkat sekolah.
"Kamu jadi mau ikut ke rumah Astro?" Siska bertanya.
Aku mengangguk dalam diam. Aku memang memiliki waktu untuk ke rumahnya karena sore ini tak memiliki jadwal apapun.
"Yuk." ujar Astro sambil melepas topi dari kepalanya dan memasangnya di kepalaku. Sepertinya dia tahu aku lupa membawa topiku hari ini.
"Kalau gitu kita pisah di depan gerbang ya. Arah kita beda kan?" ujar Siska.
Aku mengangguk. Kemudian kami berjalan menghampiri sepeda masing-masing dan menaiki sepeda bersisian menuju gerbang.
"Hati-hati ya, Sis." ujarku pada Siska sesaat sebelum kami berpisah. Dia hanya mengangguk dan berlalu.
Astro memimpin perjalanan ke rumahnya dalam diam. Kami memarkir sepeda di depan garasi yang terbuka saat sampai. Tepat di depan sepedaku yang terparkir, ada sebuah motor trek yang terlihat baru.
"Ada tamu ya?" aku bertanya sambil memperhatikan motor itu.
"Setauku ga ada orang selain mbok Lela. Ayah sama ibu lagi ada meeting. Kenapa?"
Aku menunjuk motor di hadapanku tanpa mengatakan apapun.
"Itu punyaku. Baru dateng kemarin."
"Kamu beli motor lagi?" aku bertanya dan hampir saja mendengkus karena tak mempercayai ucapannya. Namun dalam beberapa detik waktu yang terlewat, aku mendapatkan pemahamanku kembali. Apalah artinya berganti sebuah motor dengan mudah jika dia memiliki seisi resort dan restoran yang menjadi miliknya?
"Itu aku beli karena kamu bilang motor yang kemarin joknya ketinggian." ujarnya sambil membuka pintu dan memberiku isyarat untuk masuk lebih dulu.
Entah kenapa aku merasa terharu. Aku bisa membayangkan siapapun perempuan yang disukainya akan mendapat perlakuan yang lebih baik dari ini.
"Kamu naik duluan aja. Aku ke dapur dulu."
Aku menuruti kata-katanya dan menaiki tangga ke lantai dua. Aku melepas topi dan menaruh barang-barangku di meja sebelum menghempaskan diri di sofa yang lembut di tengah ruangan. Aku memeluk salah satu bantal yang ada dan menyandarkan kepala pada lengan sofa.
Kenapa tiba-tiba aku merasa mengantuk?
"Kamu tidur?" terdengar suara Astro setelah beberapa lama hening di sekitarku.
Aku membuka mata yang terasa berat dan menemukan Astro sedang duduk di lantai yang beralaskan karpet, menghadap ke arahku. Wajahnya terasa dekat sekali, dengan rambut yang sedikit berantakan. Pupil matanya yang berwarna coklat gelap itu menatapku lembut, tapi tetap terasa sedang mengintimidasi.
"Aku ngantuk. Aku mau tidur sebentar ya. Dua puluh menit aja." ujarku sambil berusaha mengabaikannya dan kembali memejamkan mata.
"Kamu bisa tidur di kamar, Nona. Jangan tidur di sini."
"Aku ga mau masuk kamar laki-laki." aku menjawab dengan mata terpejam.
"Mikir apa kamu? Mana mungkin aku nawarin kamu tidur di kamarku? Ada satu kamar yang ga dipakai di sebelah kamarku. Kamu bisa tidur di sana kalau kamu mau."
Tiba-tiba rasa kantukku pergi karena menyadari aku baru saja membuat kesalahan. Aku memaksa tubuhku bangkit dan bertanya tanpa menatap matanya, "Kamar mandi ada di mana?"
"Di lantai ini semua kamar mandi ada di kamar. Kamu mau pakai di kamar yang mana? Kamarku?" Astro bertanya sambil memberiku senyum menggodanya yang terlihat sangat menyebalkan.
Aku berlari turun dan menghampiri wastafel yang berada di dapur. Aku membasuh wajah dengan air berkali-kali dan menutupnya sambil memikirkan yang apa baru saja terjadi.
Ini memalukan sekali. Dia pasti sedang berpikir macam-macam tentangku.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-