-Pusat Distrik A-
Earl kembali dihadapkan kenyataan pahit saat tengah malam Finni menghubungi untuk datang ke kantor pusat. Matanya memancarkan emosi yang begitu kuat ketika seseorang kurir mengantarkan sebuah paket besar ke kantor pusat atas namanya.
Siapa sangka paket itu berisi mayat Mike yang dimana tubuhnya bersimbah darah dan puluhan lubang peluru bersarang ditubuhnya. Demi tuhan, Earl tidak menangis melihat mayat Mike. Tapi amarahnya memuncak sampai ubun-ubun kepalanya bisa meletuskan lahar panas.
"Senang dengan hadiah dariku?"
Secarik kertas berisi potongan huruf abjad dari majalah yang mampu membuat Earl akhirnya kembali di introgasi oleh jajaran petinggi kemiliteran Negara. Pesan singkat yang membuat siapa pun yang melihatnya langsung terbakar emosi dan ngeri.
"Aku tidak pernah berharap laki-laki itu mulai meladeni kita dengan serius. Bagaimanapun ini termasuk kasus spesial yang harus ditangani sesegera mungkin. Para petinggi militer sedang rapat penting sekarang." Duke berkeluh kesah dan sengaja tidak menyentuh komputernya karena terlalu terkejut dengan semua kejadian malam ini.
Earl duduk termangu di kursi kerjanya. Ia dipanggil dan disidang langsung oleh petinggi kemiliteran. Ia memberikan semua informasi yang ia punya. Padahal sebelumnya ia akan merahasiakan di timnya saja. Karena tindakan Arthur begitu terang-terangan, mau tidak mau Earl harus bekerjasama dengan tim lain untuk penyelidikan.
Finni masuk ke dalam ruang kerja tim mereka dengan bertumpuk dokumen di tangannya. Dari ekspresi wajahnya saja terlihat bahwa ia sudah kelelahan.
"Petinggi militer memutuskan untuk menutup kasus ini sementara. Jatuhnya korban dalam misi ini membuat semua pihak langsung bersikap hati-hati dan saling tuduh. Besok akan diadakan upacara kematian secara tertutup di lapangan utama. Dan Earl, keluarga telah memintamu secara pribadi datang menemuinya besok setelah acara pemakaman selesai."
Kali ini Finni menjelaskan dengan nada suara lelah. Jujur saja ia sempat dimarahi oleh petinggi karena menutupi perkembangan kasus untuk timnya sendiri. Dan sekarang berita tentang jatuhnya korban ini sudah tersebar sampai ke angkatan militer lain. Membuat tim mereka menjadi perbincangan hangat sekarang.
Earl mengangguk mengerti dan meminum kopinya dengan perasaan campur aduk. Setelah Mike gagal ia selamatkan, kini rekan setim nya akan menjadi target selanjutnya. Tidak memungkinkan juga bahwa Arthur sengaja mengirimkan mayat Mike untuk memperingati para anggota militer agar bersikap baik jika tidak ingin Arthur turun tangan langsung.
Earl memijat dahinya frustasi. Seharusnya ia mencari Mike terlebih dahulu saat itu dan melarikan diri bersama. Sungguh konyol meninggalkan Mike seperti ia menumbalkan rekan timnya agar ia bisa lepas dari jebakan. Sungguh arogant dirinya.
"Kau pulanglah Earl. Kau butuh istirahat dan tenangkan pikiranmu." Kata Finni yang kasihan dengan Earl yang tampak seperti orang depresi karena menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Mike.
Finni pun membubarkan tim dan kembali mengerjakan dokumennya sampai pagi. Sungguh malam yang berat.
Pagi harinya sesuai jadwal. Pihak militer mengadakan upacara pemakaman tertutup di lapangan kantor pusat perwira menengah. Suasana begitu khidmat selama proses upacara. Semua berbaris rapi mengenakan seragam kemiliteran lengkap dengan pangkat jabatan dan bintang. Topi baret dengan atribut pelengkap lain yang menemani kerapihan setiap personil. Senapan masih tersaku kunci dan semua anggota menundukkan kepala berbela sungkawa.
