Chereads / Fell in LOVE with a CRIMINAL / Chapter 7 - Bab 7. Kamera Pengintai

Chapter 7 - Bab 7. Kamera Pengintai

Earl langsung mengambil satu kotak sereal rasa cokelat berbentuk kucing spesial edition. Matanya berbinar senang. Sereal yang biasa ia makan terlalu membosankan bahkan terasa seperti ia memakan oat kering. Earl dengan segera mengambil dua kotak dan pergi ke lorong berikutnya.

Earl memasukkan tiga potong ikan salmon dan daging sapi. Beberapa tiga jenis sayuran dan selada. Telur dan beberapa buah-buahan segar. Earl hanya fokus pada belanjaannya saja. Untuk ukuran wanita yang kurang memperhatikan penampilan, sosok Earl sudah cukup menawan dengan gayanya.

Terutama postur tubuhnya yang bagus. Lupakan saja wajah Earl karena terlalu malas mencuci wajah sebelum pergi ke supermarket. Tetapi sama sekali tidak menghilangkan daya tarik wajahnya yang bersih terawat. Hidung mancung serta mata hijau yang tajam. Bibir tipisnya selalu terlihat basah karena Earl suka menjilat bibirnya yang kering.

Sesederhana itulah Earl. Ia hanya seorang perwira. Menggunakan makeup dan mewarnai rambut hanya untuk penyamaran.

Saat sudah merasakan sedaritadi seseorang memperhatikan dan mengikutinya di sepanjang lorong. Awalnya Earl berniat mengambil susu kotak karton sebelum Earl beralih memilih susu botol. Yaa, Earl terlalu malas menanggapi pria mata keranjang ini.

Seperti dugaan Earl. Ketika Earl sengaja berlama-lama di konter susu, pria itu dengan sengaja menghimpit Earl saat berusaha mengambil susu di rak paling atas.

"Kemana arah tanganmu menyentuh?" Tanya Earl sudah sekuat tenaga menahan emosi.

Pria itu dengan sengaja meraba-raba bokong indah Earl. Lalu dengan gerakan mematikan, Earl menghantamkan botol susu tepat di jidat pria itu. Tidak cukup sampai disitu, ia mendorong tubuhnya ke belakang hingga membuat pria itu langsung terhempas ke belakang menghantam dan box frozen food.

Pria itu panik berniat kabur, Earl dengan sadisnya melempar botol susu lagi tepat mengenai belakang pria itu. Mengakibatkan pria itu jatuh lagi tersungkur ke depan. Susu membanjiri lantai dan beberapa pengunjung di sekitar itu berlari menjauh dan berteriak memanggil keamanan.

Earl yang memang pada dasarnya jika sudah kesal, ia akan membalasnya berkali lipat. Ia menghampiri pria yang masih dalam posisi duduk memegangi kepalanya. 

"Tangan sebelah kiri yaa?" Tanya Earl. Ekspresinya menggelap dengan sorot mata menyeramkan.

Earl menatap pria itu begitu tajam dan dengki. Detik berikutnya pria itu berteriak kesakitan saat Earl menginjak dengan penuh perasaan tangan kiri pria itu. Seluruh pengunjung datang mengerumuni Earl. Bahkan seseorang terlihat membantu melerai dan langsung menahan pria itu agar tidak kabur. Earl tidak peduli saat terlihat darah menetes dari kepala pria itu.

Sejujurnya setiap Earl berbelanja di supermarket ini, ia selalu menjadi target untuk kebejatannya. Cukup sudah bagi Earl. Cukuplah penghinaan dari Arthur, tidak lagi pelecehan murahan seperti ini. Dirinya bukan wanita gampangan yang mudah dipermainkan.

"Tidak berlaku mata dibalas mata. Bagiku, mata dibalas dengan kepala. Itu lebih adil!" Ucapnya penuh penekanan. Si pria mengaku kalah dan bertaubat kemudian.

Petugas keamanan langsung meringkus pria itu dan membawa Earl ke ruang petugas untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

"Kau cukup bodoh mencari gara-gara dengan seorang militer. Dimana otakmu itu?"

Petugas keamanan menceramahi pria itu. Seperti tidak jera. Bulan lalu laki-laki itu terlibat dengan kasus yang sama seperti ini. Dan mungkin ini terakhir kalinya bagi pria itu karena nasib sialnya melecehkan seorang perwira. Earl memutar matanya bosan.

"Jangan tampakkan wajahmu lagi di hadapanku. Aku sudah cukup baik tidak menghancurkan kepalamu kali ini." Ancamnya tegas.

Pria itu mencicit ketakutan dan meminta maaf berkali-kali.

-Disisi lain-

"Yaah, ku akui dia memang berbeda dari yang lain." 

Jason menatap layar laptopnya dengan ekspresi biasa. Menyaksikan bagaimana aksi heroik sosok Earl lewat kamera pengawas supermarket yang sudah ia retas. Arthur hanya diam tanpa berkomentar apapun. Selama ini memperhatikan Earl selalu membuatnya bergairah.

