Semua orang di dalam ruangan benar-benar tidak percaya mendengar perkataan Earl barusan. Bisa-bisanya seorang perwira angkatan laut berbuat ulah di wilayah keluasaan perwira angkatan darat. Rupanya wanita tolol ini tidak tahu dimana ia berpijak.
"Ka-kau pembohong! Hentikan omong kosongmu sekarang!" Michele berteriak dan berdiri dengan gugup di atas podium. Semua mata kini menatapnya tajam dengan perlahan suasana menjadi tidak lagi memihak padanya. Earl memicingkan matanya tajam pada General AL.
"Aku mengalah pada putrimu ketika ia dengan bangga berdiri dengan congak menatapku dan memfitnahku dan mengataiku macam-macam. Tidakkah anda terlalu memanjakan putri anda, bapak General yang terhormat?" Kali ini Earl tidak bisa lagi menahan mulutnya mengingat ia sudah benci sekali dengan Michele.
General AL itu lantas menatap putrinya dengan ekspresi marah. Rasanya malu sekali melihat putrinya berbuat ulah dan bahkan dengan seseorang yang sama sekali bukan tandingannya.
"Michele, kemari." Ucapnya menahan nada suaranya. Michele tentu saja panik dan mulai meracau tidak jelas.
"Ayah, aku-jangan percaya pada omongannya ayah. Ini semua karena kau, Earl! Kenapa sekarang kau malah mempermalukan ayahku! Tidakkah kau puas hanya dengan-Hey! Aku berbicara padamu, sialan!" Michele memaki dan berang ketika Earl mendekat ke arah timnya dan berdiri di hadapan mereka. Sungguh mengabaikannya.
"Dan Presiden harus menanggung kerugian besar karena tindakan semalam kriminal itu. Tim penyelidik yang baru harus menanggung semua, ketika telah kecolongan transaksi ilegal. Tim yang menanggung kesalahan itu adalah putri anda, bapak General. Satu ton ganja dengan belasan kontainer senjata ilegal telah lolos semalam oleh kriminal itu di pelabuhan." Kali ini Earl tidak akan diam.
Wajah ayah Michele menggelap seketika. Ia menatap tajam putrinya yang berdiri ketakutan di atas podium. Entah bagaimana ia bisa menjelaskan perkara itu pada presiden nanti. Akibat ulang bodoh putrinya, ia harus menanggung tanggung jawab sebesar itu.
"Kemudian putri anda melemparkan semuanya padaku dengan mengatakan bahwa aku menghasut orang di dalam tim untuk memusuhinya? Nyatanya, putri anda saja yang tidak tahu harus berbuat apa. Asal anda tahu saja, mereka berdua hanya duduk tenang di meja kerjaku dan bersenda gurau seperti berada di cafetaria."
Michele melotot dengan sorot mata tidak percaya pada Earl.
"A-aku tidak melakukan itu! Kau memfitnahku! Itu semua fitnah! Kau pembohong-"
"MICHELE!" General AL berteriak memanggil putrinya karena tidak tahan lagi menahan malu.
Ia berjalan naik ke atas podium dan menarik tangan Michele. Earl semua orang disana pun pelan-pelan mulai terdengar mencemooh mereka. Tidak ingin menjadi patung, Tom dan Duke kompak mendengus sambil memandang pemandangan di atas podium seperti pemandangan yang menyejukkan mata.
"Ayah! Aku tidak salah! Wanita jalang itu yang mencari-cari kesalahanku. Aku tidak seperti yang dia katakan ayah! Aku tidak bisa seperti-"
PLAAK!
"Hentikan perilakumu ini. Kau membuatku malu setengah mati!" Bentak General AL dan Michele pun ditarik keluar olehnya. Tapi saat ia bersinggungan dengan Earl, Michele mendelik.
"Aku akan membalas semua ini Earl. Kau tunggu saja!" Ancamnya penuh amarah. Earl tidak memandangnya dan berdiri disana tanpa ekspresi. Tidak berminat menatap Michele karena hanya akan merusak pandangan saja.
Earl pun menghela nafas lelah sebelum menatap senior dan rekan seangkatannya.
"Maafkan atas keributan tadi hingga mengganggu proses mengajar kalian." Ujar Earl dan hanya disambut tepukan pundak dari mereka semua.