Earl berdiri tak jauh dari ketua peleton barisannya. Ia berdiri dua shaf di belakang dan memperhatikan rekannya yang terbaring di dalam peti mati yang telah ditutupi bendera negaranya. Sungguh ironi bagi Earl. Sehebat apa pun dan terlatihnya mereka dalam berperang, ketika kematian menjemput, semua hilang tanpa bekas.
Bagi Earl, Mike seorang yang sangat bisa diandalkan. Terkadang bertingkah bodoh dan terkadang juga sesekali sedikit menghibur Earl walaupun nyatanya Earl tidak butuh obrolan ringan Mike. Tetapi Earl menghargai itu.
Bagai DVD rusak, memori terus berputar tanpa jeda hingga ketika peti mati itu telah terkubur sepenuhnya. Mike telah meninggalkan mereka semua. Anggota keluarga Mike menangis histeris ketika peti mati itu telah tertanam di dalam tanah.
"Earl, sekarang saatnya kau memberikan keterangan pada pihak keluarga secara pribadi. Mereka menunggumu di ruangan kerja kita." Ujar Ricard yang menghampiri Earl setelah proses pemakaman selesai.
Earl melihat Ricard dengan tatapan datar. Rasa kehilangan jelas menyelimuti semua rekan satu timnya. Namun alih-alih Earl bertemu seorang diri dan menghadap. Berharap penebusan dosa dari keluarga Mike, Ricard disana menemaninya selaku bos dari tim.
Earl berjalan menuju ruang kerjanya. Pihak keluarga ingin mengambil barang-barang milik Mike dan melihat seperti apa Mike bekerja mengabdi negara. Begitu Earl memutar kenop pintu, semua orang menatapnya terdiam.
Dia disana, ibu Mike menangis memeluk seragam militer Mike yang tersimpan di loker Mike sendiri. Di ruangan yang cukup ramai itu, satu persatu rekan timnya keluar dari ruangan. Earl terdiam dan memasuki ruang kerjanya disusul oleh Ricard.
"Aku turut berbela sungkawa atas kepergian Mike. Aku harap keluarga bisa memaafkan aku atas segala kecerobohanku kemarin." Ucap Earl dengan tulus. Ia bahkan tidak berani mengangkat pandangan hanya sekedar untuk menatap kedua orang tua Mike.
"Apa yang kalian lakukan saat itu?" Tanya seseorang diantara mereka.
Seorang pria paruh baya yang duduk mengamati Earl yang tidak lain ada ayah Mike. Earl mengalihkan pandangannya dan menatap fokus ke ayah Mike yang kemudian ia bercerita panjang lebar. Ibunya histeris mendengarnya.
"Putraku itu memang selalu ceroboh. Tapi aku tidak menyangka ia akan seceroboh ini." Ujarnya sambil menangis tersedu-sedu.
"Nona Earl... aku tau ini adalah tugas berat dan kau terpaksa menanggung beban ini sendiri. Kami semua tahu, kami bukan orang tua drama sinetron yang akan mengutukmu dan menghardikmu karena tidak bisa melindungi rekan satu timmu... terlebih Mike...."
Ibu Mike tidak kuat menahan tangisnya saat menyebutkan nama anaknya dan berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya agar tidak pecah.
"Aku beserta keluargaku sudah menerima bahwa ini adalah resiko yang harus ditanggung. Kematian Mike setidaknya mampu memberi informasi begitu banyak mengenai orang ini. Aku akan terus mengutuk penjahat bajingan itu dan mendukung kalian untuk menangkapnya." Ucap ibu Mike kemudian dengan pancaran mata yang penuh dendam.
Earl mengangguk kuat. Ia memegang erat tangan ibu Mike yang mencengkram kedua pundaknya. Seperti cengkraman dan sebuah keyakinan yang mantap. Keluarga Mike pun berpamitan dan meninggalkan kantor diantar oleh Ricard. Earl menyandarkan punggungnya pada sofa dan menghela nafas kuat. Kemudian Finni dan yang lainnya memasuki ruangan dengan sedikit tergesa.
