Duduk memandangi indahnya malam dari atap gedung, kerlap kerlip lampu kota terlihat jelas.
sejak tadi sore Arina duduk menunggu momen ini. dia teringat saat saat SMA, saat itu dia selalu duduk disini menunggu ibunya pulang sambil minum coklat panas kesukaannya. Ibunya Arina adalah seorang Dokter di rumah sakit ini.
saat menikmati indahnya malam, tiba tiba Arina mendengar suara wanita yang sedang menangis.
"Fariz maafkanlah diriku, itu juga bukan salahku sendiri, tapi kamu juga salah Fariz (dengan nada keras saat menyebut namanya)". Gadis itu berteriak dekat garis berbahaya.
Arina terus mengamati, gadis itu buru buru mengambil telfonnya dan memanggil nama seseorang.
" Jodi, sampaikan pada Fariz, bila dia tidak datang dalam waktu 30 menit, saya akan melompat dari gedung ini" pesan suara terkirim. gadis itu duduk lemas menangis sejadi jadinya.
Arina yang melihatnya dari kegelapan hanya menggeleng nggelengkan kepala, dan berkata lirih "kenapa harus menunggu 30 menit sih, kalau ngga mau lompat ya udah, ngga perlu pakai acara mengancam". Arina memikirkan ide supaya bisa menenangkan hati gadis itu. karena bila seseorang sedang patah hati dia pasti akan kehilangan akal sehatnya...
sebelumnya.....
saat ibunya Fariz menyuruhnya untuk membawa Talita dengan selamat.
Fariz segera pergi berlari menuju atas gedung lewat tangga darurat. saat sampai di pintu keluar menuju atap, Fariz membuka pintu secara perlahan.
Alhasil, Fariz menyaksikan pertunjukan kan yang membuatnya heran.
seorang 2 wanita berada atas gedung itu. yang satu adalah Talita sedang berdiri tepi ujung kanan, dan satunya lagi entah dia belum mengenalinya. Gadis itu sedang duduk tertawa kecil dan menarik nafas lalu berjalan kearah kiri tepi paling ujung.
Gadis itu (Arina) menangis dengan sangat kencang dan keras dan mengeluarkan kata kata.
"mamah kenapa engkau harus pergi duluan mah, mamah mengapa kau tega meninggalkan anakmu sendirian disini. mamah begitu banyak yang ingin ku ceritakan padamu mah. dan saat ini hatiku bimbang mah. mamah apa perlu aku menyusulmu di surga untuk menanyakan pendapat darimu mah?" Arina terus menangis berpura pura dan terus bicara sendiri. "Mah, kamu tahu kan laki laki yang sangat sangat (nada suara agak ditekan) aku cintai mah, dia tidak mencintaiku malah dia menikah dengan orang lain mah. mamah hatiku sangat hancur mah". Arina berhenti sejenak dan melanjutkan lagi sandiwara nya. "mamah, kamu juga tahu kan bahwa aku punya seorang sahabat laki laki, tadi dia menyatakan perasaannya padaku mah. aku bingung mah, aku harus bågaimana mamah?. menerima perasaan sahabatku atau aku pergi bersama cintaku yang tak dibalas mah?. mamah mungkin lebih baik aku bersamamu saja ya mah. mungkin aku akan bahagia meninggalkan orang orang yang mencintai ku. Arina mengeluarkan air mata buaya. terus terusan berpura pura menangis. "mamah pada akhirnya pun aku akan menyusulmu, mungkin bila di percepat akan lebih baik." suara Arina semakin melemah.
tak, tak, tak suara langkah sepatu mendekat, seorang wanita berlari ke Arina. "Ade jangan gegabah, kasihanlah pada orang orang yang mencintaimu, bila kau pergi dengan cara seperti ini, mereka pasti akan sedih!!."
"Kaka ngga usah ikut campur masalah pribadiku!!!bukankah Kaka tadi juga mau mengakhiri hidup Kaka sendiri, kenapa Kaka melarang ku ?". (Arina)
"ngga, Kaka tadi hanya sedih, dan Kaka ngga berani melakukan hal itu."(Talita)
"bolehkah aku tahu nama Kaka?" (Arina)
"nama Kaka Talita".
"kak Talita, aku janji tak akan melakukan hal bodoh itu lagi, tapi sekarang aku merasa lapar karena tadi aku harus mengeluarkan banyak tenaga, dari mulai berfikir, menangis, dan ngomong sendiri nggak jelas. supaya kak Talita ngga jadi melakukan hal bodoh." Arina tersenyum konyol.
"jadi kamu tadi hanya berbohong ?" Talita merasa kesal karena di bohongi.
"ya iyalah, jadi Kak Talita harus mentraktir aku, sebagai ganti rugi atas usahaku yang telah berhasil menolong Kaka." Arina tertawa
"dasar gadis nakal". Talita semakin kesal karena telah di bodohi.
"huh dasar, wanita tak tahu berterima kasih. sia sia saja usahaku. ternyata kamu hanyalah seorang wanita kasar dengan lidah tajam. lebih baik tadi aku tidak usah ikut campur, biar mati saja dan badannya hancur hingga tak ada yang mengenalimu." Arina berdiri dan pergi dengan emosi.
Talita hanya terdiam mendengar kata-kata dari gadis itu.
Di saat Arina mau pergi tiba tiba Fariz mendekatinya, dan berkata " terima kasih, biarlah aku yang mengganti rugi atas namanya!!!"
"ngga usah, tadi saya cuma basa basi. saya meminta dia(menunjuk ke Talita) untuk mentraktirku karena mendengar suara perutnya yang berbunyi, biar dia punya tenaga untuk menangis lagi." Arina tertawa merasa konyol kenapa dia juga harus peduli terhadap kondisinya.
Fariz hanya terdiam. dan Arina melanjutkan " bawalah wanita itu segera turun, dia sudah tidak berdaya lagi." lalu Arina berlalu meninggalkan Fariz dan Talita.
saat Arina baru beberapa langkah pergi menuruni anak tangga, suara orang jatuh terdengar. Fariz segera menghampiri Talita yang terjatuh pingsan.
toolooong ....