Arthur menyukai segala yang ada pada Earl. Bahkan bibir tipisnya yang selalu mengumpat. Hampir lima tahun ini ia terus memperhatikannya. Mengawasi setiap gerak geriknya dan bermain-main hide and seek dengan tim Earl. Berakting berlebihan bahkan kekonyolan lain yang Arthur tangkap. Semua pikirannya telah teracuni oleh sosok Earl.

Selama bertahun-tahun ia tidak pernah merasakan hidup begitu menarik bagi Arthur. Menjalani hidup yang begitu membosankan sampai akhirnya ia menemukan Earl.

"Kau pengagum rahasia wanita bar-bar yang tidak anggun sama sekali. Tidakkah kau menyukai yang jauh lebih cantik dan sexy ketimbang wanita ini? Arthur, seleramu terlalu aneh." Jason berkomentar menyakitkan seperti biasa.

Arthur hanya melambaikan punggung tangannya tidak peduli dan pergi meninggalkan Jason yang mengomel seperti ibu-ibu tukang gosip. Tidakkah ia seperti sosok ibu yang menyeleksi calon menantunya? Sungguh konyol. Setidaknya Jason tidak mampu melarang Arthur untuk menyukai gadis mana saja di dunia ini.

Arthur memasuki kamarnya. Ruangan yang gelap dengan dibekali cahaya bulan dari jendela besar yang hanya ditutupi kain putih tipis. Arthur melepaskan kancing bajunya satu demi satu dan berjalan menuju salah satu pintu dan membersihkan diri.

Setelah selesai mandi, Arthur langsung menyalakan laptopnya dan disitu menampilkan sosok Earl yang tengah menyiapkan makan malam mewahnya sendiri. Hasil dari kerja keras Arthur sendiri yang dengan hebatnya memasang kamera pengintai di rumah Earl. Bahkan penyadap suara juga. Arthur hampir tertawa lepas karena begitu cerobohnya Earl sampai tidak menyadari perubahan pada rumahnya.

Ketika Earl tengah menyibukkan diri pergi ke kantor pusat beberapa jam yang lalu karena panggilan dari pusat, Arthur dengan leluasa menjamah rumah pribadi Earl dan pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Itulah yang membuat Earl tidak mengetahui jika rumahnya telah dimasuki musuh bebuyutannya.

Arthur mengambil earphone dan mendengarkan apa yang dilakukan wanita itu. Earl di dapur kecilnya bersenandung lucu sambil berbicara dengan burung beo putihnya yang ia bawa dari pusat. Arthur bahkan tidak bisa menahan dirinya ketika ia melihat Earl berusaha membalik daging di dalam teflon dengan melemparnya seperti chef handal lalu berakhir mengenaskan terbalik di atas kompor listriknya.

Sungguh konyol. Siapa yang tahu bahwa Earl yang tampak bersahaja di dalam malah sekonyol ini.

"Hmm... sepertinya aku harus ikut kursus memasak online mulai sekarang." Ujar Earl disana.

Earl mengambil dagingnya dan meletakkannya dengan begitu hati-hati di atas piring putih bersihnya. Menuangkan saus dan menyisipkan mashed potato dan beberapa potong sayuran kukusnya.

Arthur pun ikut mengamati ketika Earl berusaha mencari celah cacat pada masakannya kali ini. Setelah cukup puas dengan hasilnya, Earl berjalan menuju lemari dapur dan menuangkan anggur ke dalam gelas. Sudah lama ia tidak nencicipi anggur. Ia membawanya dan duduk dengan tenang memulai makan malam spesialnya.

Semua itu tidak luput dari Arthur. Semuanya. Bahkan ketika wanita itu bersendawa keras dengan tidak sopan sekalipun Arthur tetap suka. Arthur mematikan laptopnya ketika Earl telah tenggelam dalam mimpinya tepat pukul tiga dini hari.

Arthur baik-baik saja saat Earl menyumpah serapahi dirinya ketika Earl duduk dengan serius untuk meretas dan berkomunikasi dengan jaringan lain demi mencari informasi baru. Sungguh tingkah yang lucu. Pandangan Arthur begitu lembut ketika ia memperbesar kameranya untuk melihat bagaimana wajah lelap Earl yang begitu damai.

"Selamat beristirahat, beo kecilku." Gumam Arthur dengan senyuman kecilnya.

Arthur pun pergi keluar kamarnya dengan setelan jas rapi. Matanya terlihat tajam dan tidak bersahabat sama sekali untuk di dekati. Ketika gema suara kakinya terdengar ke seluruh cela di ruang tengah, Arthur menuruni tangga sambil mengancingkan jasnya dan menatap Jason yang duduk pada punggung sofa.

"Ayo berangkat." Kata Arthur begitu tenang. Diikuti Jason yang berjalan di belakangnya. Mereka berdua menaiki mobil dan pergi.