"Aku pikir akan ada perkelahian seperti di dalam sinetron. Aku khawatir dengan ibuku, dia sangat menyukai drama picisan langganannya." Kali ini Finni mengeluh takut jika ibunya akan marah dan menjambak rambut Earl jika hal ini menimpanya.
Tom mengambil gelas dan meracik kopi di meja dispenser. Ia terkekeh mendengar curhatan Finni yang seperti menyayangkan ibunya yang suka menonton TV.
"Sebaiknya kau cabut saja layanan TV berlanggananmu. Aku jadi lebih khawatir karena ibuku sarjana hukum." Dan kali ini Duke menimpali. Sama-sama khawatir dengan masa depannya seperti Finni.
"Oh ayolah, jangan bercerita hal seburuk itu di pagi ini. Aku sudah cukup terguncang kita semua akan jadi target berikutnya. Aku tidak ingin membayangkan hal buruk lain selain aku masih ingin tetap hidup dan bernafas." Ujar Tom yang tidak mau ikut terlarut memikirkan hal buruk di masa depan.
Ibunya mungkin tidak berlangganan saluran TV atau lulusan universitas. Tapi ayahnya yang terganas. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana mengerikannya sang ayah.
Finni mengambil beberapa dokumen dan meletakan di atas meja. Earl tampak tidak bergairah saat ini. Ia menyandarkan kepalanya pada sofa dan membuat kepalanya mendongak benar-benar lelah.
"Earl, kopimu." Kata Tom yang dengan baik hati membuatkan Earl secangkir kopi.
Tom menaruh secangkir kopi di hadapan Earl. Melihat Earl yang tidak semangat seperti ini pemandangan lain di dalam ruangan. Aura suram yang dipancarkannya menular pada yang lain. Tidak lebih suram dari Finni yang sudah seperti zombie workaholic dengan kantung mata hitam di bawah matanya.
"Aku hanya sedang berpikir... Arthur mungkin hantu jelmaan Slenderman atau kisah fiktif lain. Atau Arthur hanya laki-laki tukang hipnotis?" Earl bergumam sendiri dan didengar jelas oleh rekan timnya yang lain.
Earl hanya bisa memuntahkan hasil pemikiran yang selama ini membuat kepalanya sakit. Finni melongo menatap Earl aneh. Gadis aneh ini penghayal yang handal. Mungkin kepalanya terbentur sesuatu kemarin selama pelarian.
"Astaga, tolong panggilkan ambulance. Earl gegar otak!" Dan Duke panik seketika.
"Gegar otak jidatmu itu! Aku serius mengatakan ini." Ucap Earl menatap Duke sambil melotot kesal.
Earl menatap sinis ke arah lain sebelum menyesap kopinya. Kemarin adalah hari yang teramat sial bagi Earl karena ia seperti berjalan mengendap tepat di depan mata Arthur. Benar-benar seperti orang idiot. Mungkin agenda terbarunya adalah untuk tidak bersikap bodoh dengan mengabaikan instingnya lagi.
"Arthur memiliki tinggi sekitar seratus sembilan puluh senti. Kulitnya putih pucat seperti orang asli Swedia. Wajahnya normal dan biasa saja. Aku lihat tanpa cacat di wajahnya. Aku katakan ini bahwa Arthur memiliki wajah yang sempurna." Earl duduk tegak kali ini. Membayangkan wajah Arthur yang memang tidak ada celah sedikit pun. Ketampanan yang sia-sia di mata Earl.
Semua rekan tim pun ikut mengimajinasikan semua ciri-ciri yang Earl sebutkan. Walaupun rasanya hampir tidak mungkin Arthur memiliki wajah yang terlalu tampan.
"Mungkinkah dia seorang vampir? Bukankah vampir kulitnya putih pucat?"