"Memang seperti inilah Earl yang aku kenal." Kata mereka dan kembali ke kelas mereka untuk kembali mengajar.
Dan Earl langsung berjalan keluar setelah sebelumnya meminta ijin pergi mengajar pada General dan Ricard ke aula diikuti Tom, Duke dan Finni disana. Menyisakan General bersama Ricard dalam diam.
-Kantin-
Setelah perdebatan tadi, siang ini Earl mengungsi ke kantin bersama rekan timnya. Tidak, mantan rekannya. Earl memegang lehernya kaku sebelum memakan makanannya. Di meja yang sama, bersama Tom, Finni dan Duke.
Mereka berempat duduk dan makan dengan tenang ketika mereka bertiga diam-diam mengagumi Earl karena tindakannya tadi. Mereka akan berteriak dan bersorak sorai jika mereka semua ada di dalam ruangan mereka. Bisa dikatakan mereka senang tidak ada mereka Michele dan Ryan, mereka masih harus menerima kosekuensi kelalaian semalam.
"Jadi? Apakah kau akan kembali?" Finni bertanya tidak sabar ketika masing-masing mereka bertiga seperti saling melempar tugas untuk menanyakan itu. Earl menggeleng.
"Kenapa?" Ada nada kecewa dari pertanyaan Finni. Earl hanya diam dan memakan makanannya tanpa sepatahpun kata keluar dari mulutnya. Katakan saja Earl terlalu banyak bicara hari ini, membuat rahangnya kaku dan sedikit sakit. Mereka pun makan dalam diam. Menyisakan Earl yang melayang pada kejadian tadi semalam.
Kejadian aneh yang terjadi begitu saja.
-Flash back-
Kedatangan Arthur di dalam club ini membuat Earl semakin bertambah pusing. Tapi satu sisi ia juga lumayan lega karena ia dibebaskan dari berlari kesana kemari mengejar pria ini. Arthur datang dengan senyuman khasnya.
Earl mendengus putus asa saat melihat beberapa pasang mata menatap Arthur sejak ia datang dan berjalan ke arahnya. Apakah matanya tidak lihat ada wanita cantik dan menawan di meja nomor delapan? Arthur yang menghampirinya membuat dirinya tidak bisa menenangkan diri untuk tidak bersorak dalam hati.
"Malam ini kau cantik, sayang." Arthur dengan mulut manisnya meraih tangan Earl dan mencium punggung tangannya mesra. Entah bagaimana Earl harus bereaksi.
"Jika kau ingin membuatku besar kepala, maka hentikan saja. Itu tidak akan berpengaruh padaku." Kali ini Earl memuji mulutnya sendiri yang berhasil menampik pesona Arthur malam ini.
Arthur tersenyum kecil dan mendudukkan diri di sebelah Earl. Tangannya meraih botol Whiskey yang telah kosong dan juga gelas jus yang tersisa setengah. Ada apa dengan wanita ini? Tumben sekali Earl tidak memesan anggur mengingat dia pecinta anggur.
"Apakah kau sedang patah hati saat ini? Kebetulan sekali aku datang. Ingin ke hotel sekarang?" Arthur bertanya dengan nada bercanda. Earl tentunya mendengus saja dan tertawa kecil menanggapi omong kosong Arthur.
"Tidak. Aku sedang senang saja hari ini. Hm... Senang yaa... Tidak, tidak. Mungkin kecewa lebih tepatnya." Arthur mengerutkan kedua alisnya mendengar tutur kata Earl yang terdengar seperti racauan wanita yang sedang mabuk.
Jujur saja Arthur katakan bahwa malam ini Earl terlihat depresi yang entah karena apa. Arthur lantas memesan Whiskey juga pada bartender dan menatap Earl dari samping. Wanita itu masih setia duduk membelakangi meja sambil menatap orang-orang yang berjoget dengan ekspresi tidak tertariknya.
Sedangkan Arthur sendiri sulit sekali memahami Earl saat ini. Entah dia sedang bosan saat ini atau sungguhan patah hati. Walaupun Arthur sendiri berharap Earl tidak sedang patah hati karena tentunya ia akan cemburu berat.
"Apakah pria itu mencampakkanmu?" Arthur bertanya tanpa menatap Earl. Dengan sengaja fokus matanya ia alihkan pada Whiskey yang baru saja tersaji di hadapannya.